"Macet! Lagi-lagi macet. Macet terus, padahal sedikit lagi." "Kalau dalam 15 menit lagi masih macet---habis sudah."
Sampai sudah di depan gedung yang berdiri di atas tanah seluas dua hektar lebih. Melewati pos penjagaan, melewati warteg Bu Yumi, menyapa security yang melahap nasi campur. Nyaris, waktu memberi lima menit untuk kesempatan checklock.
Suasana ramai dalam pabrik. Para pekerja biasa menikmati waktu senggang dengan mengobrol. Ini dalam ruang bagian pemotongan yang di dominasi laki-laki. Pekerja perempuan berada di bagian finishing atau membentuk pola.
Mesin cutting beradu dengan tenaga manual. Kadang tenaga bersitegang dengan target produksi yang di tentukan. Ratusan pola per hari. Literan keringat yang tumpah. Konsentrasi seutuhnya dari seorang manusia. Dan kecekatan luar biasa dari sekumpulan manusia menciptakan suatu komoditas.Â
Di sudut timur, tepatnya di lantai dua, berdiri bangunan kecil. Bangunan sekilas tampak biasa dari luar---yang sejujurnya tampak nyaman di bagian dalam. Di sana adalah kantor adminstratif pabrik. Sebagian bangunan ditempeli CCTV. Sebagian lain, terpampang dua kaca satu arah yang besar. Dari sini pengawas bekerja. Dari sana pula pekerjaan selain produksi berlangsung.
"Tingtingtingitingtingting..."
Bunyi bel istirahat. Menarik napas perlahan dan mengeluarkannya dengan kasar. Setiap orang melepas atribut dan perlengkapan kerja. Tidak semua menuju warteg Bu Yumi. Rombongan besar pekerja perempuan berbondong-bondong ke toilet dan dua atau tiga orang berjalan ke arah warteg.
"Pesanan seperti biasa Bu." Begitu juga pekerja lain, "Sudah samakan saja Bu yang penting perut kenyang." "Tambahlah Bu nasinya", timpal seseorang sambil menyodorkan piring. Nampak sekali tenaga terkuras habis setelah memotong puluhan kain.
Satu jam sudah habis. Makanan sudah habis. Rokok tinggal seperempat dari batangnya. Tapi badan terasa lemas kekenyangan. Masih ingin enak-enakan duduk di atas kursi sandar Bu Yumi.
Satu orang pergi kembali, disusul oleh yang lain. Menyisakan satu orang bujangan. Bujangan yang tidak kenyang tidak juga merasa lapar. Sekedar kehausan dan sekedar keinginan untuk merokok.
"Duluan saja nanti aku menyusul. Lagipula masih ada sisa waktu untuk sebatang rokok lagi"