Mohon tunggu...
Satrio YogaPratama
Satrio YogaPratama Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Mercubuana

42321010086 - Dosen pengampu : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak - Desain Komunikasi Visual

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

K12_Diskursus Teodesi dan Kejahatan

18 November 2022   14:19 Diperbarui: 18 November 2022   14:31 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketiga, kodrat Mahakuasa Tuhan. Kodrat Mahakuasa Tuhan merupakan kebebasan Tuhan buat merealisasikan kehendak- Nya. Tetapi butuh digarisbawahi, kalau bagi Leibniz, Tuhan tidak sempat memakai kekuasan- Nya secara sewenang- wenang. Ia senantiasa menegasikannya dengan kehendak antesenden- Nya, kehendak buat membagikan yang terbaik untuk manusia.

Uraian horizontal, Leibniz berkomentar kalau manusia ialah cerminan Tuhan, manusia merupakan bagian dari Tuhan, tetapi beda sangat secara signifikan. Tuhan sempurna serta mempunyai kehendak tidak terbatas dalam seluruh segi, lagi manusia kebalikannya, manusia pula sempurna tetapi kesempurnaannya terbatas. Demikian juga kehendak manusia, manusia diberi kebebasan dalam berkehendak, tetapi kehendak manusia senantiasa mempunyai batas.

Mengutip tulisan Leibniz," For God could not give creature all without making of it a God; there fore there must needs be different degrees in the perfection of things, and limitations also of every kind"( Leibniz, 2007). Dari kutipan tersebut nampak kalau Tuhan tetap diposisikan sebagai yang sempurna lagi manusia senantiasa dibawahnya tetap terbatas.

Tidak hanya itu, kehendak manusia pula tidak proporsional dengan kehendak Tuhan. Kodrat kehendak Tuhan senantiasa bermuara pada kebaikan( antesenden serta konsekuen). Sebaliknya kodrat kehendak manusia masih ambigu, boleh jadi cenderung pada yang baik, boleh jadi cenderung pada yang jahat.

Hingga bila disinggungkan dengan penderitaan( bencana) yang muncul di alam semesta, tidak hanya terjalin atas kehendak baik Tuhan, dapat jadi penderitaan( bencana) pula didalangi oleh manusia. Manusia yang sembarangan memakai kehendak bebasnya, yang malah memilah serta cenderung pada yang kurang baik sampai memunculkan penderitaan serta kepelikan untuk manusia yang lain.

Problem Kejahatan dan Kaitannya dengan Tuhan. 

Secara tradisional, bagi McCloskey, problem filosofis ini mencuat dari terdapatnya kontradiksi yang membutuhkan penegasan kalau Tuhan sebagai Pencipta Yang Maha Sempurna terdapat, serta kejahatan juga pula terdapat. te Kontradiksi diartikan merupakan kondisi di mana manusia pada satu sisi dihadapkan pada keimanan kalau Tuhan merupakan Maha Kuasa, Maha Adil, Maha Mengenali serta sebagainya, namun pada lain sisi mereka pula melihat bermacam- macam kejahatan dalam kehidupan. Kondisi semacam ini, sepintas memanglah dapat bawa kepada sesuatu pembenaran pemikiran yang tidak bisa jadi bisa diterima oleh kalangan beriman. Ialah, kalau bila Tuhan memanglah Maha Adil serta Maha Sempurna kenapa dalam ciptaan- Nya masih menampilkan kekurangsempurnaan semacam bencana alam, penyakit, kemiskinan, kekafiran serta sebagainya. Tidakkah kondisi ini dapat diucap sebagai sesuatu kontradiksi dalam doktrin keimanan tersebut.

Untuk kalangan teisme tradisional, Tuhan senantiasa sebagai yang Maha Kuasa, Maha Mengenali serta Maha Sempurna, walaupun terdapat kejahatan di dunia. Ini pula cocok dengan statment Mackie kalau" terdapat Tuhan yang Maha Kuasa, Maha Mengenali ataupun Maha Sempurna" serta" terdapat kejahatan di muka bumi" bukan suatu yang kontradiksi. 5 Tetapi, bila disadari kalau bentuk yang mempunyai kebaikan itu tentu hendak mengeliminir kejahatan serta kalau tidak terdapat batas untuk bentuk yang maha kuasa buat melaksanakan apa saja, tercantum kejahatan itu sendiri, hingga di sana betul- betul terdapat kontradiksi. Hingga di mari, Journet merasa kesusahan buat mengkaitkan secara akurat ikatan antara problem kejahatan dengan keadilan Tuhan. Dia menyebutnya sebagai sesuatu teka- teki.

" If God does not exist, where does good comefrom? If he does exist, where does evil comefrom? If God is the source of good, can he also be the source of evil? Evil exists and God exists. Their coexistence is a mystery."

( Bila Tuhan tidak terdapat, dari mana asal kebaikan? Bila Ia betul- betul terdapat, dari mana asal kejahatan? Bila Tuhan merupakan sumber kebaikan, dapatkah Ia pula jadi sumber kejahatan?...Kejahatan terdapat serta Tuhan terdapat. Koeksistensi keduanya merupakan sesuatu teka- teki)

Sejalan dengan Mackie serta Journet, McCloskey pula mengisyaratkan terdapatnya problem seragam. Dengan kalimat bersayap, dia berkomentar kalau" terdapat kejahatan di dunia sekalipun dunia ini merupakan ciptaan Tuhan yang Maha Baik serta Maha Kuasa. Gimana perihal ini dapat terjalin? Mestinya, bentuk yang maha baik serta maha kuasa hendak menghasilkan dunia yang terbebas dari bermacam tipe kejahatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun