Pada 25 Desember 2024, sekelompok mahasiswa dari Universitas Negeri Semarang, Program Studi Teknik Informatika, memperkenalkan aplikasi inovatif mereka untuk prediksi penyakit gagal ginjal kronis (Chronic Kidney Disease/CKD). Presentasi ini dilakukan secara virtual melalui platform Zoom kepada Mitra KB (Kelompok Bermain) Tunas Bangsa Dieng. Acara ini dihadiri oleh Bu Haryatun, seorang pendidik di KB Tunas Bangsa Dieng.
Aplikasi ini dirancang untuk membantu mendeteksi dini risiko penyakit gagal ginjal kronis berdasarkan parameter kesehatan tertentu. Data yang digunakan dalam pengembangan aplikasi ini diperoleh dari situs Kaggle, yang menyediakan kumpulan data CKD dengan berbagai parameter relevan. Dalam presentasinya, tim yang terdiri dari Muhammad Khayri Faadhil, Satriya Cahyo Wisely, dan Rizwah Shafa Wijaya, menjelaskan latar belakang pentingnya proyek ini. Mereka menyoroti bahwa CKD adalah masalah kesehatan global yang dapat menyebabkan gagal ginjal, penyakit kardiovaskular, hingga kematian dini. Berdasarkan data, 1 dari 10 orang di dunia menderita CKD, dan angka prevalensi ini terus meningkat hingga 17% secara global.
Tujuan Utama Aplikasi:
Membantu mendeteksi penyakit CKD lebih awal sehingga dapat dikendalikan dengan pengobatan yang sesuai.
Mengidentifikasi parameter penting yang memengaruhi peluang terjadinya penyakit ginjal kronis.
Memberikan edukasi tentang pentingnya kesehatan ginjal sejak dini.
Manfaat Aplikasi:
Deteksi Dini untuk Kesehatan Keluarga: Aplikasi mempermudah orang tua mendeteksi risiko kesehatan anak-anak mereka secara cepat.
Edukasi Kesehatan: Memberikan informasi kepada keluarga tentang pentingnya pola makan sehat dan gaya hidup aktif untuk mencegah penyakit ginjal.
Pemantauan Kesehatan Anak: Orang tua dapat memantau parameter kesehatan anak dan berkonsultasi dengan dokter bila ada indikasi risiko.
Meningkatkan Kesadaran Kesehatan: Mengedukasi komunitas tentang pemeriksaan kesehatan rutin.
Dalam sesi simulasi, anggota tim memperlihatkan cara kerja aplikasi, kemudian diikuti oleh Bu Haryatun yang mencoba aplikasi tersebut. Di sesi tanya jawab, Bu Haryatun mengapresiasi inovasi ini namun memberikan masukan penting terkait data. Saat ini, aplikasi menggunakan 12 parameter dari total 26 parameter yang ada pada data asli. Ia menyarankan agar lebih banyak parameter dimasukkan untuk meningkatkan akurasi prediksi.
Kesimpulan:Proyek ini menunjukkan potensi besar teknologi dalam mendukung kesehatan masyarakat, terutama dalam pencegahan penyakit kronis. Masukan dari Bu Haryatun diharapkan dapat membantu tim untuk menyempurnakan aplikasi mereka agar lebih efektif dan akurat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H