Mohon tunggu...
Satrio hidayat
Satrio hidayat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa, akun ini bertujuan untuk menuntaskan tugas

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Revitalisasi Gerakan Mahasiswa yang Mampu Memformulasikan Gagasan untuk Perubahan Sosial di Era Digital menuju Indonesia yang Makmur dan Berkeadilan

6 September 2024   12:55 Diperbarui: 6 September 2024   14:10 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

* Abstrak

Gerakan mahasiswa selalu menjadi pilar penting dalam sejarah perubahan sosial di Indonesia. Pada era digital, transformasi teknologi mengubah dinamika sosial, memberikan tantangan sekaligus peluang bagi gerakan mahasiswa untuk memformulasikan gagasan yang relevan dengan kondisi masyarakat modern. Artikel ini mengeksplorasi revitalisasi gerakan mahasiswa di era digital sebagai kekuatan pendorong perubahan sosial menuju Indonesia yang lebih makmur dan berkeadilan. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif berbasis studi literatur dan wawancara, penelitian ini menyoroti potensi teknologi digital untuk memperkuat advokasi sosial serta pentingnya peran mahasiswa dalam membentuk kesadaran kritis masyarakat di masa depan.

* Pendahuluan

Gerakan mahasiswa di Indonesia telah terbukti sebagai kekuatan penggerak dalam berbagai momen historis, mulai dari penggulingan rezim kolonial hingga reformasi 1998. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, relevansi gerakan ini semakin dipertanyakan, terutama di tengah perkembangan teknologi digital yang telah merubah cara komunikasi dan mobilisasi sosial. Di tengah kebangkitan era digital, mahasiswa dihadapkan pada tantangan untuk tetap relevan dan efektif dalam memformulasikan gagasan untuk perubahan sosial. Dalam konteks ini, revitalisasi gerakan mahasiswa menjadi penting untuk menjaga posisi mereka sebagai agen perubahan menuju Indonesia yang makmur dan berkeadilan.

* Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi peran dan potensi mahasiswa dalam memanfaatkan teknologi digital untuk advokasi sosial.

2. Menjelaskan bagaimana teknologi digital dapat digunakan untuk memformulasikan gagasan perubahan sosial yang efektif.

3. Mengkaji tantangan dan peluang yang dihadapi gerakan mahasiswa di era digital dalam mewujudkan masyarakat yang makmur dan berkeadilan.

* Landasan Teori

1. Teori Perubahan Sosial: Teori perubahan sosial dari tokoh-tokoh seperti Karl Marx dan Anthony Giddens menekankan bahwa perubahan sosial terjadi sebagai hasil dari kontradiksi dalam struktur sosial yang ada. Dalam konteks ini, gerakan mahasiswa berfungsi sebagai agen yang mendorong perubahan dengan menyoroti ketidakadilan dan memobilisasi masyarakat untuk bertindak.

2. Teori Mobilisasi Sumber Daya (Resource Mobilization Theory): Teori ini menyatakan bahwa keberhasilan gerakan sosial bergantung pada kemampuan mereka untuk memobilisasi sumber daya, termasuk teknologi, jaringan sosial, dan dukungan finansial. Era digital memungkinkan gerakan mahasiswa memobilisasi sumber daya secara lebih efisien melalui platform online dan media sosial.

3. Teori Jaringan Sosial dan Teknologi (Network Society Theory): Manuel Castells menjelaskan bagaimana teknologi digital mengubah struktur sosial menjadi lebih terhubung dan saling terkait. Gerakan mahasiswa dapat memanfaatkan teori ini untuk memahami bagaimana teknologi memperkuat jaringan sosial mereka dan memungkinkan aksi kolektif pada skala yang lebih besar.

* Metodologi

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode pengumpulan data berupa:

1. Studi Literatur: Melibatkan tinjauan kritis terhadap literatur terkait gerakan mahasiswa, perubahan sosial, dan pengaruh teknologi digital.

2. Wawancara: Menggunakan wawancara mendalam dengan aktivis mahasiswa, pakar teknologi, dan pengamat sosial untuk mendapatkan pandangan empiris mengenai peran teknologi digital dalam gerakan mahasiswa.

3. Analisis Konten: Menganalisis aktivitas digital dari beberapa gerakan mahasiswa di media sosial, blog, dan situs web advokasi untuk mengidentifikasi pola dan strategi mereka dalam memformulasikan gagasan untuk perubahan sosial.

* Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Pemanfaatan Teknologi Digital dalam Advokasi Sosial

Teknologi digital memberikan kesempatan besar bagi mahasiswa untuk memperluas jangkauan advokasi sosial mereka. Penelitian ini menemukan bahwa mahasiswa yang terlibat dalam gerakan sosial secara aktif menggunakan platform seperti Twitter, Instagram, dan TikTok untuk menyebarkan ide-ide kritis. Kampanye digital seperti #ReformasiDikorupsi menjadi contoh konkret bagaimana media sosial digunakan untuk memobilisasi dukungan secara cepat. Namun, efektivitas kampanye digital ini sering kali tergantung pada konsistensi narasi dan aksi nyata di luar dunia maya.

2. Formulasi Gagasan untuk Perubahan Sosial

Dalam era digital, formulasi gagasan mahasiswa harus memenuhi dua kriteria utama: (1) relevansi dengan isu-isu sosial lokal dan global, dan (2) resonansi dengan generasi muda yang lebih terbiasa dengan bahasa dan budaya digital. Dalam hal ini, gerakan mahasiswa perlu lebih fokus pada isu-isu strategis seperti kesenjangan ekonomi, akses pendidikan, perubahan iklim, dan hak asasi manusia yang berdampak langsung pada kehidupan masyarakat. Penelitian ini menunjukkan bahwa gerakan yang mampu mengartikulasikan gagasan yang jelas, faktual, dan berdasarkan data lebih mungkin mendapatkan dukungan publik luas.

3. Kolaborasi dan Jaringan Sosial

Era digital memberikan akses lebih besar untuk berkolaborasi dengan berbagai aktor sosial lain, baik di tingkat nasional maupun internasional. Temuan penelitian ini menyoroti pentingnya gerakan mahasiswa untuk membangun jaringan koalisi yang kuat, baik dengan LSM, aktivis independen, maupun komunitas global. Kolaborasi ini tidak hanya memperkuat posisi negosiasi gerakan mahasiswa, tetapi juga memperkaya perspektif dan strategi advokasi.

4. Tantangan yang Dihadapi Gerakan Mahasiswa di Era Digital

Meskipun teknologi digital membuka banyak peluang, terdapat pula sejumlah tantangan signifikan. Misalnya, polarisasi informasi di media sosial dan disinformasi sering kali mengaburkan pesan-pesan utama gerakan mahasiswa. Selain itu, kehadiran "aktivisme klik" (clicktivism) membuat sebagian besar partisipasi sosial bersifat dangkal, tanpa tindakan nyata di dunia fisik. Penelitian ini menekankan pentingnya mahasiswa untuk menggabungkan aktivitas digital dengan aksi di lapangan untuk mencapai hasil yang lebih substansial.

* Kesimpulan

Gerakan mahasiswa di era digital memiliki potensi besar untuk mendorong perubahan sosial, terutama melalui pemanfaatan teknologi digital untuk advokasi dan mobilisasi. Namun, untuk mencapai Indonesia yang makmur dan berkeadilan, mahasiswa harus mampu memformulasikan gagasan yang relevan dengan kondisi sosial kontemporer dan memastikan bahwa aksi mereka tidak terbatas pada dunia maya. Kolaborasi, jaringan sosial, serta pemahaman mendalam terhadap isu-isu lokal dan global sangat penting untuk memastikan gerakan mahasiswa tetap menjadi kekuatan signifikan dalam perubahan sosial.

* Rekomendasi

1. Pengembangan Literasi Digital Mahasiswa: Mahasiswa harus dilatih untuk lebih memahami penggunaan teknologi digital secara strategis dalam gerakan sosial, termasuk dalam hal penyebaran informasi, penggalangan dana, dan kolaborasi.

2. Penguatan Infrastruktur Gerakan: Universitas dan organisasi kemahasiswaan perlu menciptakan ruang-ruang diskusi yang mendorong mahasiswa untuk memformulasikan gagasan kritis dan solutif.

3. Mendorong Aksi Nyata di Luar Dunia Maya: Gerakan digital harus diikuti dengan aksi nyata di lapangan, termasuk melalui demonstrasi fisik, diskusi publik, atau kegiatan komunitas yang melibatkan langsung masyarakat.

* Daftar Pustaka

1. Castells, M. (2012). Networks of Outrage and Hope: Social Movements in the Internet Age. Polity Press.

2. Giddens, A. (1984). The Constitution of Society. University of California Press.

3. Rheingold, H. (2002). Smart Mobs: The Next Social Revolution. Perseus Publishing.

4. Tarrow, S. (1998). Power in Movement: Social Movements and Contentious Politics. Cambridge University Press.

5. Habermas, J. (1989). The Structural Transformation of the Public Sphere. MIT Press.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun