Mohon tunggu...
Satria Rifma P
Satria Rifma P Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

konten akan berkaitan seputar kajian isu hubungan internsional

Selanjutnya

Tutup

Politik

Serumpun yang Tak Rukun

8 Juli 2023   14:34 Diperbarui: 8 Juli 2023   14:43 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hubungan yang kerap mengalami pasang surut ini tidak hanya terjadi antar kedua pemerintahnya namun juga antar penduduk Indonesia dan Malaysia. Meskipun sering disebut negara serumpun, hubungan Indonesia-Malaysia tidak selalu harmonis. Perseteruan yang terus terjadi antara kedua negara tetangga membuatnya mendapat julukan " Serumpun yang Tak Rukun" yang diberikan oleh masyarakat internasional.

Membahas mengenai kerukunan dengan problematikanya, kita tidak lepas dari sebuah istilah psikologi Sibling Rivalry. Suatu istilah yang disematkan atas kompetisi yang dilakukan antar saudara kandung. Sebagaimana rivalitas yang sama terjadi antara Indonesia dan Malaysia sebagai negara serumpun yang kerap terlibat pertikaian. 

Sibling rivalry diukur dengan dua aspek yaitu kecemburuan antar saudara dan persaingan antar saudara. (Oktaviani F, 2019) Kedua aspek ini juga terlihat dari pola ketegangan yang terjadi antara Indonesia dan Malaysia seperti pada sebuah pertandingan sepak bola. Kedua tim nasional sepak bola bertemu pada event AFF pada akhir tahun 2021 yang berakhir dengan skor 4-1 untuk kemenangan Indonesia. 

Setelah laga usai, pendukung kedua negara saling terlibat pertikaian baik di dunia nyata maupun dunia maya. Pertikaian yang berawal dari pertandingan sepak bola kemudian merambat ke saling lempar ejekan kepada institusi negara. Hal ini tidak terlepas dari bagaimana kuatnya rivalitas dan kecemburuan yang muncul sebagai akibatnya. Ketegangan kedua negara juga terjadi dalam skala yang lebih besar melibatkan persoalan politik, ekonomi, budaya, dan perebutan wilayah.

 Ali maksum melalui bukunya yang berjudul Menyingkap Tabir Hubungan Indonesia Malaysia: Menguak Fakta Dibalik Berbagai Sengketa Dua Negara menguraikan bagaimana sebenarnya hubungan Indonesia dan Malaysia. Buku setebal 231 halaman ini terdiri dari V bab, yang tersusun paparan informasi dengan analisis yang dalam mengenai Tranformasi yang akan dibahas pada bab I. Pada bab II dan bab III akan membahas mengenai trend politik luar negeri dan sengketa wilayah yang melibatkan kedua negara ini. Persoalan saling klaim budaya khususnya Tari Pendet, Sengketa Pilpres 2009 hingga persoalan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dan pengangguran akan penulis paparkan pada bab IV dan bab V.

Peduli Walaupun Gengsi Sesekali Berkelahi

Layaknya interaksi kakak-adik, hubungan Indonesia dan Malaysia berjalan begitu dinamis. Pertengkaran dan keharmonisan mewarnai hubungan kedua negara sejak era presiden petama Indonesia Soekarno. Dinamika hubungan kedua negara terus berlanjut ke era Presiden  Indonesia Soeharto dan Perdana Menteri Malaysia Tun Abdul Razak. Bahkan, pada era tersebut dianggap sebagai "Tahun Emas" hubungan kedua negara (halaman 3). Hubungan kedua negara kerap mengalami pasang surut layaknya hubungan kakak beradik. Pada era kemerdekaan hubungan kedua negara terbilang sangat dekat ditenggarai oleh rasa nasionalisme antara pemuda sesama tanah melayu (halaman 4). Hubungan kedua negara juga sempat merenggang dan bergejolak dengan dikobarkannya operasi "Ganyang Malaysia" oleh Soekarno pada tahun 1963. 

Operasi tersebut adalah respon dari rencana penggabungan negara-negara bekas jajahan Inggris di kawasan Asia Tenggara. Soekarno menilai rencana penggabungan ini sebagai sebuah proyek neo-kolonialsme Inggris guna mengepung Indonesia. Malaysia kemudian dinilai sebagi kaki tangan imperalis barat (Kusmayadi, 2017). Sementara di sisi lain malaysia menganggap Indonesia era Presiden soekarno terlalu condong ke kiri komunis. Malaysia juga menuduh komunis menjadi pendukung operasi " Ganyang Malaysia" ini.    

Pola interaksi yang sangat dinamis dan terus mengalami pasang surut mempengaruhi tren Politik Luar Negeri (PLN) kedua negara. Secara resmi kedua negara tercatat telah menjalin hubungan diplomasi sejak tahun 1957 (halaman 13). Pada bab II buku ini membahas bagaimana dinamika PLN kedua negara pada era perang dingin,pasca perang dingin, dan faktor yang mempengaruhi sikap Indonesia ke Malaysia. Secara singkat penulis menjelaskan pada era perang dingin, hubungan PLN Indonesia dan Malaysia mangalami pasang surut. Ketegangan dan keharmonisan dapat terlihat dalam beberapa kejadian. Pada periode tahun 1957-1996 sikap PLN Indonesia sangat konfrontatif. Sebaliknya, perode tahun 1967-1980 Indonesia dan Malaysia menjalin hubungan yang harmonis (halaman 25).Hubungan kedua negara pasca perang dingin terbilang mengalami perubahan yang signifikan terutamam memaskui era reformasi yang membawa perubahan pada arah, corak, dan sikap PLN Indonesia-Malaysia.

Pada bab II penulis juga memaparkan faktor yang mempengaruhi sikap Indonesia ke Malaysia yang terdiri dari faktor internsional dan faktor nasional. Lebih dalam penulis menyebutkan setidaknya ada 4 faktor internasional yang berpengaruh terhadap sikap PLN Indonesia ke Malaysia seperti, faktor politik internasional, faktor pengaruh negara sekutu, faktor ketiga adalah ketergantungan ekonomi, dan faktor terakhir adalah regionalisme. Sementara faktor dalam negeri juga akan dipengaruhi oleh 4 aspek yaitu, aspek kepemimpinan, persaingan antar elite politik, nasionalisme, dan liberalisasi media.

Sengketa Perbatasan dan Perang Klaim Indonesia-Malaysia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun