Mohon tunggu...
Darius Tri Sutrisno
Darius Tri Sutrisno Mohon Tunggu... Pramusaji - Penjaga warung kopi samiroto

Sadar belum tentu obyektif ;)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Berebut Nasib

23 Juni 2019   20:58 Diperbarui: 23 Juni 2019   21:43 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
At least 600 women have been murdered since 2012 in this slum half-an-hour from capital. Photo by  elpais.com 

Pada suatu malam berkabut, di bangun satu ruang sempit sebesar toilet tikus. Oleh pembangunnya di cat dengan warna abu-abu. Abstrak namun bernilai seni tinggi. Saking tingginya bagan teratas di biarkan berwarna putih pucat, natural.

Sebelum ruang sempit itu dibangun, tinggalah sepasang tuna wisma. Mereka berdua suami istri. Asal usul mereka dari atas gunung di daerah pegunungan Meksiko tenggara. Dua puluh tahun lalu mereka berdua turun gunung untuk beradu dengan aspal metropolitan. Semua ternak dan sanak saudara ditinggalkan. Apa yang dibawa mereka hanya tas punggung berisi umbi-umbian bekal perjalanan. Tentunya, tujuan mereka mencari pekerjaan.

Mereka pernah menjadi pegawai rendahan di bank swasta. Sebab tiada keterampilan yang dipunya resiko menjadi tukang bersih-bersih harus diterima. Mulanya mereka bekerja dalam satu gedung sampai istri dipindahkan ke gedung lain---tetap bersih-bersih.

Salutnya mereka berhasil mencicil sebuah rumah sederhana sebelum krisis melanda. Bank-bank gulung tikar tidak lagi memberi kredit. Akhirnya mereka lepaskan rumah sederhana itu. Perusahaan juga mengalami kebangkrutan hebat. Kesimpulannya mereka hidup tanpa pekerjaan.

Dengan sisa uang tak seberapa mereka hidup dari kontrakan ke kontrakan lain. Ini membuat kepala mereka beruban secepat kilat. Lebih-lebih pekerjaan sulit dimiliki.

Usia mulai rentah mereka pun masih mengontrak. Uang dipastikan menyusut. Tidak lebih dari makan sekali sehari dan minum berkali-kali.

Suami itu membujuk seraya membelai rambut istrinya yang mulai beruban: "Sayang, ayo kita cari---setidaknya tempat yang beratap. Rumah ini sudah mendapat pembelinya."

"Apa uang simpanan kita cukup?" tanya seorang istri seduh sedan.

"Aku tidak tahu! Kita bisa cari kontrakan yang termurah," jawab suami.

"Andai masih tidak cukup?" tambah istrinya kemudian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun