Awalnya, saya mengira "Crash Course in Romance" akan menjadi drama romansa biasa. Namun ternyata drama ini juga menyorot bagaimana sengitnya pendidikan di Korea Selatan.Â
Saya suka bagaimana drama ini mengambil 3 sudut pandang utama dalam ceritanya. Nam Haeng-Seong sebagai 'orang-tua', Nam Hae-Yi sebagai murid, dan Choi Chi-Yeol sebagai guru matematika di akademi pride.
Alhasil, dengan menyorot ketiga sudut pandang tersebut, kita dapat memahami bagaimana peran mereka dalam pendidikan. Dalam karakter Nam Haeng-Seong, saya dapat melihat bagaimana seorang ibu yang semangat demi pendidikan anak-anaknya. Namun, ia tidak memaksakan hal tersebut.
Menarik sekali melihat bagaimana karakter-karakter orang-tua disini diperlihatkan. Ada ibu yang begitu ambisius menginginkan anaknya menjadi yang terbaik, sehingga anaknya juga ikut merasa bahwa hanya dirinya yang boleh menjadi nomor satu.Â
Ada juga yang memaksa anaknya untuk masuk ke jurusan kedokteran, walau anaknya tidak mau. Alhasil, anak tersebut merasa stres akan beban yang ditanggungnya.
Dalam drama ini juga kita dapat melihat bagaimana sikap orangtua terhadap pendidikan dapat membentuk pola tingkah laku anak. Kita dapat melihat Nam Hae-Yi yang tulus dan rajin belajar, berkat ibunya yang tidak memaksanya, dan selalu menyupportnya agar bisa terus lebih baik.Â
Su-Ah berambisi untuk selalu menjadi peringkat satu di sekolahnya, ia ingin nilai yang sempurna, tapi sayang, berkat itu ia diliputi rasa dengki.Â
Su-Ah menganggap orang yang mendahuluinya adalah musuh yang berhak untuk disingkirkan. Hal ini juga terjadi berkat ibunya yang kerap memberikan statement bahwa dirinya tidak boleh dikalahkan oleh orang-lain, dan harus selalu menjadi nomor satu.
Choi Chi-Yeol merepresentasikan bagaimana seorang guru harusnya mengajar. Walau memang ia bukan guru sekolah, melainkan guru tempat les atau akademi, namun ia bisa menarik perhatian para siswa melalui metode pembelajarannya yang variatif dan interaktif.Â
Seluruh realita pendidikan Korea Selatan digambarkan dalam drama ini. Bagaimana akibat dari ikut les tambahan di akademi, membuat sekolah justru 'tertinggal jauh' dari segi pembelajaran.Â