Mohon tunggu...
Satria Adhika Nur Ilham
Satria Adhika Nur Ilham Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nominasi Best in Spesific Interest Kompasiana Awards 2022 dan 2023 | Movie Enthusiast of KOMiK 2022

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Review "Hamka & Siti Raham Vol. 2", Rangkuman Sejarah Hamka yang Kehilangan Rasa

23 Desember 2023   09:55 Diperbarui: 24 Desember 2023   19:16 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hamka & Siti Raham Vol. 2. Sumber foto: Falcon Pictures

Namun apalah daya, penonton dipaksa untuk memahami sendiri apa yang dialami oleh Buya Hamka. Begitu pula tatkala novel "Tenggelamnya Kapal Van der Wijck" dituduh plagiat oleh Pramoedya Ananta Toer, konfliknya hanya 'numpang lewat' dan tidak diberi pendalaman yang lebih. 

Semuanya serba tiba-tiba; Buya Hamka tiba tiba masuk penjara, tiba tiba naskahnya dituduh plagiat, tiba tiba sudah keluar, tiba-tiba konflik selesai. Hamka & Siti Raham Vol. 2 seperti sengaja bermain aman demi menghindari perdebatan sejarah. 

Hamka (Vino G. Bastian) dan Siti Raham (Laudya Cynthia Bella). Sumber: screenshot/Youtube Falcon
Hamka (Vino G. Bastian) dan Siti Raham (Laudya Cynthia Bella). Sumber: screenshot/Youtube Falcon

Berbicara soal naskah, banyak dialog-dialog tidak perlu yang menunjukkan kemalasan film ini dalam menggali mengenai sosok Buya Hamka. Sisi kritis seorang Hamka hanya ditampilkan melalui tulisan yang hanya muncul selewat dalam film ini, dan luput menampilkan sisi kritis seorang Hamka pada kehidupan sehari-hari.

Selain itu, terdapat pula penggunaan kalimat-kalimat thayyibah (Subhanallah, MasyaAllah, dan lainnya) secara berlebihan. Kalimat tersebut jelas baik dan wajar dikatakan oleh seorang ulama besar, namun ada kalanya terkesan sebagai upaya untuk menggantikan dialog yang seharusnya lebih substansial. Hal ini menciptakan kesan bahwa film ini enggan untuk menjelajahi pertanyaan-pertanyaan sulit atau dialog yang memerlukan jawaban lebih mendalam. 

Buya Hamka (Vino G. Bastian) hendak berkeliling untuk menyebarkan pentingnya persatuan. Sumber foto: Falcon Pictures
Buya Hamka (Vino G. Bastian) hendak berkeliling untuk menyebarkan pentingnya persatuan. Sumber foto: Falcon Pictures

Ketidakmampuannya bertutur secara rapih berusaha ditutupi "Hamka & Siti Raham Vol. 2" dengan menggunakan skoring musik yang mendominasi film ini. Harapannya penonton dapat merasakan emosi yang dirasakan oleh tiap karakter. Sayangnya hal tersebut gagal dirasakan oleh saya sebagai penonton. Overscoring justru menjadi kelemahan film ini.

Pengarahan Fajar Bustomi juga terlihat malu-malu. Ia cenderung bermain aman terhadap rating 'semua umur', menghindar menggunakan metode yang lebih intens tatkala Hamka harus berhadapan dengan polisi yang menginterogasi, maupun tatkala adegan dirinya tertembak. Fajar lebih memilih pendekatan dramatis.

Namun ada satu adegan yang patut diapresiasi, yakni tatkala Buya Hamka hendak membunuh dirinya sendiri dengan menyayat tangannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa Hamka juga manusia yang bisa merasakan putus asa. Naskah buatan Alim Sudio dan Cassandra Masardi berserta penyutradaraan Fajar Bustomi cukup mampu memotret momen tersebut dengan baik.

Buya Hamka (Vino G. Bastian) menjadi ketua MUI pertama. Sumber foto: Falcon Pictures
Buya Hamka (Vino G. Bastian) menjadi ketua MUI pertama. Sumber foto: Falcon Pictures

Akting Vino G. Bastian sebagai Buya Hamka mampu menggambarkan sosok kharimatik Hamka. Bagaimana ekspresinya tatkala berdakwah, bagaimana ia begitu mencintai istrinya, mampu ia sampaikan dengan baik melalui gestur dan gaya bicara yang apik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun