adalah bagian dari mimpi dan harapan. Mungkin juga kenangan
Jam yang pupus. Dan suara-suara yang tercekik
Bagi saya sendiri, sebagai orang yang juga suka melakukan perjalanan ke tempat-tempat baru, mencari dan menemukan makna-makna baru, puisi-puisi Emji seperti layaknya sebuah pancingan. Sebuah panggilan. Sebuah godaan. Untuk saya juga melangkah ke sana, menghirup hawa udaranya, merasakan terik mataharinya, dan mencumbu belaian angin lautnya.
Seberapa jauh puisi-puisi ini mencerminkan “perjalanan ke dalam diri” Emji Alif, saya tidak tahu. Hanya Emji yang tahu. Saya tidak akan menyentuh bagian personal itu. Namun, dari sisi luar, saya bisa melihat dan merasakan bahwa puisi-puisi Emji ini punya getar tertentu. Getar seorang pejalan, atau bahkan petualang. Dalam sebuah perjalanan yang mungkin tak pernah usai. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H