Di awal tulisan ini, penulis menceritakan sebuah situasi. Situasi tersebut terjadi karena siswa memiliki pola pikir statis yang terbentuk dari proses pendidikan di sekolah. Penting sekali  bagi sekolah untuk membangun budaya yang menekankan pada pengembangan pola pikir siswa agar memiliki growth mindset.Â
Mengapa perlu mengembangkan hal ini? Karena kita sedang berada dalam zaman yang perubahannya supercepat. Tantangan demi tantangan semakin besar dan tidak terprediksi. Jika pendidikan kita menghasilkan profil lulusan yang memiliki fixed mindset, mereka tidak akan bisa menghadapi perubahan yang terjadi.
Ciri orang yang memiliki fixed mindset atau growth mindset bisa dilihat dari bagaimana mereka mengatasi kegagalan dan memaknai kesuksesan. Bagi orang fixed mindset, kegagalan berarti kemunduran, kehilangan sesuatu, dan rasa tidak diterima. Kegagalan adalah hal memalukan yang perlu dihindari. Sedangkan, kesuksesan adalah tentang pembuktian diri, terlihat cerdas dan berbakat.
Bukankah proses pendidikan kita selalu diwarnai oleh pembuktian diri, ingin terlihat cerdas dan berbakat, serta ketakutan akan kegagalan? Para peserta didik selalu dituntut untuk selalu tampil cerdas dan berbakat melalui nilai yang tinggi, kelulusan yang memuaskan, diterima di kampus favorit, dan berbagai prestasi lainnya.Â
Usaha atau kerja keras adalah pertanda kelemahan dan kurangnya kecerdasan. "Orang pintar gak perlu belajar", "orang pintar pasti sukses", begitulah ungkapan bagi orang berpola pikir ini. Mereka tidak dididik untuk siap menerima kegagalan, bagaimana menghadapinya dan bagaimana bangkit dari kegagalan.
Penulis tidak bermaksud mengatakan bahwa prestasi akademik tidak perlu atau pembuktian diri adalah sesuatu yang salah. Ada banyak pelajar Indonesia yang begitu membanggakan karena prestasi yang mereka capai.Â
Prestasi-prestasi tersebut dicapai dengan kerja keras, setelah melewati berbagai rintangan dan bangkit dari kegagalan. Dengan kata lain, mereka yang berprestasi berhasil mengembangkan potensi diri secara maksimal. Justru hal ini menandakan cara berpikir growth mindset.
Bedanya, dalam cara berpikir fixed mindset, pembuktian diri (prestasi) tersebut berakar dari pemahaman bahwa seseorang memang sudah tercipta seperti itu, bukan karena hasil usaha sendiri. Serta kegagalan dianggap sebagai hal yang memalukan dan tanda kelemahan.
Bagi orang yang memiliki growth mindset, kegagalan adalah tentang kurangnya usaha. Kata lain, anda belum mencapai potensi diri secara maksimal. Oleh karena itu, mereka akan berusaha lebih keras ketika berhadapan dengan kegagalan.Â
Orang dengan cara berpikir growth mindset terus belajar hal-hal baru. Kesuksesan adalah tentang pengembangan diri. Seharusnya, pola pikir seperti inilah yang perlu dikembangkan dalam diri peserta didik Indonesia selama mereka menekuni pendidikan di sekolah.
Ini sejalan juga dengan tujuan nasional pendidikan kita yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Cerdas dalam hal ini bukan saja memiliki pengetahuan yang sekadar hafalan, tetapi juga cerdas dalam menghadapi perubahan dunia yang sangat cepat saat ini. Dunia saat ini digambarkan sebagai dunia yang penuh gejolak, serba tidak pasti, ambigu, dan kompleks.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!