"Tak peduli berapa banyak rekan yang dimiliki seorang penyihir, mereka akan selalu mati sendirian.
Kau bukannya membayangkan dirimu yang lebih kuat di masa depan, malah terus menilai dan mencocokkan dengan orang di sekitarmu.
Mati kemudian menang, dan mati dengan kemenangan, sangatlah berbeda megumi"
( Gojo Satoru - Jujutsu Kaisen Eps : 23 )
---------Â
Kita itu sering cari aman dengan menyesuaikan status atau pencapaian kita terhadap orang lain. Benar atau salah, itu bukan prioritas utama dari penyesuaian itu sendiri. Tapi yang jelas kita membutuhkan pengakuan dari apa yang telah kita sesuaikan. Karena standar hidup di zaman ini adalah apa yang terlihat oleh banyak orang dan itu di akui, sudah bukan lagi apa yang berkualitas.Â
Menyesuaikan DiriÂ
Kuliah yang diberikan oleh Si Tampan Gojo Satoru kepada muridnya Megumi Fushiguro ini sangat relevan di zaman sekarang, dimana saat kita mulai mencapai kedewasaan kita cenderung menyesuaikan diri dengan apa yang terjadi di sekitar kita baik di lingkungan fisik maupun di dunia maya. Melihat berbagai macam kesuksesan dan keberhasilan yang orang lain tunjukan ke publik memicu diri kita untuk mulai berpikir hal-hal seperti itu adalah sebuah standar yang ditetapkan oleh orang-orang sebagai suatu yang harus terjadi di hidup kita dan kita anggap sebagai sebuah pencapaian penting agar bisa dapat pengakuan.
Kita cenderung mengukur pencapaian diri kita terhadap apa yang orang lain capai dan menjadikannya sebagai standar hidup yang sebetulnya tidak bisa dibilang salah, hanya saja hal itu akan menyiksa diri kita sendiri jika ternyata kita tidak mampu untuk mencapai itu. Dan akhirnya secara perlahan kita mulai lelah dengan ketidakmajuan diri kita sendiri dan mulai menyalahkan orang lain atau bahkan menyalahkan diri sendiri.Â
Saat itu terjadi, kita mulai menuntut diri kita secara berlebihan. Perlahan kita akan mengabaikan potensi diri kita yang sebenarnya, dan memprioritaskan hal yang bisa diakui banyak orang. Kita udah mulai ngga peduli apakah kita bahagia atau ngga, karena prinsip kita udah berubah dari kebahagaiaan ke pengakuan.
Bayangan Masa Depan Tentang Keberhasilan
Masa kecil adalah masa dimana kita sering membayangkan diri kita menjadi sesuatu yang kita mau, apapun itu, tidak ada yang tidak mungkin jika imajinasi kita sedang bekerja pada saat itu. Meskipun kita ditertawakan orang dewasa sekalipun, tingkat percaya diri kita tidaklah berubah. Hal-hal yang kecil seperti itu lah yang membuat hidup kita tidak memiliki beban yang berat dalam mencapai tujuan, meskipun imajinasi kita untuk menjadi apa yang kita mau hanya 1% akan terwujud, atau mungkin 0%. Tapi itu ngga masalah.Â
Saat membayangkan diri kita di masa depan telah menjadi apa yang kita inginkan, sensasi itu akan memprovokasi diri kita untuk terus melakukan hal-hal yang menurut kita adalah langkah yang benar untuk menuju masa depan itu. Dengan sendirinya kita akan tahu apa saja yang perlu kita lakukan untuk mencapai itu, tanpa memperhatikan hal lain yang menurut kita tidak penting.Â
Saat kita beranjak dewasa kita cenderung akan melupakan hal ini, dengan alasan bahwa realita kehidupan harus mengikuti logika berpikir secara umum. Yah itu ngga salah, tapi kebahagiaan itu sering tidak logis secara kasat mata. Kita sering melihat orang miskin yang tertawa lepas sedangkan banyak orang kaya yang stress dengan beban hidup yang berat. Apakah itu logis ?, Tidak, bagi kebanyakan orang, tapi kalo kita telusurin pasti kita akan menemukan penyebabnya secara logis.Â
Masuk akal atau tidak, hidup seseorang tetap membutuhkan hasrat untuk bahagia sesuai potensinya masing-masing. Hasrat untuk mencapai sesuatu itu tidak akan pernah berhenti sampai kita terdistraksi oleh faktor lain, sebut saja "paradigma keberhasilan" yang disepakati banyak orang secara umum. Paradigma itu akan mengubah jalan yang sudah kita buat, secara perlahan kita akan menyesuaikan diri dengan paradigma itu dan mengaburkan bayangan masa depan yang udah kita buat sejak awal.
Koridor Masing-Masing
Pada akhirnya kita akan melihat orang lain berhasil di jalannya masing-masing. Keberhasilan  mereka belum tentu  akan menyeret kita untuk mengikuti keberhasilannya hanya karena kita mengikuti standar kehidupan mereka. Bisa jadi mereka tidak melihat kita sama sekali.Â
Dan kita sadar bahwa, kita sudah membuang potensi yang kita miliki hanya untuk beradaptasi di jalan orang lain.
Sudah saatnya kita harus kembali ke koridor dimana seharusnya kita berada. Dan di situlah kita harus menyesuaikan diri dengan potensi yang kita punya. Biarkan kita menjadi seorang ahli di jalan kita sendiri meskipun menjadi minoritas. Karena minoritas itu sendiri adalah pencetus yang akan menciptakan mayoritas saat minoritas itu diikuti banyak orang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H