Dalam novel Discipline and Punish, Foucault menggambarkan sejarah penghukuman saat sebelum mekanisme panopticon dicoba. Foucault berupaya menganalisis strategi penghukuman yang terjalin pada paruh abad 18 serta 19. Siksaan raga yang kejam kemudian dipertontokan di depan publik dihapus serta maknanya juga mulai dibiarkan orang. Sebagai gantinya, dirancang pola hukuman yang tidak lagi memegang badan ataupun raga.
Pengurangan kerasnya hukuman sepanjang 2 abad sudah biasa ditangkap sebagai indikasi kalau hukuman tidak lagi kejam, tidak lagi menyakitkan, serta lebih mencermati kemanusiaan. Tetapi bagi Foucault, yang terjalin di sana sesungguhnya cuma pergantian sasaran. Apabila hukuman tidak lagi memegang badan, kemudian apa yang dijamah? Bagi Foucault, jawabannya amat jelas, ialah' jiwa'.
Kuasa tidak lagi memegang badan secara keji dalam wujud hukuman raga, tetapi kuasa menyebar dalam" badan warga" lewat" mekanisme disiplin", lewat jaringan kuasa berbentuk penjara, sekolah, barak militer, rumah sakit, panti asuhan yatim- piatu serta sebagainya.Â
Lewat jaringan ini, kuasa melaksanakan pemantauan, pencatatan, perawatan, pengawasan, pendisiplinan, pelatihan serta penaklukan secara tersamar serta tidak kasat mata( invisible). 8 Dari segala proses inilah, kita dapat mengidentifikasi kepribadian orang modern saat ini. Orang yang dalam seluruh aktivitasnya terus diawasi, dipantau, dilatih, ditaklukan, dijadikan patuh serta bermanfaat, melalui bermacam rezim pendisiplinan.
Panopticon sebagai metode kedisiplinan
Bersumber pada konsep di atas, penulis membuat analogi kalau konsep diimplementasikan dalam teknologi dikala ini ialah Kamera pengaman. Kamera pengaman sebagai ialah perlengkapan keamanan baru yang ialah hasil tatanan serta perkembangan teknologi. Kamera pengaman merupakan perlengkapan ataupun metode buat mempraktikkan sistem keamanan terkini serta tercanggih buat memantau aktivitas yang tidak di idamkan.
Tidak hanya itu, bisa dipelajari serta bagi tradisi berpikir kritis yang, semacam Foucault, coba usulkan: perihal awal yang penulis bahas merupakan bagaimana mengamankan serta berupaya menjauhi seluruh suatu yang ilegal di Indonesia dikala ini. aksi, muncul teknologi dari waktu ke waktu ialah CCTV sebagai perlengkapan buat merekam serta memotret situasi yang berlaku pada dikala itu pada dasarnya terjadi bagi penulis sendiri dengan tata cara yang Foucault amati di penjara.
Penjara yang terdapat pada masa Foucault memakai tata cara yang dibuat oleh Jeremy Bentham buat mengendalikan serta menaklukkan hubungan tahanan. Demikian pula sekolah- sekolah yang mempraktikkan sistem absensi sidik jari berbasis sistem SMS Gateway, merupakan pengembangan lebih lanjut dari konsep Meter.
Foucault yang sudah merambah dunia pembelajaran. Sistem Pelacakan Sidik Jari merupakan sistem biometrik yang merekam keberadaan memakai sidik jari manusia yang unik, yang terintegrasi dengan sistem dengan aplikasi tertentu. setelah itu pihak mengirim data tentang partisipasi siswa lewat pesan bacaan. Supaya kedatangan siswa terpantau serta dievaluasi di sekolah. Pengumuman tersebut diiringi oleh. wali kelas serta orang tua siswa.. siswa yang tidak muncul hendak dilatih.
Disiplin cenderung dimaksud sebagai hukuman dalam makna kecil, namun sesungguhnya disiplin mempunyai makna yang lebih luas serta cuma hukuman. Disiplin merupakan keahlian mengatur diri yang diatur, disiplin berasal dari kata lain disiplin yang berarti pembelajaran ataupun latihan, kesopanan serta kerohanian dan pengembangan Bahasa.
SUMBER :
- https://www.iisauc.org/2020/07/12/utilitarianisme-jeremy-bentham/
- http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmntse2d5fc93f3full.pdf
- https://www.kompasiana.com/rayhanherlanggas2383/636c09304addee227e6d0c62/k11-penggunaan-model-panopticon-bentham-untuk-pendisiplinan-dan-hukuman?page=all
- https://biografi-tokoh-ternama.blogspot.com/2015/01/jeremy-bentham-filsuf-pendiri-utilitarianisme.html