Dengan merokok sambil berjalan, si bujang menundukan kepalanya takut-takut ada lubang karena jalanan memang remang.
Sampai sudah di pemberhentian akhir. Melepas seragam, memasukannya dalam ember lalu mengambil handuk. Kali ini tidak ada antrian. Semua tetangga masih berada di jalanan mengais rupiah.
"Segar---selesai sudah." Punggung ditempelkan rata diatas kasur tipis. Makan malam yang telah direncanakan kandas dan akan di lunasi esok hari. Badan kelewat lelah, pikiran tersedot habis, dompet menipis dan besok kembali ke awal lagi selama enam hari. Sisa lima hari lagi, maka lima hari lagi runtinitas menguras tenaga itu berakhir.
Semua yang terberi oleh pendidikan, oleh alam, oleh Sang Kuasa, kian hari kian meredup. Kiat-kiat mati sebagai manusia segera mewujud.
Dengan mata terpejam Si Bujang berkata dan mengembuskan nafas panjang: "Cepatlah hari Minggu. Andai bisa dipercepat.."Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H