Badarawuhi di Desa Penari gagal menampilkan hubungan dramatis antara hubungan ibu-anak yang muncul dalam babak ketiga film ini. Filmnya kurang mampu mengeksplorasi lebih dalam hubungan orangtua dan anak dari karakter Mila dan ibunya.Â
Alhasil, tatkala adegan drama tampil ke dalam layar, penonton kurang mampu bersimpati dengan karakternya, dikarenakan kurangnya chemistry yang terjalin sejak awal, serta kurangnya naskah solid yang menceritakan kedekatan hubungan keduanya.
Itulah review saya mengenai film Badarawuhi di Desa Penari. Apakah kamu tertarik untuk menontonnya?
Badarawuhi di Desa Penari berhasil mengungguli film pendahulunya dalam berbagai aspek. Naskah yang lebih rapi, didukung dengan penyutradaraan khas Kimo yang mencekam dan menghadirkan pilihan shot yang megah nan indah. Puncaknya ada pada bagian klimaks, yang menampilkan mistisme yang penuh misteri namun juga memiliki pencapaian estetika yang tinggi.
Walaupun judulnya kurang merepresentasikan isi filmnya secara keseluruhan, yakni karakter Badarawuhi yang kurang digali lebih dalam, setidaknya Badarawuhi di Desa Penari berhasil menunjukkan bahwa film ini memang horor tentang para penari. Juga menjadi bukti bahwa Kimo Stamboel layak dikatakan sebagai dokter film horor Indonesia.
Rating pribadi: 7.5/10
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H