Mohon tunggu...
Satria Adhika Nur Ilham
Satria Adhika Nur Ilham Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nominasi Best in Spesific Interest Kompasiana Awards 2022 dan 2023 | Movie Enthusiast of KOMiK 2022

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review "Trauma Kuntilanak", Horor Mockumentary Seram dengan Konsep Video Horor Hoax Tahun 2010-an

30 Mei 2024   14:27 Diperbarui: 30 Mei 2024   14:53 1725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kuntilanak dalam film Trauma Kuntilanak. Sumber foto: Bioskop Online

Genre horor memang selalu diminanti oleh penonton karena masyarakat kita masih memiliki kepercayaan yang kuat terhadap hal-hal mistis. Para filmmaker pun berlomba-lomba membuat film horor dengan beragam cerita dan teknik pengambilan gambar. 

Ada yang menggunakan format dokumenter, ada yang mengandalkan jumpscare, ada juga yang mengandalkan teknik mockumentary di mana kejadian horor direkam seakan benar-benar terjadi.

Azzam Fi Rullah mengangkat teknik mockumentary di dalam film pendek horornya yang berjudul "Trauma Kuntilanak". Film karya Kolong Sinema ini membawa penonton untuk kembali bernostalgia dengan film horor lawas yang menggunakan kamera dengan kualitas yang tidak seberapa. Bukankah dalam film horor, semakin buruk kualitas kameranya, semakin seram?

Trauma Kuntilanak, sumber foto: Bioskop Online
Trauma Kuntilanak, sumber foto: Bioskop Online

Berlatar tahun 2009, Trauma Kuntilanak bercerita tentang empat mahasiswa yang sedang menggarap film dokumenter horor sebagai tugas akhir kuliah mereka. Keempat mahasiswa tersebut mencoba menggarap cerita tentang fenomena janggal di kompleks perumahan tempat sahabat mereka mengontrak rumah beberapa tahun terakhir.

Kompleks tersebut memiliki peraturan tiap beberapa tahun sekali, di mana tidak ada satu pun warga yang diperbolehkan keluar rumah karena dianggap akan mengganggu "Mereka" yang sedang berkeliling kompleks. Sayangnya, salah satu dari mereka melanggar peraturan tersebut, sehingga membuat keempat mahasiswa tersebut harus menanggung akibatnya. Akankah mereka selamat?

Trauma Kuntilanak merupakan film yang disutradarai, ditulis, dan disunting oleh Azzam Fi Rullah. Dibintangi oleh Cemara Weda, Maudy Puteri Agusdina, Kurnia Alexander, Aldiansyah Azhura, Luqman Ski, dan Bubu Kuchenk, film pendek ini memiliki durasi 38 menit. 

Film
Film "Trauma Kuntilanak" dapat disaksikan di platform Bioskop Online. Sumber foto: screenshot/website Bioskop Online

Trauma Kuntilanak tayang di platform Bioskop Online. Adapun cara untuk menonton Trauma Kuntilanak di Bioskop Online adalah sebagai berikut:

  • Buka aplikasi atau website Bioskop Online.
  • Login dengan akun Google maupun Facebook. Jika belum memiliki akun, Anda juga dapat mendaftar melalui email, akun Google, atau akun Facebook dan lengkapi profil dengan mengisi nomor telepon, jenis kelamin, kata sandi, tanggal lahir, dan kota/provinsi.
  • Pilih film yang ingin Anda tonton, misalnya film "Trauma Kuntilanak".
  • Klik "Beli Tiket" pada halaman website.
  • Anda bisa membayar menggunakan voucher atau metode pembayaran lainnya, seperti QRIS, kartu debit/kredit, dan BCA Virtual Account.
  • Bayar sesuai dengan harga yang tertera.
  • Kembali ke website/aplikasi Bioskop Online dan klik "Film Saya".
  • Film yang Anda beli memiliki durasi sewa selama 48 jam. Anda dapat menonton film berkali-kali selama durasi sewa belum habis.

Hanya dengan harga Rp 10.000,00, Anda dapat menonton film Trauma Kuntilanak. Penasaran, apa yang membuat film pendek ini menarik untuk ditonton? Yuk simak review-nya!

Horor yang Kreatif

Salah satu scene dalam film pendek
Salah satu scene dalam film pendek "Trauma Kuntilanak". Sumber foto: jaff-filmfest.org

Sebagai film pendek horor kelas B (yakni dengan budget seadanya), Azzam Fi Rullah mampu memanfaatkan kesederhanaan yang dimiliki Trauma Kuntilanak dan mengolahnya secara kreatif. Azzam menggunakan konsep video-video horor hoax tahun 2010-an untuk membangkitkan kembali trauma kita yang dahulu mungkin takut dengan video-video tersebut.

Ceritanya sederhana, tentang empat orang mahasiswa yang terkena teror dari "penghuni rumah" sebenarnya karena mereka melanggar peraturan. Azzam juga menggunakan teknik bercerita secara kronologis, dengan penyuntingan ala-ala vlog horor. Hasilnya cukup efektif, membuat penonton penasaran dan takut dengan sosok setan yang menghantui.

Hanya saja, penceritaannya terasa terlalu cepat. Alasan di balik warga kompleks yang enggan keluar rumah dan enggan diwawancara, serta alasan mengapa setan tersebut muncul beberapa tahun sekali juga tidak dieksplorasi lebih dalam, sehingga masih meninggalkan banyak pertanyaan untuk para penonton.

Namun, mengingat Trauma Kuntilanak merupakan film pendek, mungkin saja Azzam berniat untuk 'menakuti' penontonnya dengan cara baru, dan tidak mengutamakan unsur penceritaan.

Direkam dengan Empat Kamera yang Berbeda

Salah satu scene dalam film pendek
Salah satu scene dalam film pendek "Trauma Kuntilanak". Sumber foto: jaff-filmfest.org

Salah satu keunikan yang ada dalam film pendek Trauma Kuntilanak adalah penggunaan empat kamera dengan kualitas yang berbeda dalam pembuatannya: kamera kampus yang dipinjam Aldiansyah Azzhura, kamera handycam milik Cemara Weda, kamera handycam milik Luqman Ski, dan kamera smartphone milik kurnia Alexander.

Dengan menggunakan gaya perekaman vlog, penggunaan empat kamera yang berbeda ini turut berkontribusi dalam membangun nuansa horor. Ada kamera yang kualitasnya bagus, ada pula yang buram dengan grafik 3gp. Transisi penggunaan satu kamera ke kamera yang lain juga dikemas dengan apik dan mampu memberikan sensasi horor yang berbeda tatkala menonton.

Setan yang Unik

Salah satu setan dalam film Trauma Kuntilanak. Sumber foto: Bioskop Online
Salah satu setan dalam film Trauma Kuntilanak. Sumber foto: Bioskop Online

Ketika menonton film Trauma Kuntilanak, saya yakin akan ada dua kubu yang berbeda di kalangan penonton: kubu yang merasa filmnya seram dan kubu yang merasa filmnya menghibur. Ya, Azzam menambahkan banyak aspek yang unik ke dalam karakterisasi setan 'kuntilanak' yang ia bawa, serta menambahkan elemen horor yang tidak biasa.

Salah satunya adalah tatkala Azzam menampilkan momen horor di siang hari; karakternya tiba-tiba menghilang; maupun ketika salah satu mahasiswa berubah menjadi pocong. Bagi penonton yang seringkali takut dengan film horor, Azzam sukses memancing ketakutan penonton. Hanya saja, bagi saya, horor yang dihadirkan Azzam justru 'menghibur' alih-alih menyeramkan. 

Bukan berarti Trauma Kuntilanak tidak bagus, karena justru 'menghibur' bernilai positif. Kehadiran hantu yang bisa memegang kamera dan "hantu penasaran" yang muncul di akhir film juga membuat saya sebagai penonton menggeleng-gelengkan kepala sembari kagum dengan keunikan film pendek horor buatan Azzam Fi Rullah ini.

Salah satu scene dalam film pendek
Salah satu scene dalam film pendek "Trauma Kuntilanak". Sumber foto: jaff-filmfest.org

Itulah review saya mengenai film "Trauma Kuntilanak". Apakah kamu tertarik untuk menontonnya?

Overall, Trauma Kuntilanak cukup sukses membangkitkan kembali trauma penontonnya terhadap penampakan kuntilanak dan hantu-hantu lain dengan format rekaman video horor hoax tahun 2010-an. Dengan empat kamera yang berbeda dan karakterisasi setan yang unik, Trauma Kuntilanak akan memberikan sensasi horor yang berbeda tatkala kamu menonton filmnya.

Rating pribadi : 7.5/10

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun