Selain itu, Erick juga memiliki modal ekonomi yang mumpuni. Juga, kedekatannya dengan warga Nahdliyyin menjadi modal sosial yang nampaknya belum dikantongi kandidat lain. Erick diketahui merupakan Ketua Panitia Pengarah Peringatan Satu Abad Nahdlatul Ulama (NU). Dia juga diberi kesempatan membuka Pekan Olahraga dan Seni (PORSENI) NU yang baru saja digelar.
Faktor lainnya yang diyakini tak kalah penting adalah nama Erick Thohir unggul dalam polling Cawapres di 5 provinsi di Pulau Jawa. Yakni di Jawa Tengah, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur.
Unggul di Pulau Jawa, sebagai putera asli Sumatera, Erick diyakini paling bisa diterima di Pulau Sumatera yang punya jumlah suara terbesar setelah Pulau Jawa.
Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang diinisiasi Partai Golkar, PPP dan PAN diyakini yang paling terdepan mendorong Erick Thohir sebagai Cawapres. Kemungkinan besar akan bergabung dengan PDIP yang diyakini kuat mengusung Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai Capres.
Simulasi Ganjar-Erick ini juga mendapat sambutan positif. Pasangan ini mengungguli pasangan Anies-AHY serta Prabowo-Cak Imin dalam simulasi yang dilakukan Lembaga Survey Poltracking Indonesia. Survey Veyor Indonesia bahkan menyebut siapapun Capresnya, bergantung pada Erick Thohir.
Dengan faktor ini, bukan berlebihan bila menyebut Erick Thohir sebagai sosok kunci yang bisa menentukan kontestasi Pilpres nanti. Selain diprediksi mampu dongkrak suara, sebagai kandidat cawapres, Erick adalah sosok yang bisa menutupi kekurangan capres.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H