Mohon tunggu...
Satria Adhika Nur Ilham
Satria Adhika Nur Ilham Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nominasi Best in Spesific Interest Kompasiana Awards 2022 dan 2023 | Movie Enthusiast of KOMiK 2022

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Missing", Film dengan Plot Twist Terbaik di Awal Tahun 2023

7 Maret 2023   21:59 Diperbarui: 24 Maret 2023   04:58 3008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
June di film Missing.| Sumber foto: Sony Pictures via imdb/Missing photo gallery

Siapa yang tak kenal dengan Searching? Ya, film yang mengusung genre screenlife thriller ini populer pada masanya. Ketika film tersebut tayang, banyak penonton yang menyukai filmnya karena bisa menghasilkan gelaran thriller menarik walau hanya diperlihatkan dari layar.

Hal itu yang nampaknya membuat Sony tertarik untuk membuat sekuelnya. Berjudul Missing, film tersebut mengusung tema yang sama, yakni screenlife thriller. Namun apakah kualitasnya lebih baik dari film sebelumnya?


Missing bercerita tentang June Allen (Storm Reid), yang kurang dekat dengan ibunya yang dianggap terlalu mengatur. June merindukan ayahnya, yang meninggal dikarenakan penyakit. 

Suatu ketika, Ibunya, Grace Allen (Nia Long) berniat pergi bersama dengan pacar barunya, Kevin (Ken Leung) ke Kolombia. June senang sekaligus kesal; senang karena akhirnya ia bisa "bebas" dari ibunya yang cerewet, dan kesal karena ibunya dengan mudah mencari pengganti ayahnya.

June bersenang-senang selama ibunya pergi. Mengajak temannya berpesta, bermain sosmed, apapun ia lakukan sepuasnya. Namun di saat hari kepulangan ibunya, June tak menemukan Grace. Ibunya hilang tanpa kabar, dan June harus mencari tahu kemana ibunya yang hilang.

Disinilah, semuanya bermulai. Penonton diajak untuk menikmati sajian screenlife yang menegangkan dan penuh kejutan.

Apa yang membuat film ini menarik untuk ditonton? Yuk simak, ini ulasannya!

Cerita yang lebih relate dengan remaja

Sumber foto: Sony Pictures via imdb/Missing photo gallery
Sumber foto: Sony Pictures via imdb/Missing photo gallery

Ya, film ini memiliki perbedaan yang cukup signifikan dari film Searching. Karakter utamanya bukanlah David Kim yang menggunakan teknologi dan bermain medsos seperlunya, melainkan June, perempuan muda yang aktif bermain sosmed, mencoba berbagai platform, dan tumbuh bersama tontonan serial crime di Netflix.

Tentu, cara penyelesaian masalahnya juga lebih gesit dibanding film sebelumnya. June lebih paham mengenai teknologi, dan lebih 'sat set sat set' dalam mencari petunjuk. 

Detail-detail yang ditunjukkan tentunya membuat film ini juga terlihat realistis. Bagaimana ia membuka banyak tab dalam satu layar, membuka spotify, tiktok, instagram, dan berbagai platform lainnya membuatnya benar-benar terlihat seperti generasi Z ketika sedang menggunakan laptop.

Terlalu banyak kejutan yang membuat filmnya terasa penuh

June yang tengah mencari ibunya, sumber foto : cinema.com
June yang tengah mencari ibunya, sumber foto : cinema.com

Sebagai sekuel, Missing jelas berambisi untuk jadi lebih superior dibanding film pendahulunya. Film ini ingin tampil lebih mengejutkan, lebih menegangkan, dan memperbanyak unsur-unsur baru di dalam filmnya.

Sayangnya, hal tersebut membuat Missing terasa terlalu penuh dan melelahkan. Babak paruh awal berjalan penuh kejutan yang diambil dari berbagai prespektif, dan masih memberikan ruang untuk penontonnya ikut berpikir dan menebak-nebak siapa pelakunya. Namun di paruh kedua, naskah buatan Nick Johnson dan Will Merrick tampak terlalu penuh, terlalu berambisi untuk memberikan kejutan berlapis pada penontonnya.

Kita bukanlah June yang gesit mencatat seluruh informasi yang ia dapatkan. Namun film ini tak memberikan kita ruang untuk bernapas sejenak dan berpikir. Misterinya rumit, dengan twist yang berlapis dan berjalan cepat. Jika kita tidak benar-benar fokus, maka kita akan dengan mudah melewatkan banyak detail-detail penting.

Seperti metode apa yang digunakannya dalam penyelidikan, mengapa karakter A tiba-tiba melakukan hal aneh, dan kejutan-kejutan lain akan terasa membingungkan jika kita tak benar-benar memperhatikan. Alhasil, saya merasa cukup lelah ketika menontonnya.

Berbeda dengan Searching yang fokus pada satu twist besar di endingnya, Missing justru seperti lupa akan tujuan utamanya di babak akhir. Ia malah berubah bak film crime yang ingin terlihat sadis dan menegangkan. 

Menyindir isu sosial dan kita yang kerap menggunakan medsos

Sumber foto : Tangkapan Layar/ YouTube Sony Pictures Entertainment
Sumber foto : Tangkapan Layar/ YouTube Sony Pictures Entertainment

Di balik filmnya yang penuh kejutan, Missing tetap berhasil menyelipkan isu-isu sosial, terutama yang berkaitan dengan media sosial. Bagaimana respon orang yang begitu cepat 'menyimpulkan' ketika melihat kasus tertentu, juga bagaimana para influencer serta orang-orang yang memanfaatkan momentum kasus dengan tujuan 'numpang viral'.

Respon orang-orang tersebut ditunjukkan dengan beragam. Ada yang dengan membuat podcast di Youtube, berkomentar pedas di Twitter, membuat teori di Tiktok, dan di media lain membuat filmnya semakin terlihat realistis dan benar-benar terjadi di sekeliling kita.

Kurangnya perasaan emosional dan kekeluargaan

Sumber foto : fakta.id
Sumber foto : fakta.id

Lagi-lagi, jika kita ingin membandingkan Missing dengan Searching, perbedaan yang cukup signifikan adalah porsi adegan yang menunjukkan kekeluargaan. Searching mampu memberikan porsi yang pas untuk hal tersebut, sehingga emosinya dapat sampai kepada penonton hingga menit akhir.

Berbeda dengan Searching, Missing justru lebih miss dari segi kekeluargaannya. Alhasil, hingga menuju ending, film ini tak memberikan kesan hangat dan membuat penontonnya sedih akan nasib karakternya. Hal tersebut diakibatkan karena fokus film ini adalah kejutan, bukan pesan kekeluargaannya.

Tentang kasih sayang seorang ibu

Sumber foto : cinema.com
Sumber foto : cinema.com

Walau memang kurang menyentuh dari segi kekeluargaanya, Missing tetap memberikan jawaban dari pertanyaan penting yang ia bawa di awal filmnya. Bagaimana jika kita kehilangan orang yang kita sayangi? Bagaimana jika interaksi yang kita lakukan sekarang bersama orang-tua kita adalah interaksi terakhir?

Ya, film ini tetap memberikan jawaban mengenai pertanyaan yang ada di kepala banyak orang. Bahwa sesungguhnya, cerewetnya orang-tua, terutama ibu, adalah pertanda kasih sayangnya pada kita. 

Juga pentingnya kita untuk memanfaatkan waktu kita dengan orang-tua, dan jangan ragu untuk menunjukkan perasaan sayang pada mereka, karena kita tak pernah tahu, bisa jadi momen sekarang adalah momen terakhir kita bersama dengan mereka.

Jika dipandang sebagai film yang berdiri sendiri, Missing adalah sajian thriller screenlife yang memuaskan

Sumber foto: dok. Sony Pictures Releasing
Sumber foto: dok. Sony Pictures Releasing

Sejatinya kekurangan yang saya sebutkan di atas timbul dikarenakan saya membandingkannya dengan Searching. Namun, jika Missing dipandang sebagai film yang berdiri sendiri, Missing adalah film yang luar biasa intens dan memuaskan. Penuh kejutan, relatable dengan kondisi saat ini, dan memiliki pesan yang penting mengenai hubungan orangtua-anak.

Itulah review saya mengenai film Missing. Bagaimana pendapatmu? Apakah kamu tertarik untuk menontonnya? 

Sumber foto : Sony Pictures Entertainment/Temma Hankin
Sumber foto : Sony Pictures Entertainment/Temma Hankin
Overall, Jika dibandingkan dengan Searching, Missing terasa terlalu ambisius dan terlalu banyak kejutan. Penonton yang malas memutar otak mungkin akan kewalahan. Pesan mengenai kekeluargaannya juga kurang terasa emosional. 

Namun jika dipandang sebagai film yang berdiri sendiri, Missing jelas menjadi salah satu film terbaik di awal tahun ini. Misterinya rumit, dengan kejutan yang berlapis. Tapi kemasannya yang kekinian membuatnya tetap asyik untuk diikuti. Format screenlife juga membantu penonton untuk melihat detail-detail yang ada.

Film ini cocok bagi kamu yang menggemari film bergenre thriller, ataupun film yang penuh dengan plot twist. Bagi saya, film ini adalah film dengan plot twist terbaik di awal tahun 2023.

Rating pribadi: 8/10

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun