Mohon tunggu...
Satria
Satria Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Perjalanan Makna

Catatan Perjalanan Makna

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rasio Kepribadian - Jujutsu Kaisen (Mahito)

8 November 2022   08:02 Diperbarui: 8 November 2022   08:31 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanpa kita sadari pun, kita sering mengkritik sudut pandang seseorang tanpa kita mengetahui apakah yang kita lakukan ini benar atau tidak. Bahkan mungkin kita itu tidak tahu, standar dari sebuah kebenaran itu yang seperti apa. Kita hanya tahu, apapun hal yang tidak kita setujui adalah hal yang salah. 

Kita hanya melakukan sesuatu berdasarkan naluri kita untuk memenuhi apa yang kita butuhkan dan kita inginkan. Sedangkan cara yang kita lakukan untuk mendapatkan itu, kita tidak benar-benar tahu apakah itu hal yang benar atau salah. Kita bisa bilang ini cara yang benar sesuai dengan ajaran keluarga dan lingkungan kita. Tapi kita tidak bisa secara mutlak bilang ini berlaku untuk semua orang dimanapun. 

Pagar Untuk Kebebasan

Hal tersebut menunjukkan bahwa, kita tidak berhak mengkritik sudut pandang seseorang tanpa mengetahui latar belakang apa yang ada pada mereka, begitupun sebaliknya. Yang berarti hak kita itu dibatasi oleh hak orang lain, dan ini  membuat kita itu bebas berpikir tapi opini kita seperti dibatasi oleh sesuatu yang tak bisa kita lihat tapi ada dimana-mana.

Meskipun kita bebas untuk menciptakan sudut pandang dan opini sesuai campuran rasio yang kita punya, bukan berarti kita bebas untuk mengklaim bahwa standar kebenaran itu sesuai dengan apa yang kita pikirkan. Ada pagar tak terlihat yang membatasi pemikiran kita dan akan selalu ada selama kita hidup berdampingan dengan manusia lain. 

Kesimpulan dari kata "kebenaran" itu pun sebetulnya tidak akan pernah mencapai kebenaran mutlak. Hal ini karena kapasitas kita sebagai manusia itu terbatas hanya mengetahui apa yang bisa kita tahu dan tidak bisa menjangkau semua realita yang ada. Selama waktu berjalan dan semakin bertambahnya wawasan dan pengetahuan, kesimpulan yang ada di pikiran kita akan saling tumpang tindih, bahkan sampai kita tidak tahu kebenaran itu sebetulnya yang mana. 

Yang jelas, kita bebas dalam berpikir dan mengkritik seseorang namun ada kalanya hal itu tidak perlu diungkapkan secara lisan. Cukup jadikan perbandingan untuk menjelaskan "mengapa kita seperti ini ?" dan "mengapa mereka seperti itu ?". Kita hanya perlu mencari penyebabnya. Dan anggapan soal betul atau salah, kita tidak berhak memutuskan secara sepihak. Cukup kita pelajari saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun