Bayangan Masa Depan Tentang Keberhasilan
Masa kecil adalah masa dimana kita sering membayangkan diri kita menjadi sesuatu yang kita mau, apapun itu, tidak ada yang tidak mungkin jika imajinasi kita sedang bekerja pada saat itu. Meskipun kita ditertawakan orang dewasa sekalipun, tingkat percaya diri kita tidaklah berubah. Hal-hal yang kecil seperti itu lah yang membuat hidup kita tidak memiliki beban yang berat dalam mencapai tujuan, meskipun imajinasi kita untuk menjadi apa yang kita mau hanya 1% akan terwujud, atau mungkin 0%. Tapi itu ngga masalah.Â
Saat membayangkan diri kita di masa depan telah menjadi apa yang kita inginkan, sensasi itu akan memprovokasi diri kita untuk terus melakukan hal-hal yang menurut kita adalah langkah yang benar untuk menuju masa depan itu. Dengan sendirinya kita akan tahu apa saja yang perlu kita lakukan untuk mencapai itu, tanpa memperhatikan hal lain yang menurut kita tidak penting.Â
Saat kita beranjak dewasa kita cenderung akan melupakan hal ini, dengan alasan bahwa realita kehidupan harus mengikuti logika berpikir secara umum. Yah itu ngga salah, tapi kebahagiaan itu sering tidak logis secara kasat mata. Kita sering melihat orang miskin yang tertawa lepas sedangkan banyak orang kaya yang stress dengan beban hidup yang berat. Apakah itu logis ?, Tidak, bagi kebanyakan orang, tapi kalo kita telusurin pasti kita akan menemukan penyebabnya secara logis.Â
Masuk akal atau tidak, hidup seseorang tetap membutuhkan hasrat untuk bahagia sesuai potensinya masing-masing. Hasrat untuk mencapai sesuatu itu tidak akan pernah berhenti sampai kita terdistraksi oleh faktor lain, sebut saja "paradigma keberhasilan" yang disepakati banyak orang secara umum. Paradigma itu akan mengubah jalan yang sudah kita buat, secara perlahan kita akan menyesuaikan diri dengan paradigma itu dan mengaburkan bayangan masa depan yang udah kita buat sejak awal.
Koridor Masing-Masing
Pada akhirnya kita akan melihat orang lain berhasil di jalannya masing-masing. Keberhasilan  mereka belum tentu  akan menyeret kita untuk mengikuti keberhasilannya hanya karena kita mengikuti standar kehidupan mereka. Bisa jadi mereka tidak melihat kita sama sekali.Â
Dan kita sadar bahwa, kita sudah membuang potensi yang kita miliki hanya untuk beradaptasi di jalan orang lain.
Sudah saatnya kita harus kembali ke koridor dimana seharusnya kita berada. Dan di situlah kita harus menyesuaikan diri dengan potensi yang kita punya. Biarkan kita menjadi seorang ahli di jalan kita sendiri meskipun menjadi minoritas. Karena minoritas itu sendiri adalah pencetus yang akan menciptakan mayoritas saat minoritas itu diikuti banyak orang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H