Mohon tunggu...
Satria Adhika Nur Ilham
Satria Adhika Nur Ilham Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nominasi Best in Spesific Interest Kompasiana Awards 2022 dan 2023 | Movie Enthusiast of KOMiK 2022

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review "Posesif", Ketika Hubungan Romantis Berubah Jadi Toxic Relationship

16 Februari 2023   11:08 Diperbarui: 16 Februari 2023   11:23 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto : Palari Films
Sumber foto : Palari Films

Namun, apakah "Posesif" hanya berhenti disitu? Tidak. Ia menyelam jauh lebih dalam, mempertanyakan kembali, apakah sifat posesif hanya dikaitkan dengan hubungan romansa? Atau jangan-jangan, sikap posesif juga bisa terjadi dalam hubungan anak-orangtua?

Konsep posesif diperlihatkan sebagai hasrat dasar manusia yang mengatur seseorang yang dianggapnya berharga, dimiliki, atau di bawah kendali, tak peduli siapa dan usia berapa. 

Ayah Lala terus menuntut Lala agar bisa berprestasi dan menjadi yang terbaik dalam loncat indah. Ia mengatur pola makan anaknya, dan seringkali membandingkannya dengan atlet loncat indah yang lebih hebat darinya. 

Ibunya Yudhis (Cut Mini) lebih parah lagi. Ia memaksa puteranya untuk meneruskan tradisi keluarga, yakni berkuliah di ITB. Ia memaksa Yudhis untuk pindah ke bandung, walau Yudhis sebetulnya tidak ingin pindah. Tak ada pilihan, ia harus menuruti ibunya. 

Ibunya menggunakan perkataan manipulatif,  "Mamah yang ngelahirin kamu, mamah yang banting tulang untuk kamu, cuma mamah yang paling tahu apa yang terbaik buat kamu"

Bisa jadi, alasan mengapa Yudhis posesif adalah karena lingkungan keluarganya yang juga posesif terhadap dirinya.  

Sumber foto : Palari Films
Sumber foto : Palari Films

Alur dalam film "Posesif" mengalir begitu saja, tanpa kejutan apapun. Namun disinilah kekuatan filmnya, yang lebih memilih untuk memperkuat penokohan dan motivasi tiap-tiap karakternya.

Alhasil, alih-alih membuat penonton menghakimi pelaku dan mengkasihani korban, film ini justru mengajak penontonnya untuk memahami 'penyebab' dan membuat kata "Udah sih, tinggal putusin aja" tak semudah itu. 

Demikian pula dengan tindakan Lala dan Yudhis yang berusaha lepas dari orang-tua mereka yang terlalu mengatur. Sikapnya tak bisa dibenarkan, tapi "Posesif" mengajak penontonnya untuk tidak bersikap judgemental.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun