Contohnya, Ketua Komisi Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait, dikutip seolah-olah mengeritik penggunaan BPA pada galon guna ulang, yang akan membahayakan anak yang mengkonsumsi air minum dari galon tersebut. Tetapi Arist kemudian membantah keras pencatutan namanya dalam berita itu.
Kepada Antaranews.com (14 November 2020), Arist menegaskan, "Saya tidak pernah diwawancarai akhir-akhir ini dan itu pernyataan tiga tahun lalu, bukan sekarang."
Pernyataan mengenai kandungan BPA tersebut, kata Arist, dalam konteks plastik secara umum. Jadi tidak spesifik ke air minum di kemasan galon plastik isi ulang (jawapos.com, 14 November 2020).
Korban pencatutan nama dan "pemlintiran informasi" lainnya adalah psikolog anak ternama Seto Mulyadi, yang akrab dengan panggilan Kak Seto. Nama Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) itu dicatut dan dikait-kaitkan dalam berita tentang bahaya BPA dalam AMDK galon guna ulang.
Seto pun marah. "Saya tidak ada hubungannya sama sekali dengan hal itu, karena memang bukan bidang saya," ujar Seto (sumbawanews.com, 16 April 2021).
Seto mengakui pernah dimintai tanggapannya oleh seseorang (JPKL) mengenai BPA AMDK galon guna ulang, yang disebutkan bisa membahayakan kesehatan bayi, balita, dan calon bayi dari ibu hamil.
"Tapi waktu itu saya hanya mengatakan, saya memang peduli perlindungan anak. Kalau ada masalah yang menyangkut makanan, minuman diperdebatkan, saya bilang itu harus ditanyakan langsung ke BPOM atau Kementerian Kesehatan yang tepat untuk mengklarifikasi. Itu saja. Jadi saya sama sekali tidak mengatakan sesuatu terkait BPA yang ada di galon guna ulang itu," tuturnya.
"Tapi saya kok diikut-ikutkan dalam masalah persaingan dagang. Saya curiga ini ada persaingan dagang dan coba-coba melibatkan saya. Saya tidak mau. Saya hanya peduli pada perlindungan anak. Dalam hal ini saya anggap pencatutan saja. Itu hanya memanfaatkan nama saya saja," ucap Seto.
Sebetulnya bukan cuma Arist dan Seto yang dicatut namanya. Ada beberapa nara sumber lagi yang merasa keterangannya "diplintir," tapi nama-nama dan kasus mereka tidak akan dibahas di sini karena akan terlalu panjang.
Petisi JPKL Dicopot Karena Disinformasi
Tak cukup dengan menyebar berita hasil plintiran di media online, untuk mendukung kampanyenya, JPKL juga menggalang petisi di situs Change.org. Change.org adalah platform petisi terbesar di dunia, yang mewadahi setiap orang yang berkampanye untuk memobilisasi pendukung, dan bekerja dengan pengambil keputusan untuk mencari solusi.