Â
"Kopi ini mencerminkan kekecewaan dan kekecewaan kita," kata Rudi, "Kita merasa terjebak dalam sistem yang tidak adil, yang menghilangkan semangat dan cita-cita kita untuk mengejar ilmu dan membangun masa depan."
Â
"Tapi, kita tidak boleh menyerah," ujar Rina, menyertakan sedikit harapan dalam suaranya, "Kita harus bersuara, mengungkap kebenaran, dan memperjuangkan hak-hak kita sebagai mahasiswa. Kita harus menunjukkan bahwa kampus bukan hanya tempat mencari ilmu, tetapi juga tempat kita mencari keadilan dan membangun masa depan."
Â
"Ya, benar," jawab Rudi, "Kita harus mencari cara untuk mengubah sistem pendidikan ini. Kita harus bersama-sama membangun kampus yang adil dan berpihak pada mahasiswa. Kita harus membuat kopi ini tidak lagi beraroma pahit, tapi mencerminkan harapan dan semangat kita untuk mencapai mimpi."
Â
Aroma kopi pekat menyeruak lagi di kantin kampus, menyertai semangat para mahasiswa yang tak kunjung padam. Di balik kepahitan kopi dan derita yang mereka alami, tersimpan harapan dan tekad untuk mencari keadilan dan membangun kampus yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H