Mohon tunggu...
Wisnu Wicaksana
Wisnu Wicaksana Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Jurnalis Pilar ke 4 Demokrasi

Selanjutnya

Tutup

Love

Cintailah Apapun dengan Kesungguhan

13 Juni 2024   22:07 Diperbarui: 15 Juni 2024   02:24 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Opini - Cerita inspirasi ini diangkat dari kisah nyata Jacob Kristian Agam Renjut tentang perjuangan hidupnya meraih sebuah mimpi. Kamis, 13 Juni 2024.

Kisah ini berawal 11 tahun yang lalu, ketika Jacobus Kristian Agam Renjut mengalami kehilangan yang sangat mendalam. Orang terkasih dalam hidupnya yaitu Istri tercinta berpulang kepangkuan tuhan ketika melahirkan buah hati tercinta.

Saat melahirkan anaknya, istri tercinta mengalami pendarahan hebat yang mengakibatkan meninggal dunia, puji syukur buah hati yang sangat didambakan lahir dengan selamat.

Jacobus menilai semasa hidupnya almarhumah istri tercinta merupakan sosok wanita yang luar biasa, penuh kasih sayang, dan selalu optimistis dalam setiap kesehariannya.

Hari terus berganti, Jacobus terus menjalankan kehidupan tanpa istri yang merupakan ibu dari anaknya.

Jacobus menjalankan dua peran bagi anaknya, peran sebagai bapak dan peran sebagai ibu.

Satu tahun telah berlalu, Jacobus mencoba memulai hidup baru dengan menikahi wanita dambaan hatinya.

Tetapi bahtera rumah tangga yang dia harapkan bisa utuh sampai maut yang memisahkan, diterjang badai hebat di tahun ke delapan, dan membuat Jacobus harus berpisah dengan cara bercerai.

Sebelum itu, badai kehidupan menerpa dirinya secara bertubi-tubi, keluarga tercinta Jacobus dipanggil tuhan dalam waktu berdekatan, berawal dari sang ayah pergi untuk selamanya, selang beberapa bulan kemudian kakak perempuannya yang merupakan tulang punggung keluarga, tidak sampai disitu duka yang dialami Jacobus, ibunda tercinta menyusul dipanggil tuhan dalam waktu selang satu tahun.

Hal itu membuat Jacobus dan keempat saudaranya sangat terpukul, lebih terpukul lagi Jacobus, setelah duka yang dialami belum sirna dari hidupnya akibat kehilangan orang tercinta, satu tahun kemudian surat gugatan cerai sang istri turun dari pengadilan.

Dalam kebimbangan hidup, bak mendengar petir di siang bolong, perusahaan tempat dia bekerja juga memutuskan hubungan kerja, kuliahnya disalah satu universitas swasta diwilayah Tangerang pun harus kandas di semester tiga akibat faktor ekonomi dampak dari PHK tersebut.

Bahkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dirinya dan sang buah hati, Jacobus harus menguras seluruh tabungan, bahkan sampai menjual kendaraan roda dua miliknya yang merupakan alat transportasi untuk segala kegiatan sehari-hari.

Saat itulah Jacobus mulai menyadari betapa berharganya waktu dan betapa pentingnya menjalani hidup dengan niat berjuang lebih keras lagi.

Jacobus menyadari bahwa impian-impiannya, dan potensi yang ia miliki adalah suatu anugerah yang harus dikejar dengan penuh semangat dan pantang menyerah.

Jacobus belajar untuk mensyukuri setiap momen dan menghargai setiap kesempatan yang datang, dari situlah dirinya kembali bangkit dengan memulai kembali membuka diri di dunia kerja dan dunia beladiri
Taekwondo yang memang telah dia pelajari sejak lama.

Perlahan Jacobus mendapatkan pekerjaan dan ia kembali melanjutkan kuliah dengan jurusan yang sama yaitu hukum walaupun harus mulai dari awal lagi.

Tak terasa waktu terus berjalan, sekarang kuliahnya sudah memasuki semester kedua dan anak tercinta yang biasa dia panggil princes sudah memasuki kelas satu SMP serta tumbuh menjadi gadis cantik yang ceria.

Jacobus bercita-cita menjadi praktisi hukum yang Amanah dalam Menegakan Keadilan bagi sesama manusia tanpa memandang status sosial.

Diusia 40 tahunan lebih, semoga semua perjalanan hidupnya menjadi pengingat bagi dirinya, bahwa di balik kesedihan dan kehilangan, ada kekuatan yang luar biasa dari dalam diri kita.

Dirinya percaya bahwa setiap orang memiliki kekuatan untuk bangkit dari keterpurukan dan mencapai segala impian mereka, asalkan mereka memeluk cinta, keberanian, dan harapan dalam hati mereka.

Semoga kisah ini juga bisa menginspirasi orang lain yang sedang berjuang, bahwa kita bisa bertahan dan tumbuh bahkan di tengah badai kehidupan sekalipun.

Biarkan kisah ini menjadi penanda kekuatan bukan kelemahan. Sang Pencipta tidak akan menguji umatnya diluar batas kemampuan umatnya. "Cintailah Apapun itu dengan Kesungguhan."

Sumber : Jacobus Kristian Agam Renjut (Universitas Pamulang).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun