Mohon tunggu...
Satrya karunia TH.
Satrya karunia TH. Mohon Tunggu... Guru - Kita dulu tiada dan akan kembali tiada

Sedang menjalakan Studi S1 Pendidikan Agama Islam di Universitas Muhammadiyah Palangkaraya Organisasi IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tiga Akhlak Tercela

12 Juli 2019   16:00 Diperbarui: 12 Juli 2019   16:07 2010
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKAATUH

Alhamdulillahirabbil Aalamiin, Wash Sholaatu Wasalaamu Alaa Nabiyyinaa Muhammadin, Sayyidil Mursalin, Wa 'Alaa Aalihii Wa Shah Bihii Ajmain.
Amma Badu.

Alhamdulillah, Segala Puji bagi Allah Tuhan semesta Alam yang memberikan kita berbagai macam kenikmatan baik berupa kesehatan, kekuatan maupun kesempatan sehingga kita dapat menjalani hari kita dengan penuh rasa kesyukuran.

Shalawat beserta salam senantiasa kita hanturkan kepada Junjungan Nabi kita, Muhammad saw. Sang Nabi Akhir zaman, yang Syafaatnya kita dambakan kelak di hari perhitungan.

Bukan manusia namanya jika tidak ada rasa ingin tau dalam dirinya.Manusia selalu penasaran akan hal yang belum ia ketahui, dan ia selalu berusaha agar dapat mengetahuinya. Beragam cara ia lakukan, mulai dari melihat, mengintai, menyelidiki dan masih banyak lagi beragam cara yang ia lakukan untuk mencari suatu informasi.

Keingintahuan merupakan suatu kebutuhan, karena dengan kita mengetahui suatu hal akan menambah wawasan kita. Dengan wawasan yang luas kita akan mengetahui keadaan sekitar dan dapat menjadi suatu pembelajaran dalam hidup kita. Namun perlu kita ketahui, tidak semua keingintahuan adalah sebuah kebaikan, adakalanya kita dilarang untuk mencari informasi sedalam-dalamnya terutama dalam diri pribadi seseorang. 

Sebagaimana di dalam Al-Qur'an di jelaskan.

"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari berburuk sangka, sesungguhnya sebagian berburuk sangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menbicarakan keburukan sebagian yang lain.
Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang."

(QS. Al-Hujurat 49: Ayat 12)

Lengkap sekali dikatakan dalam Al-Qur'an ada tiga hal yang sering dilakukan dan mungkin saja pernah kita lakukan yakni : Suudzon, Tajassus dan Ghibah.

Semua ini adalah perilaku yang dilarang oleh Allah swt. atas orang-orang beriman.
Diatas menjelaskan bahwa dalam menggali informasi maupun berkata-kata ada batasannya. Kita dilarang untuk menggali Informasi yang berlebihan dan berkata-kata tentang keburukan orang lain dari informasi yang kita gali. Karena perbuatan semua ini adalah mengarah kepada dosa. 

Yang pertama yaitu Suudzan atau berburuk sangka ini adalah merupakan larangan bagi orang yang beriman. Menuduh orang lain tanpa dasar hanya dengan menilai dari penampilan atau memvonis seseorang dikarenakan aib masa lalunya tanpa tabayyun terlebih dahulu.

Suudzan merupakan perilaku yang dilarang karena menjadikan hidup kita tak tenang dan selalu dalam bayang-bayang keburukan yang akan terjadi. Suudzan juga perilaku yang dapat memutus tali silahturahim, dikarena senantiasa berburuk sangka sehingga menimbulkan perpecahan baik itu dengan keluarga, teman maupun orang lain.

Akan tetapi disini ada pengecualian, dalam Tafsir Al-Jalayn disebutkan bahwa Suudzan yang dilarang itu adalah Suudzan kepada orang yang baik atau terpercaya serta khususnya juga kepada orang mukmin. Sedangkan dalam berburuk sangka kita kepada orang yang fasik maupun munafik tiada dosa bagi kita, karena ini bentuk dari waspada terhadap perilaku keburukan yang tampak dari mereka . 

Yang kedua adalah berperilaku Tajassus atau mencari-cari aib serta kesalahan orang lain dengan mengupas secara tuntas setajam Silet ini  merupakan perilaku yang dilarang. Salah satu bentuk tajassus adalah memaksakan orang lain untuk mengakui keburukannya. Bagai detektif dengan seribu macam cara ia gunakan agar tersangka mengakui kesalahannya (Tentunya dalam konteks kesalahan yang tidak membawa mudhorot besar bagi Ummat secara keseluruhan). Karena itu merupakan aib seseorang, sudah sepantasnya kita menjaganya kehormatannya walaupun kita memang melihat aib yang ia lakukan.

Barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim sewaktu di dunia, maka Allah akan menutup (aibnya) di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah akan senantiasa menolong seorang hamba yang senantiasa  menolong saudaranya."

[HR. Tirmidzi]

Kita juga manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan kekhilafan, adakalanya kita juga akan berlaku keburukan dan tentunya kita senantiasa menjaganya agar tidak diketahui oleh orang lain guna menjaga kehormatan kita. Sebagaimana kita tidak ingin aib kita diketahui oleh orang lain, maka sudah sepantasnya kita selaku muslim untuk menjaga kehormatan saudara kita sesama muslim. Dan beruntunglah kita yang sibuk dengan aib diri kita sendiri, sehingga ia tak mempunyai waktu untuk melihat aib orang lain.

Sebagaimana Sabda Rasul kita, dari suatu hadits hasan oleh Anas Ra. diriwayatkan oleh salah satu Ulama Hadits kita Imam Al-Bazzar dalam Musnadnya Al-Bazzar

"Berbahagialah orang yang tersibukkan dengan aibnya sehingga ia tidak memperhatikan aib orang lain."

Dan yang ketiga adalah Ghibah (membicarakan keburukan orang lain) ini perilaku yang sangat dilarang. Bahkan diibaratkan oleh Allah swt. seperti memakan bangkai saudaranya sendiri. Tentu kita akan merasa jijik terhadap hal itu. 

Pernah suatu ketika Rasulullah saw. Berkata kepada para Sahabat tentang Ghibah,
"Tahukah kalian apa itu Ghibah ?"
Maka para sahabat berkata :
" Allah dan Rasulnya lebih mengetahui "
Beliau (Rasulullah saw) bersabda :
"Ghibah adalah engkau membicarakan keburukan orang lain yang mereka tidak menyukai apabila itu diketahui."
Lantas para sahabat berkata :
" Bagaimana jika itu merupakan kebenaran."
Maka Rasulullah saw. Menjawab
" Jika yang kalian bicarakan itu benar maka itu Ghibah, dan kalau yang kalian bicarakan itu salah maka itu Fitnah."

Perilaku ghibah merupaka perilaku tercela yang dilarang bagi kita untuk menceritakannya, khususnya terhadap saudara kita. Walau itu sesuatu yang benar maka itu menjadi Ghibah dan jika itu salah maka itu menjadi Fitnah. Tiada kebaikan dari perilaku ini kecuali keburukan yang akan membakar pahala kita bagai api yang mengahanguskan kayu. Karena itu sudah sepantasnya bagi kita untuk menjaga kehormatan saudara kita, salah satunya adalah dengan menyembunyikan aib yang saudara kita miliki.

Seorang muslim adalah seorang yang senantiasa menjaga lisannya dari segala perilaku keburukan yang muncul, bahkan Rasulullah menjamin surga bagi orang yang bisa menjaga diantara pertengahan Kumis dan Janggutnya (Lisan). 

Dan tentunya seorang Muslim siapa saja yang mengaku beriman kepada Allah maupun Hari Akhir maka hendaknya berkata yang baik, tetapi jika tidak bisa maka diam menjadi cara yang terbaik. Sebagaimana disabdakan Rasulullah dalam suatu Hadits diriwayatkan dari Abu Hurairah :

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah dia berkata yang baik atau hendaklah diam."

(HR. al-Bukhari dan Muslim )

Mengapa dikatakan barang siapa yang beriman kepada Allah maupun hari akhir ?
Karena Allah Maha melihat, Maha Mendengar serta Maha mengetahui apa saja yang kita kerjakan. Dan setiap apa saja perilaku kita lakukan akan ada pertanggung jawabanya kelak di hari Akhir. 

Tentunya, sekali lagi ini hanya berlaku bagi orang yang baik maupun saudara seiman kita yang tidak melakukan maksiat secara terang-terangan serta tidak membanggakan terhadap perilaku buruk  yang ia lakukan.
Bagi para pelaku keburukan yang akan membuat kerusakan besar maka wajib bagi kita untuk memberi tahu ke orang lain, terutama juga terhadap pihak berwajib sebagai bentuk kewaspadan kita maupun agar terhindar terhadap tindakannya. 

Semua ini demi kemaslahatan bersama, maka tiada dosa apabila kita melaporkannya. Bahkan ini merupakan bentuk Amar Ma'ruf Nahi Munkar sebagaimana dijelaskan Rasulullah saw :

"Barang siapa yang melihat kemungkaran maka hendaknya ia mengubahnya dengan tangannya dan apabila ia tidak mampu maka dengan lidahnya dan apabila tidak mampu maka dengan hatinya dan yang demikian itu adalah selemah-lemah iman." 

(HR. Nasa'i: 4922)

Itu tadi sekilas tentang ketiga Akhlaq tercela yang dilarang. Ketiga Akhlaq tercela ini timbul dari keadaan penasaran seorang manusia.
Ketika kita Bersuudzon maka kita akan penasaran untuk menggali Informasi terhadap diri seseorang, dan ketika kita sudah mendapatkan Informasi maka kita terdorong untuk menginformasikannya terhadap orang banyak.

Sudah sepantasnya bagi kita untuk senantiasa menjaga Lisan maupun Tangan kita agar terhindar dari perilaku keburukan yang akan membinasakan kita.

Dengan meningkatkan Ketaqwaan kita dan memohon Ampunan kepada Allah swt. Semoga Allah mengampuni dosa kita semua  dan semoga kita semua bisa terhindar dari Akhlaq tercela tersebut.

...Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang."

(QS. Al-Hujurat 49: Ayat 12)

Sekian dan Demikan, lebih kurangnya mohon di maafkan.

Billahi Fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairaat

WASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKAATUH

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun