Mohon tunggu...
Satrio Yudha Kurniawan
Satrio Yudha Kurniawan Mohon Tunggu... Ordinary People

Ambivert yang senang belajar hal baru.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Privilege... Beneran Ada atau Nggak, Sih?

5 Oktober 2020   11:07 Diperbarui: 5 Oktober 2020   11:17 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Privilege, belakangan ini marak diperbincangkan satu kata yang mungkin dulu asing bagi telinga kita, terutama bagi yang aktif bermain sosial media seperti twitter pasti sering atau pernah sekali membicarakan kata tersebut. Sebelum mengarah ke topik yang ingin dibahas, kalian pernah ngga sih mendengar istilah “Orang Dalam”. 

Pasti kebanyakan dari kalian sudah pernah mendengar atau bahkan terlibat langsung dengan mereka, seperti saat ingin melamar pekerjaan atau mengurus sesuatu. 

Sudah menjadi rahasia umum bahwa keberadaan “Orang Dalam” di kehidupan sehari-hari itu memang nyata adanya. Lalu apa hubungannya dengan topik yang ingin kita bahas kali ini?

Apa Itu Privilege??

Mengutip Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata privilege /ˈpriv(ə)lij yang diserap ke Bahasa Indonesia menjadi “privilese” yang memiliki arti hak istimewa. 

Nah, makna dari kata ini bisa mengacu ke banyak hal, tetapi seringkali privilege diartikan sebagai hak istimewa yang didapat seseorang yang lahir di kalangan keluarga elit. 

Bentuk privilege bermacam-macam, namun secara umum seseorang dianggap memiliki privilege bila berasal dari keluarga yang mapan, memiliki pendidikan yang baik, dan menikmati jaminan kesehatan.

Kalau saya sendiri mengartikan privilege hanya sebatas perbedaan start untuk mencapai kesuksesan. Tidak ada jaminan bahwa orang yang memiliki privilege akan sukses, privilege hanya sebatas memperbesar peluang orang yang mempunyainya untuk sukses. 

Kesuksesan seseorang kembali lagi ke diri mereka sendiri dengan cara memanfaatkan apa yang mereka punya dengan semaksimal mungkin. Banyak dari masyarakat yang menganggap kata privilege ini sebagai “kunci emas” yang akan membuat orang yang memilikinya otomatis akan sukses. Padahal pendapat tersebut tidak sepenuhnya bener lho.

 Privilege Itu Nyata?

 Untuk pertanyaan tersebut saya menemukan sebuah kisah yang cocok untuk menjawabnya. Let’s do this!

Sumber : erabaru.net/
Sumber : erabaru.net/

 Suatu hari di dalam sebuah ruangan kelas sedang terjadi proses kegiatan belajar mengajar. Saat pelajaran hampir selesai sang guru ingin memberikan sedikit pelajaran hidup untuk anak didiknya. 

Guru tersebut mengadakan suatu permainan sederhana. Sang guru lalu membagikan lembaran kertas pada setiap siswa dan mereka diminta membuat gumpalan dari kertas tersebut. Lalu ia meletakan keranjang sampah di depan kelas.

 “Lempar dan masukkan gumpalan kertas yang sudah saya berikan pada kalian ke dalam keranjang sampah yang ada di depan kelas ini” Ujar sang guru.

 Namun tiba-tiba, siswa yang duduk di bangku bagian belakang mengajukan protes ke gurunya. “Ini sama sekali tidak adil!” ujar siswa tersebut.

 Mereka tahu siswa yang duduk di barisan depan lebih berpeluang memasukkan gumpalan kertas ke dalam kotak sampah. Sedangkan siswa yang paling belakan memiliki kesempatan yang paling kecil untuk bisa memasukkan gumpalan kertas ke dalam keranjang sampah.

Selanjutnya, semua siswa mulai mencoba melemparkan gumpalan kertas, dan hasilnya seperti yang diduga, sebagian besar siswa yang duduk paling depan berhasil memasukkan gumpalan kertas ke dalam kotak sampah (tapi tidak semuanya berhasil), sementara siswa yang duduk di belakang, hanya segelintir yang berhasil.

 Kemudian guru menjelaskan: “Siswa yang jaraknya lebih dekat dengan kotak sampah jauh lebih berpeluang berhasil memasukkan gumpalan kertas ke dalam kotak sampah. 

Seperti inilah wujud kelebihan/keunggulan yang terlihat di masyarakat. Apa kalian sadari, mereka yang khawatir karena sangsi terhadap keadilan itu adalah siswa yang duduk di bangku bagian belakang.”

Cerita singkat diatas adalah secuil dari contoh penerapan privilege yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Keranjang sampah yang menjadi tujuan diibaratkan seperti kesuksesan yang pastinya ingin diraih oleh semua orang. 

Lalu perbedaan posisi dan jarak untuk melempar gulungan kertas agar masuk ke dalam keranjang sampah itu menyimbolkan privilege yang terjadi di dunia nyata.

Kesimpulannya, saya mempercayai bahwa privilege itu memang nyata adanya. Akan tetapi saya juga percaya bahwa hasil tidak akan pernah mengkhianati usaha. 

So jangan pernah menyerah untuk meraih kesuksesan versi kalian yang ingin kalian raih yaa :) Perlu diingat juga bahwa kita punya tuhan yang sudah menentukan jalan yang terbaik untuk kita. Ingat jangan lupa bersyukur :)

Di akhir artikel ini ijinkan saya mengutip quote yang pernah saya baca dan sangat worth it untuk didalami maknanya. 

”Jangan Pernah Membandingkan Dirimu dengan Orang Lain! Bandingkanlah Dirimu dengan Dirimu Sendiri di Hari-Hari Sebelumnya. Apakah Sudah Menjadi Lebih Baik atau Belum?”

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun