Mohon tunggu...
Dilan Imam Adilan
Dilan Imam Adilan Mohon Tunggu... Dosen - Lelaki Biasa

Suka menulis dan minat membaca. Dosen di Fakultas Ilmu Sosial-Politik Universitas Nurtanio Bandung. Founder Lajnah Intelektual Muda Persis.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kemiskinan dan Filantropi Islam (Sebuah Refleksi)

5 Juli 2022   10:50 Diperbarui: 5 Juli 2022   10:57 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dorongan teologis juga untuk semua kelas umat Islam bahwa menjadi orang kaya "aghnia" adalah sebuah kewajiban. Senantiasa mempromosikan wajib zakat, memaksa umat melakukan sedekah dan wakaf. Bukan karena dijanjikan kalau menanam satu akan tumbuh 700 benih yang akan tumbuh dan bersemai menghasilkan buah melampaui itu ada nilai-nilai kebangkitan ekonomi yang bermula dari ZISWAF. 

Dalam pengembangan wakaf produktif oleh lembaga filantropi Islam tidak hanya menjadi investasi namun dikelola menjadi usaha produktif sehingga menjadi solusi. Wakaf produktif dengan pemanfaatnya, menjadi lahan kebun, pariwisata, dan bukan wakaf yang tidak menghasilkan pemasukan.

Lembaga filantropi Islam tidak hanya menjual konsep kedermawanan yang mendatangkan keberkahan, rahmat dan pertolongan dari Allah. Sebab, secara konsep, filantropi dalam Islam akan menyelamatkan kehidupan secara luas. Potensi filantropi umat Islam terwujud dalam bentuk zakat yang hukumnya wajib, infak, shadaqah, wakaf, hibah dan lainnya.[5] 

 Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota masyarakat, melainkan juga pranata-pranatanya. Sedangkan yang dimaksud asuransi sosial adalah bagaimana sejauh mungkin mengurangi bentuk-bentuk bantuan yang hanya bersifat karitatif. Sebagai gantinya, diupayakan untuk lebih menekankan pada bentuk bantuan yang dapat berfungsi sebagai asuransi sosial bagi kelompok masyarakat yang membutuhkan. program bantuan yang bisa bermanfaat sebagai penyangga kebutuhan masyarakat dalam jangka lebih panjang, dan bukan sekadar program darurat bersifat karitatif.[6] 

 Dalam buku "Melayani Umat: Filantropi Islam dan Ideologi Kesejahteraan Muhammadiyah". Hilman menjelaskan, bahwa filantropi berasal dari bahasa Yunani 'philein' yang berarti cinta dan 'anthropos' yang berarti manusia. "Filantropi yaitu kegiatan yang dilakukan untuk mencintai sesamanya (manusia). Filantropi Islam itu sendiri tidak semata-mata hanya infak, zakat maupun shodaqoh.". Spirit kedermawanan yang hadir dalam Filantropis Islam di Indonesia terkait dua hal, yaitu kultur dan struktur. Kultur berhubungan dengan adanya zakat, shodaqoh dan juga infak. Sedangkan struktur berhubungan dengan struktur internal organisasi Islam tersebut dan ekternal yaitu negara atau pemerintah.

 Selain itu filantropi Islam mesti mendorong Negara sebagai struktur terkuat, dalam penyediaan fasilitas pendidikan, kebutuhan lapangan kerja, lingkungan sehat dan pelayanan publik agar persoalan kemiskinan mampu ditangani bersama-sama. 

Dalam beberapa hal, SDM dan SDA tidak dapat dikelola dengan baik. Sebagai contoh realitas nasib masyarakat petani dan pertanian di Indonesia menunjukkan hal berbeda dengan potensi sumber daya alam tersebut. 

Pertanian dan masyarakat tani mengalami proses pemiskinan sistemik dan massif. Berapa pun input diberikan, produksi padi petani tidak banyak bertambah. Atapun kalau bertambah, harga jual produksi pertanian sangat tidak seimbang dengan biaya produksi pertanian sehingga input sering melebihi output. Kemiskinan merupakan problem yang bersumber dari kondisi eksternal diakibatkan oleh hubungan timpang dalam tatanan ekonomi, sosial, budaya, dan politik. 

Dalam relasi timpang itu, kelompok masyarakat yang kurang memiliki akses tidak memperoleh penghormatan atau perlindungan atas hak dasarnya. Terjadi strukturalisasi dalam proses pemiskinan dan ketidakmampuan (karena tidak memiliki kompetensi) dalam bersaing di dunia global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun