Mohon tunggu...
Satriyo Wahyu Utomo
Satriyo Wahyu Utomo Mohon Tunggu... Lainnya - Egalite

Each works as its abilities, each takes as its needs | Instagram : @satriyowu

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Don't Look Up, Film Ilustrasi tentang Kepunahan Manusia karena Egosentris Kapitalis dan Kecenderungan Apatis Pemerintah terhadap Sains

8 Januari 2022   05:31 Diperbarui: 29 Maret 2022   13:38 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Ternyata, pengusaha tersebut meminta presiden untuk membatalkan pengancuran komet dengan roket dengan alasan bahwa komet itu memiliki sumber daya melimpah yang dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan perangkat keras dan memiliki nilai profit dari pengelolaan komet tersebut. 

Lantas pengusaha itu menawarkan kepada presiden dan jajarannya sebuah rencana lain yang mana bukan untuk mencegah hancurnya bumi atas tabrakan komet dengan menhancurkannya dan tidak membiarkan setitik debu pun menyentuh bumi, justru membiarkan komet menghantam bumi dengan memecahnya menjadi 30 bagian dan memperlambat kecepatannya menuju bumi dengan suatu drone canggih dimiliki oleh pengusaha itu.

Namun, apa daya rencana pengusaha itu gagal karena beberapa drone-drone yang hendak meledakkan dan memperlambat laju komet hancur terhantap bebatuan di sekeliling komet. Akhirnya, komet pun menghantam bumi dengan tetap utuh dan memusnahkan seluruh kehidupan di bumi.

Pembahasan:

Dari sini mungkin pembaca sudah dapat menangkap pesan yang disampaikan. Penyebab utama hancunya bumi bukanlah ketidakmampuan umat manusia untuk mencegah hal itu terjadi, tetapi justru dari sisi internal manusia itu sendiri, yang secara valid tidak mau mencegah hal itu terjadi. Terdapat beberap poin yang dapat diuraikan dan dianalisis, sumber dari bencana yang dahsyat itu serta bagaimana sumber itu memainkan peran jahatnya.

Pertama, adalah pemerintah yang tak patuh terhadap sains atau mengabaikan para ilmuwan. Hal ini menjadi semakin riuh ketika bahkan petahana hanya menggunakan negara dan birokrasi untuk melanggengkan kekuasaan politiknya, bukan lagi sebagai organisasi yang hadir untuk menampung seluruh anggotanya. 

Kurangnya entusias pemerintah terhadap ilmu pengetahuan jelas akan membuat negara mundur dalam berbagai bidang. Pemerintah yang apatis terhadap sains dan acuh terhadap saran-saran para ilmuwan sudah pasti bukanlah pemerintah yang ideal. Lalu bagaimana hal tersebut dapat memicu bencana seperti yang disebutkan di film? 

Dengan pemerintah secara frontal tidak terkejut dengan penemuan-penemuan ilmuwan yang dapat mengancam keberlangsungan, minimal, kehidupan negaranya sendiri, maka otomatis langkah-langkah yang diambil pun tidak akan merespon terhadap ancaman itu sendiri. 

Ketika tidak ada respon serius dari pemerintah, maka kebijakan yang diambil pun tidak akan merujuk pada masalah yang hendak muncul maupun yang ada. Ketika kebijakan yang diambil tidak responsif terhadap masalah, maka masalah itu akan tetap ada dan mengganggu kehidupan sosial warga negara dan menjadi boomerang bagi negara itu sendiri. 

Teori-teori kebijakan publik, betapapun berbedanya satu diantara yang lain, dalam agenda setting, pasti berangkat dari analisis kondisi material masalah yang dihadapi dan hendak diselesaikan dan berakhir pada analisis probabilitas solusi yang kemudian dari sekian kemungkinan diambil yang paling solutif, efektif serta efisien. Pemahamannya sangat mudah, bahwa negara harus berangkat dari kondisi masyarakatnya, bukan hal lain selain itu, terutama dalam membuat kebijakan publik.

Kedua adalah praktik kapitalisme. Praktik kapitalisme yang hanya berorientasi pada profit, dan menggunakan profit itu untuk menghasilkan profit lagi hingga seterusnya, akan selalu membutuhkan sumber daya untuk dieksploitasi. Mengapa saya sebut demikian? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun