Bagi Plato, thumos dapat menyetir manusia buat tidak menyerah pada takdir, tidak pasrah terlebih memble dalam menempuh tekanan hidup. Rasa cinta, mau diakui, mau dihargai, mau menemukan pujian ialah karakteristik dari thumos. Duit, santapan serta seks bukan segala- galanya untuk orang- orang yang didominasi oleh thumos.Â
Mereka perlu pengakuan, perlu rasa mau dihargai, serta perlu cinta. Orang- orang yang disetir oleh thumos tidak mencari hal- hal material yang sifatnya rendah.
Thumos merupakan hasrat- hasrat yang biasanya cenderung baik serta gampang ditunjukan oleh ide budi. Tetapi, dikala menjajaki dirinya sendiri, thumos dapat jadi irasional. Kita dapat amati contoh manusia yang disetir oleh thumos pada pendukung fanatik sesuatu kesebelasan sepak bola ataupun kelompok fanatik agama tertentu.Â
Mereka tidak memfokuskan diri pada pemenuhan santapan, duit dll. tetapi dapat secara irasional( dengan berani mati) membela apa yang mereka yakini.
Thumos secara raga memiliki asosiasi dengan napas ataupun darah. Kata ini pula digunakan selaku konsep buat mengekspresikan kemauan serta keberanian manusia buat diakui. Thumos merupakan suatu wujud nilai ataupun pemahaman serta mendesak orang- orang buat mencari pengakuan.Â
Kemauan manusia buat" diakui" tersebut dinyatakan oleh Plato di dalam novel yang bertajuk The Republic Plato mengatakan kalau di dalam jiwa manusia ada 3 sisi ialah sisi hasrat/ kemauan, sisi pemikiran/ pertimbangan serta satu sisi lagi yang dinamakan" thumos ataupun thymos".Â
Manusia pula menginginkan pengakuan terhadap nilai- nilai mereka ataupun nilai- nilai yang mereka percayai." Thumos" merupakan suatu yang dibawa manusia semenjak lahir.
Secara ilustratif dalam kehidupan sosial politik, apabila epithumia ditafsirkan selaku kelas petani serta orang dagang yang orientasinya mencari profit, hingga thumos ditafsirkan selaku prajurit. 6 Atensi faktor jiwa yang terletak di dada ini merupakan mencari kemenangan dalam kompetisi serta padat jadwal mencari penghargaan di mata orang lain.
LOGISTIKON
Logistikon ialah faktor yang ditafsirkan selaku sais kereta dalam Phaidros ini merupakan logistikon( guna rasional jiwa). Logistikon' merupakan bagian jiwa rasional sumber kebijaksanaan, bagian afektivitas. Bagian ini, untuk Plato, ialah bagian' terbaik' dalam jiwa manusia, sebab ia mengatur 2 bagian jiwa( epithumia serta thumos).Â
Dia bertugas memerintah serta mengatur 2" bagian" jiwa yang lain. Dia memberitahu serta mengatur kuda putih( thumos) secara langsung, serta kerjasamanya hendak mengatur kuda gelap yang binal. Apabila perintahnya tidak ditaati, logistikon masih mempunyai jalan lain buat mengatur epithumia.