Karena rumus kapitalisme adalah sebagai berikut: U-B-U (Uang-Barang-Uang). Jika seharusnya manusia membutuhkan barang sesuai kebutuhannya, maka rumusnya adalah: B-U-B (Barang-Uang-Barang), manusia bekerja membuat barang yang dibutuhkan di pasar, kemudian dijualnya barang tersebut untuk mendapat uang, dan digunakannya uang itu untuk membeli barang yang dibutuhkan.Â
Pergerakan komiditi itu berakhir pada sebuah komiditi. Tetapi, dalam rumus kapitalisme, U-B-U, pergerakan tidak berakhir pada barang kebutuhan, namun memang tidak ada akhirnya. Rumus itu menunjukkan bahwa memang kapitalisme adalah perilaku eksploitatif yang tiada hentinya, karena dalam rumusnya sendiri pun tidak ada batas akhir pergerakan.Â
Dalam film Don't Look Up, praktik kapitalisme pengusaha yang memanggil presiden meminta untuk dibatalkan misi penghancuran komet adalah mencoba memanfaatkan sumber daya mineral yang terdapat dalam komet untuk keperluan pengembangan modal, karena pada saat itu sumber daya mineral di bumi untuk produksi perusahaan sudah mulai terbatas, dengan membiarkannya jatuh ke bumi untuk kemudian dikelola, meskipun si kapitalis itu sendiri mengerti bahwa rencana itu adalah ancaman bagi kehidupan di bumi. Dari sini saya kira kita bisa memahami bagaimana logika eksploitatif dalam kapitalisme itu bekerja.
Tetapi, mungkin pembaca disini ragu-ragu, bagaimana bisa kapitalisme itu termasuk menjadi sumber masalah, padahal praktik tersebut dilakukan oleh individu dan pemerintah punya kekuasaan untuk membatasi perilaku kapitalisme. Justru disinilah yang menjadi lebih buruk. Kapitalisme tidak dapat berdiri sendiri, ia memerlukan intervensi lembaga-lembaga, bahkan lembaga formal sekalipun, yaitu pemerintah. Kapitalisme melalui pemerintah melancarkan aksi eksploitatif. Inilah yang disebut dengan oligarki. Oligarki adalah, singkatnya, persekongkolan antara segelintir pihak yang menguasasi jalannya pemerintahan dan penetapan kebijakan, yaitu: pemodal (kapitalis), politikus, dan pemerintah.Â
Cara kong-kalikongnya adalah si pemodal menyiapkan modal sebagai bekal untuk pembelian alat-alat ekstraktif, politisi memberikan peta situasi politik, dan pemerintah menyediakan lahan konsesi. Berpihaknya politisi dan pemerintah kepada pemodal bukanlah semata-mata karena mereka sedang dalam cengkraman kapitalisme, melainkan memang politisi dan pemerintah berpihak kepada pemodal. Ketiganya saling berjejaring satu sama lain untuk melancarkan aksi eksploitatif tersebut.Â
Sistem tersebut sama sekali tidak egaliter, tidak memberi kesempatan yang setara bagi semua orang, karena yang memiliki akses menuju kemakmuran adalah orang-orang bermodal, sementara orang yang tidak bermodal tidak memiliki akses kesana. Ini jelas tidak demokratis, dan negara yang terpapar praktik kapitalisme akan mengalami penyelewengan fungsi secara hakikat. Mungkin pembaca masih ragu-ragu bahwa modal yang dimiliki kapitalis itu bisa didapat karena kerja keras.Â
Nyatanya, jika diruntut secara historis, tidak. Modal-modal itu didapat dari sistem yang sebelumnya, feodalisme. Saya tidak menjabarkan tentang feodalisme disini, silahkan pembaca mencari tahu sendiri, karena pembahasan akan menjadi sangat panjang.
Praktik di atas, dalam film Don't Look Up, diilustrasikan ketika pemerintah tidak patuh pada sains dan menurut pada ilmuwan dengan membatalkan misi pengahncuran komet sebelum menuju bumi.Â
Si pemodal menyiapkan modal untuk membangun perusahaan komersial dan membuat drone-drone dan tentu untuk membuat pemerintah menggadaikan wibawanya, si politisi menyiapkan peta situasi politik yang mendukung kebijakan pemerintah alias menggencarkan aksi pro-pemerintah, pemerintah menyediakan konsesi bagi si kapitalis untuk melancarkan aksinya melakukan praktik kapitalisme, yaitu memberikan izin pada perusahan kapitalis untuk mengambil alih secara pribadi hak pengelolaan atas sumber daya di komet itu, yang pada akhirnya keuntungan yang di dapat darinya diinvestasikan untuk beternak politisi dan menyuap pemerintah.Â
Namun kali ini naasnya, kesalahan teknis dan dibarengi dengan ancaman besar yang efeknya akan langsung terasa jika tidak ditangani secara tanggap yang tidak terekspektasi, menyebabkan operasi rencana pemanfaatan komet tersebut dengan memecahnya menjadi beberapa bagian kecil gagal dan akhirnya komet menghantam bumi dengan keadaan utuh dan menyebabkan kepunahan seluruh makhluk hidup di bumi.
Sungguh bencana massal ini hanya bermula dari suatu keputusan pemerintah yang tidak patuh pada sains dan egosentris kapitalisme yang terus mencengkeram negara untuk terus membuat putusan kebijakan yang tidak berdasarkan sains.