Perilaku ghibah merupaka perilaku tercela yang dilarang bagi kita untuk menceritakannya, khususnya terhadap saudara kita. Walau itu sesuatu yang benar maka itu menjadi Ghibah dan jika itu salah maka itu menjadi Fitnah. Tiada kebaikan dari perilaku ini kecuali keburukan yang akan membakar pahala kita bagai api yang mengahanguskan kayu. Karena itu sudah sepantasnya bagi kita untuk menjaga kehormatan saudara kita, salah satunya adalah dengan menyembunyikan aib yang saudara kita miliki.
Seorang muslim adalah seorang yang senantiasa menjaga lisannya dari segala perilaku keburukan yang muncul, bahkan Rasulullah menjamin surga bagi orang yang bisa menjaga diantara pertengahan Kumis dan Janggutnya (Lisan).Â
Dan tentunya seorang Muslim siapa saja yang mengaku beriman kepada Allah maupun Hari Akhir maka hendaknya berkata yang baik, tetapi jika tidak bisa maka diam menjadi cara yang terbaik. Sebagaimana disabdakan Rasulullah dalam suatu Hadits diriwayatkan dari Abu Hurairah :
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah dia berkata yang baik atau hendaklah diam."
(HR. al-Bukhari dan Muslim )
Mengapa dikatakan barang siapa yang beriman kepada Allah maupun hari akhir ?
Karena Allah Maha melihat, Maha Mendengar serta Maha mengetahui apa saja yang kita kerjakan. Dan setiap apa saja perilaku kita lakukan akan ada pertanggung jawabanya kelak di hari Akhir.Â
Tentunya, sekali lagi ini hanya berlaku bagi orang yang baik maupun saudara seiman kita yang tidak melakukan maksiat secara terang-terangan serta tidak membanggakan terhadap perilaku buruk  yang ia lakukan.
Bagi para pelaku keburukan yang akan membuat kerusakan besar maka wajib bagi kita untuk memberi tahu ke orang lain, terutama juga terhadap pihak berwajib sebagai bentuk kewaspadan kita maupun agar terhindar terhadap tindakannya.Â
Semua ini demi kemaslahatan bersama, maka tiada dosa apabila kita melaporkannya. Bahkan ini merupakan bentuk Amar Ma'ruf Nahi Munkar sebagaimana dijelaskan Rasulullah saw :
"Barang siapa yang melihat kemungkaran maka hendaknya ia mengubahnya dengan tangannya dan apabila ia tidak mampu maka dengan lidahnya dan apabila tidak mampu maka dengan hatinya dan yang demikian itu adalah selemah-lemah iman."Â
(HR. Nasa'i: 4922)
Itu tadi sekilas tentang ketiga Akhlaq tercela yang dilarang. Ketiga Akhlaq tercela ini timbul dari keadaan penasaran seorang manusia.
Ketika kita Bersuudzon maka kita akan penasaran untuk menggali Informasi terhadap diri seseorang, dan ketika kita sudah mendapatkan Informasi maka kita terdorong untuk menginformasikannya terhadap orang banyak.