Pengalaman Thaybah dapat dipahami melalui teori adaptasi budaya seperti model Kurva-U, yang menguraikan tahap-tahap penyesuaian diri dalam budaya baru. Awalnya, individu mengalami fase bulan madu yang ditandai dengan kegembiraan dan ketertarikan terhadap lingkungan barunya. Hal ini diikuti dengan fase culture shock, yang ditandai dengan rasa frustrasi dan tantangan dalam menyesuaikan diri dengan perbedaan. Secara bertahap, ketika mereka belajar untuk menavigasi lingkungan baru mereka, individu memasuki fase penyesuaian, yang mengarah pada penerimaan dan integrasi pada akhirnya. Perjalanan Thaybah menggambarkan perkembangan ini, saat ia bergerak dari kegembiraan awal ke saat-saat keraguan dan akhirnya menuju rasa memiliki.
Saran untuk Mahasiswa Sri LankaÂ
Bagi sesama warga Sri Lanka yang mempertimbangkan untuk belajar di Indonesia, Thaybah memberikan saran yang sederhana namun sangat penting: "Belajarlah bahasa terlebih dahulu. Itu akan membuat perbedaan yang sangat besar." Dia menekankan pentingnya persiapan, termasuk membiasakan diri dengan budaya dan adat istiadat Indonesia untuk memudahkan proses penyesuaian.
Wawasan tentang Budaya Sri Lanka
Berkaca dari negara asalnya, Thaybah memberikan gambaran sekilas tentang dinamika sosial di Sri Lanka. "Kami adalah masyarakat multi-etnis dengan kelompok-kelompok seperti Tamil, Sinhala, Burgher, Moor, Melayu, Jawa, Pathan, dan Portugis. Sayangnya, diskriminasi berdasarkan agama dan keturunan masih ada," jelasnya. Ia menambahkan bahwa meskipun keragaman ini memperkaya, namun juga membawa tantangan tersendiri. Seperti juga yang sudah dikatakan diawal bahwa di Indonesia memiliki lebih banyak etnis dan suku, namun mereka sama sekali tidak membeda-bedakan satu sama lain.
Norma-norma budaya di sekitar kehidupan sehari-hari juga sangat berbeda. "Di Sri Lanka, kebanyakan orang sudah berada di tempat tidur pada pukul 10 malam, dan kehidupan malam sangat minim. Wanita, khususnya, cenderung menghindari keluar rumah setelah gelap karena masalah keamanan," katanya. "Lingkungan tidak selalu aman, jadi tindakan pencegahan diperlukan."
Melihat ke Depan
Terlepas dari tantangan yang ada, Thaybah tetap optimis dengan perjalanannya di Indonesia. "Pengalaman ini membentuk saya menjadi lebih baik," pungkasnya. "Setiap hari di sini adalah kesempatan untuk belajar, dan saya bersyukur atas pertumbuhan yang terjadi dalam hidup saya." Ketangguhan dan keterbukaannya terhadap pengalaman baru merupakan bukti dari kemungkinan yang memperkaya pendidikan lintas budaya.
Peran Pertukaran Budaya dalam Pertumbuhan Pribadi
Kisah Thaybah menggarisbawahi pentingnya pertukaran budaya dalam mendorong pertumbuhan pribadi dan profesional. Berinteraksi dengan budaya baru tidak hanya memperluas pandangan dunia seseorang, tetapi juga meningkatkan kemampuan beradaptasi, keterampilan komunikasi, dan empati-kualitas yang sangat penting dalam dunia yang semakin mengglobal. Dengan merangkul tantangan dan peluang belajar di luar negeri, Thaybah mencontohkan bagaimana melangkah keluar dari zona nyaman seseorang dapat menghasilkan transformasi yang mendalam.
Perjalanan Thaybah tidak hanya menyoroti seluk-beluk beradaptasi dengan lingkungan baru, tetapi juga menggarisbawahi kekuatan transformatif dari melangkah keluar dari zona nyaman. Kisahnya merupakan pengingat bahwa tantangan dapat mengarah pada pertumbuhan dan peluang baru, membuka jalan untuk masa depan yang lebih cerah.