Saya adalah seorang pelajar di salah satu SMP Negeri di Surakarta. Perkenalkan, nama saya Satrio Ernesto Utomo. Saya sering dianggap memiliki kemampuan lebih dibanding teman-teman sebaya saya. Namun, apa yang saya lakukan untuk kebaikan diri sendiri, di mata mereka hanya dianggap sebagai "ambis," "sok sibuk," dan kata-kata lain yang menyakitkan telinga.
Kisah ini dimulai sejak kelas 7. Pada hari pertama pembelajaran di SMP, setelah Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah, saya langsung dipilih menjadi ketua kelas. Mungkin ini memicu kecemburuan teman-teman saya yang lain, dan sejak saat itu, saya mendapat julukan "anak emas." Awalnya, saya juga dibully karena pelafalan huruf R saya yang kurang jelas. Tak berhenti di situ, cemoohan yang saya alami berlanjut hingga kelas 9.
Saya membuat tips ini berdasarkan pengalaman pribadi selama di SMP, tetapi tips ini juga bisa bermanfaat bagi pembaca yang sudah bekerja atau lanjut usia. Berikut adalah tips-tips versi saya untuk mengubah cemoohan menjadi kesuksesan.
1. Jalani apa yang sedang kita hadapi sekarang
Banyak orang memilih lari dari situasi yang sulit. Mereka takut menghadapinya karena merasa posisi atau kedudukan mereka tidak cukup untuk mengubah keadaan. Akibatnya, ada yang melampiaskan dengan cara negatif, seperti mabuk-mabukan, merokok, atau bahkan terjerumus ke dalam pergaulan bebas.
Keadaan ini jelas tidak baik. Hal-hal negatif seperti ini bisa semakin buruk jika sampai berujung pada tindakan menyakiti diri sendiri, seperti melukai tangan atau lebih parahnya, bunuh diri. Hal-hal ini sering terjadi karena kita tidak mau berdamai dengan keadaan yang ada. Terkadang, kita malah memilih jalan pintas untuk menyelesaikan masalah.
Apa yang perlu kita lakukan sekarang? Tentunya kita harus menjalani apapun yang kita hadapi. Tetaplah memegang prinsip berikut:
"Lakukan apa yang harus kita lakukan, selebihnya serahkanlah kepada Tuhan Sang Maha Adil."
Prinsip ini universal, tidak hanya terfokus pada satu agama saja. Bahkan bagi para pembaca yang berbeda usia pun, prinsip ini tetap relevan.
2. Fokus pada tujuan yang ingin dicapai
Setelah mampu beradaptasi, kita juga harus fokus pada tujuan yang ingin dicapai. Ingatlah impian yang pernah kita miliki sejak lama.
Saya dulu pernah bermimpi menjadi seseorang yang pandai, juara kelas, dan ikut lomba. Saya fokus pada apa yang saya tuju. Saya tak menghiraukan kata-kata teman-teman saya yang lain. Inilah intinya: fokus, fokus, fokus. Anggap cemoohan orang itu hanya seperti kicauan burung. Itu sulit, saya akui, karena saya juga pernah mengalami fase itu.
Memang pada awalnya, kita pasti memasukkan kata-kata orang ke dalam hati. Tapi sebenarnya, siapa yang peduli dengan kata-kata itu? Kadang-kadang, orang yang mencemooh sudah melupakan perkataan mereka, tetapi kita masih menyimpannya di dalam hati.
Ingat! Kita punya tujuan yang ingin dicapai. Kita tidak punya waktu untuk mengurus hal-hal yang tidak produktif seperti itu. Lakukan hal-hal yang kita mau, kegiatan yang kita suka, dan capailah tujuan kita tanpa mendengarkan cemoohan orang lain. Yang perlu kita lakukan adalah fokus, terus tingkatkan, dan jangan pernah berhenti jika hal itu positif.
3. Periksa batin
Dunia dewasa ini sering memperkenalkan istilah baru, salah satunya adalah "playing victim." Istilah ini menunjukkan seseorang yang sebenarnya salah, tetapi tetap menyalahkan orang lain. Orang yang "playing victim" sering membuat kita merasa bersalah, padahal bisa jadi kita tidak bersalah.
Kita mungkin sering merasa sakit hati karena cemoohan orang lain. Tapi, kadang kita sendiri yang membuat mereka bersikap demikian tanpa sadar, seperti dengan menunjukkan sikap atau ekspresi yang tidak wajar. Hal itu bisa memancing cemoohan dan celaan datang dengan sendirinya. Jangan sampai kita merasa terus dicemooh, padahal kita sendiri yang menyebabkannya.
Kita perlu memeriksa batin kita: apakah mungkin saja kita masih sering berperilaku aneh? Ataukah ada yang salah dengan diri kita yang membuat orang mencemooh?
4. Maafkan orang-orang yang telah mencemooh kita
Langkah terakhir adalah memaafkan orang-orang yang pernah mencemooh kita. Mengapa harus memaafkan mereka? Karena dengan memaafkan, kita bisa terbebas dari beban dendam dan merasa lebih damai di hati.
Setelah memaafkan mereka, ulangi langkah-langkah ini secara berkelanjutan. Saya yakin, kita pasti bisa menjadi sukses berkat cemoohan mereka.
Terima kasih telah membaca artikel pertama saya ini. Mohon maaf jika ada kekurangan dalam tata bahasa saya. Semoga apa yang saya sampaikan bisa menjadi bahan refleksi kita sehari-hari.
Saya akan membuat artikel-artikel di Kompasiana yang dapat membantu teman-teman di luar sana menghadapi rintangan dalam pendidikan zaman sekarang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI