Kehadiran pejabat sering kali hanya persoalan kepentingan atau ikatan struktural saja. Tetapi kehadiran warga dari berbagai daerah saat acara malam itu, menjadi ukuran Kang Dedi Mulyadi memiliki nilai-nilai yang sangat kuat mengisi hati warga Jabar dan penggemarnya dari berbagai daerah. Hal ini mungkin jadi dasar Kang Dedi Mulyadi menyebut malam itu malam rasa, malam cinta. Saya juga sepakat dengan itu. Tanpa rasa, cinta dan ketulusan tidak akan mungkin hadir warga sebanyak itu.
Oto kritik Dedi Mulyadi atas kondisi Jawa Barat selain pergeseran nilai-nilai kebudayaan Sunda, eksploitasi alam (khususnya Jawa Barat) menjadi perhatian serius Kang Dedi Mulyadi dalam setiap kesempatan. Termasuk dalam acara 10 April 2023 lalu.
Eksploitasi masif alam atas nama kesejahteraan justru fakta-nya terjadi bencana dimana-mana. Ancaman krisis air minum akibat tata ruang yang tidak terkendali. Bahkan di bagian lain sambutannya dalam konteks sosiologis, ada kekhawatiran Sunda akan mengalami krisis identitas di masa yang akan datang.Â
Saya menyadari, bahwa secara pribadi tidak mampu menerjemahkan secara pasti sambutan Kang Dedi Mulyadi malam itu. Sebabnya nilai-nilai filosofis dan kultural disampaikan dengan dominasi bahasa Sunda. Tetapi dengan keterbatasan itu, saya berupaya mencerna esensi bait demi bait sambutan Kang Dedi Mulyadi.
Khusus tentang ekologi. Kang Dedi Mulyadi menekankan bahwa persoalan alam Jawa Barat bukan semata-mata urusan kebijakan. Tetapi gerakan warga untuk kembali ke diri, ke Sunda sesungguhnya. yaitu meneladani ajaran Siliwangi.
Saha wae nu hoyong jadi pemimpin, saha wae nu hoyong jadi politisi, niat na eta, Balikan sarakan pangbalikan, Balik kawiwitan ka alam. Asal poe asal. balik ka ajaran siliwangi. Ari balik ke ajaran siliwangi teh naon?Â
balik ke diri, ari balik ka diri teh naon? Gunung kudu awian, lengkok kudu balongan, sawah kudu lebakan. Kabeh iyeu alam kudu balik, ka asalna carana kumaha? Hei jaggaan gunung, jangaan sirah cai, ageng susukan, jagaan walungan, eta kabeh jagaan, sebab didinya kemakmuran rakyat.
Bohong..! Lamun nunggar gunung, lamun nguruk sawah, lamun nguruk walungan, lamun ngabedah laut, bohong indonesia bakal makmur. Duit nu diraih ku negara, bakal ancur-ancuran, wah bisa ngebangun kemakmuran rakyat. Sewenang negara eksploitasi owoh provinsi, mengeksploitasi owoh kabupaten, nu makmur rakyat na owoh.
Mungkin saja terjemahan ini tidak tepat, maka saya berharap ada yang bisa menyempurnakannya. Upaya saya hanya bisa minta bantuan Kang Cahmat Ketuacirangkong dan Bapak Dede Solih untuk mengoreksi setelah berupaya menggunakan google translate. Kira-kira terjemah-nya seperti ini.
Siapa saja yang ingin menjadi pemimpin, siapa saja yang ingin menjadi politikus, Pulang ke jati dirinya. Kembali ke seperti dulu, kembali ke ajaran Siliwangi. Kembali ke ajaran Siliwangi itu apa, kembali ke diri kita, Kembali ke diri itu apa?Â
Gunung harus ada bambunya, Lebah harus menjadi rawa, ladang harus subur, semua alam haru kembali, harus bagai mana caranya? Hei jagalah Gunung, jagalah sumber air, Air sungai harus besar, merawat sungai, Kita semua harus saling jaga, karena disitu kemakmuran rakyat.Â