Membaca puisi-puisi Emji Alif, tak bisa tidak, mendorong saya untuk melakukan “penjelajahan ke dalam diri.” Sebagian tempat-tempat yang disebutkan Emji dalam puisi-puisinya, juga pernah saya kunjungi. Rusia, Amerika, Yunani, Swiss, Yordania, Jerusalem. Sebagian lagi belum pernah saya kunjungi.
Puisi-puisi Emji diwarnai oleh deskripsi yang membawa kita seolah-olah ikut hadir di sana. Deskripsi-deskripsi itu begitu nyata, dan hal itu lebih dihidupkan lagi dengan sentuhan personal Emji pada apa yang dia lihat dan dia rasakan.
Dari puisi “Monaco,” misalnya:
Dari jendela hotel terhampar pencalang dan yacht di Laut Mediterania
Menyilaukan, bagai kawanan burung-burung kuntul berwarna putih
yang memenuhi cakrawala. Matahari yang hangat dan air yang biru
terus memanggil-manggil: mari kita berenang,
menjejakkan kaki dan berkejaran di Pesisir Riviera
Atau puisi “Paris,” seperti berikut:
Di lekuk Sungai Seine wisatawan berlayar dengan gembira. Pejalan kaki menyeberang
di jembatan dan mencoba memahami grendel-grendel yang terkunci di sana