Namun, apakah "Posesif" hanya berhenti disitu? Tidak. Ia menyelam jauh lebih dalam, mempertanyakan kembali, apakah sifat posesif hanya dikaitkan dengan hubungan romansa? Atau jangan-jangan, sikap posesif juga bisa terjadi dalam hubungan anak-orangtua?
Konsep posesif diperlihatkan sebagai hasrat dasar manusia yang mengatur seseorang yang dianggapnya berharga, dimiliki, atau di bawah kendali, tak peduli siapa dan usia berapa.Â
Ayah Lala terus menuntut Lala agar bisa berprestasi dan menjadi yang terbaik dalam loncat indah. Ia mengatur pola makan anaknya, dan seringkali membandingkannya dengan atlet loncat indah yang lebih hebat darinya.Â
Ibunya Yudhis (Cut Mini) lebih parah lagi. Ia memaksa puteranya untuk meneruskan tradisi keluarga, yakni berkuliah di ITB. Ia memaksa Yudhis untuk pindah ke bandung, walau Yudhis sebetulnya tidak ingin pindah. Tak ada pilihan, ia harus menuruti ibunya.Â
Ibunya menggunakan perkataan manipulatif, Â "Mamah yang ngelahirin kamu, mamah yang banting tulang untuk kamu, cuma mamah yang paling tahu apa yang terbaik buat kamu"
Bisa jadi, alasan mengapa Yudhis posesif adalah karena lingkungan keluarganya yang juga posesif terhadap dirinya. Â
Alur dalam film "Posesif" mengalir begitu saja, tanpa kejutan apapun. Namun disinilah kekuatan filmnya, yang lebih memilih untuk memperkuat penokohan dan motivasi tiap-tiap karakternya.
Alhasil, alih-alih membuat penonton menghakimi pelaku dan mengkasihani korban, film ini justru mengajak penontonnya untuk memahami 'penyebab' dan membuat kata "Udah sih, tinggal putusin aja" tak semudah itu.Â
Demikian pula dengan tindakan Lala dan Yudhis yang berusaha lepas dari orang-tua mereka yang terlalu mengatur. Sikapnya tak bisa dibenarkan, tapi "Posesif" mengajak penontonnya untuk tidak bersikap judgemental.