Mohon tunggu...
Juson Simbolon
Juson Simbolon Mohon Tunggu... Dosen - Pekerja

_Kata adalah senjata, foto adalah nada_ Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (kebajikkan dan kejahatan) - QS. Al-Balad Ayat 10 Tinggi hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan - Amsal 18 ayat 12

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Malam Cinta di Pamanah Rasa

9 Oktober 2024   00:46 Diperbarui: 9 Oktober 2024   02:52 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Jagalah alam Sunda mu, seperti kamu menjaga kehormatanmu" kalimat ini merupakan penggalan pernyataan Kang Dedi Mulyadi dalam acara silaturahmi di Lembur Pakuan Subang Jawa Barat Senin 10 April 2023. 

Halaman luas Bale Pamanah Rasa, Sukadaya, Desa Sukasari Rawalele, Kec. Dawuan, Kabupaten Subang, Jawa Barat, ribuan warga dari berbagai tempat berkumpul menikmati kesenian Sunda. 

Kang Dedi Mulyadi bersama ribuan warga duduk bersama di halaman Bale Pamanah Rasa. Sesekali Kang Dedi Mulyadi mengusap air matanya, kala lagu-lagu bertema Ibu dikumandangkan menembus keheningan malam.

Tidak tampak stratifikasi sosial. Tidak ada barisan khusus undangan pejabat pusat maupun daerah. Semua membaur tanpa sekat-sekat sosial. Kondisi ini menggambarkan betapa egaliternya Dedi Mulyadi dalam keseharian. Maka sangat wajar pula malam itu Dia sebut sebagai malam rasa, malam cinta, malam mengenang Ibu bagi siapapun yang hadir malam itu.

Dalam sambutannya Kang Dedi Mulyadi mengatakan "3 tahun saya jadi anggota DPRD, Satu tahun Wakil Bupati, dan Dua periode Bupati, saya menikmati hidup keikhlasan hari ini. Dimana orang datang bukan karena ikatan jabatan, tapi karena ikatan rasa dan cinta, bukan karena ikatan struktural partai, tapi karena ikatan satu rasa, satu jiwa. 

Maka pesan saya, siapapun yang datang malam ini, yang punya ikatan ideologis dengan Dedi Mulyadi, yang mau jadi pejabat atau mau jadi Bupati maka jagalah alam Sunda mu sebagaimana engkau menjaga kehormatanmu"

Pernyataan reflektif Kang Dedi Mulyadi atas realitas dengan menekankan pada keikhlasan menjadi pesan yang sangat mendalam. Hal itu tampak ketika saya tiba di area Lembur Pakuan sekitar pukul 20.30 WIB. Saat menuju parkir mobil, tidak tampak deretan mobil-mobil dinas dengan plat merah. 

Kondisi itu sangat berbeda saat acara yang sama tahun lalu. Ketika acara malam silaturahmi 51 tahun Kang Dedi Mulyadi. Deretan mobil dinas SKPD dan Kecamatan tampak mengisi jalur kiri kanan jalan raya. 

Setelah mencoba mengingat-ingat sambil duduk mengamati seluruh peserta yang hadir, akhirnya saya paham dan menduga banyak SKPD hadir kala itu karena seorang Bupati perempuan masih duduk di sebelah Kang Dedi Mulyadi.

Kondisi demikian menjadi konklusi bagi saya. Bahwa magnet Kang Dedi Mulyadi bagi rakyat Jabar sangatlah natural. Seberapa banyak pejabat yang hadir, tentu saja bukan ukuran berapa banyak yang ikhlas mengikuti, mendengar atau menjadikan Kang Dedi Mulyadi sebagai spirit moral untuk berkumpul.

Dok. Musium Purwakarta
Dok. Musium Purwakarta

Kehadiran pejabat sering kali hanya persoalan kepentingan atau ikatan struktural saja. Tetapi kehadiran warga dari berbagai daerah saat acara malam itu, menjadi ukuran Kang Dedi Mulyadi memiliki nilai-nilai yang sangat kuat mengisi hati warga Jabar dan penggemarnya dari berbagai daerah. Hal ini mungkin jadi dasar Kang Dedi Mulyadi menyebut malam itu malam rasa, malam cinta. Saya juga sepakat dengan itu. Tanpa rasa, cinta dan ketulusan tidak akan mungkin hadir warga sebanyak itu.

Oto kritik Dedi Mulyadi atas kondisi Jawa Barat selain pergeseran nilai-nilai kebudayaan Sunda, eksploitasi alam (khususnya Jawa Barat) menjadi perhatian serius Kang Dedi Mulyadi dalam setiap kesempatan. Termasuk dalam acara 10 April 2023 lalu.

Eksploitasi masif alam atas nama kesejahteraan justru fakta-nya terjadi bencana dimana-mana. Ancaman krisis air minum akibat tata ruang yang tidak terkendali. Bahkan di bagian lain sambutannya dalam konteks sosiologis, ada kekhawatiran Sunda akan mengalami krisis identitas di masa yang akan datang. 

Saya menyadari, bahwa secara pribadi tidak mampu menerjemahkan secara pasti sambutan Kang Dedi Mulyadi malam itu. Sebabnya nilai-nilai filosofis dan kultural disampaikan dengan dominasi bahasa Sunda. Tetapi dengan keterbatasan itu, saya berupaya mencerna esensi bait demi bait sambutan Kang Dedi Mulyadi.

Khusus tentang ekologi. Kang Dedi Mulyadi menekankan bahwa persoalan alam Jawa Barat bukan semata-mata urusan kebijakan. Tetapi gerakan warga untuk kembali ke diri, ke Sunda sesungguhnya. yaitu meneladani ajaran Siliwangi.

Saha wae nu hoyong jadi pemimpin, saha wae nu hoyong jadi politisi, niat na eta, Balikan sarakan pangbalikan, Balik kawiwitan ka alam. Asal poe asal. balik ka ajaran siliwangi. Ari balik ke ajaran siliwangi teh naon? 

balik ke diri, ari balik ka diri teh naon? Gunung kudu awian, lengkok kudu balongan, sawah kudu lebakan. Kabeh iyeu alam kudu balik, ka asalna carana kumaha? Hei jaggaan gunung, jangaan sirah cai, ageng susukan, jagaan walungan, eta kabeh jagaan, sebab didinya kemakmuran rakyat.

Bohong..! Lamun nunggar gunung, lamun nguruk sawah, lamun nguruk walungan, lamun ngabedah laut, bohong indonesia bakal makmur. Duit nu diraih ku negara, bakal ancur-ancuran, wah bisa ngebangun kemakmuran rakyat. Sewenang negara eksploitasi owoh provinsi, mengeksploitasi owoh kabupaten, nu makmur rakyat na owoh.

Mungkin saja terjemahan ini tidak tepat, maka saya berharap ada yang bisa menyempurnakannya. Upaya saya hanya bisa minta bantuan Kang Cahmat Ketuacirangkong dan Bapak Dede Solih untuk mengoreksi setelah berupaya menggunakan google translate. Kira-kira terjemah-nya seperti ini.

Dok. Juson Simbolon
Dok. Juson Simbolon
Siapa saja yang ingin menjadi pemimpin, siapa saja yang ingin menjadi politikus, Pulang ke jati dirinya. Kembali ke seperti dulu, kembali ke ajaran Siliwangi. Kembali ke ajaran Siliwangi itu apa, kembali ke diri kita, Kembali ke diri itu apa? 

Gunung harus ada bambunya, Lebah harus menjadi rawa, ladang harus subur, semua alam haru kembali, harus bagai mana caranya? Hei jagalah Gunung, jagalah sumber air, Air sungai harus besar, merawat sungai, Kita semua harus saling jaga, karena disitu kemakmuran rakyat. 

Bohong..! jika Anda menggali Gunung, Kalau menguruk sawah, jika menguruk sungai, jika membelah laut, bohong indonesia bakal makmur. Uang yang diperoleh negara, akan hancur-hancuran (alam), tidak bisa membangun kemakmuran rakyat. Negara sewenang-wenang eksploitasi daerah provinsi, mengeksploitasi daerah kabupaten, rakyatnya tidak sejahtera.

Potongan sambutan Kang Dedi Mulyadi ini bukan saja kuat secara historis. Tetapi kuat secara gagasan. Dan yang terpenting hal itu bukan saja diucapkan, tetapi Dia dipraktekkan secara konsisten. Melihat Sunda, melihat Kang Dedi Mulyadi, melihat Jabar melihat Sunda.

Jakarta 12 April 2023

Juson Simbolon

Blogger & Youtuber Fans KDM

 #kdmharapanrakyat #jabaristimewa #fansKDm #fkdm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun