A24 memang tak habis-habisnya memproduksi film-film yang out of the box. Berbagai genre yang dihadirkan, mulai dari horor, thriller, dan genre lainnya, membuat A24 dikenal sebagai rumah produksi yang menghasilkan film bermutu.
Setelah sebelumnya sukses dengan beberapa film layaknya Hereditary, Midsommar, juga ditambah dengan film Everything Everywhere All at Once yang meraih banyak pujian dikarenakan ceritanya yang luar biasa kreatif. Kini, A24 memproduksi film horor slasher terbaru, Pearl judulnya.
Pearl merupakan film yang ditulis oleh Mia Goth dan Ti West, dan disutradarai oleh Ti West. Naskah yang mereka buat ternyata tak main-main, berhasil membuat Pearl menjadi film horor slasher yang mampu mengguncang sisi psikologis penontonnya.
Pearl berlatar tahun 1918, di mana perang dunia I sedang berlangsung. Bercerita tentang Pearl (Mia Goth) yang bermimpi menjadi penari hebat yang bisa tampil di atas panggung. Ia sering diam-diam menari di rumahnya, juga di peternakannya. Terkadang, ia menganggap hewan ternak tersebut sebagai penontonnya.
Suaminya, Howard (Alistair Sewell) pergi meninggalkan Pearl untuk berperang. Pearl sebetulnya benci ditinggalkan, dan membuatnya terpaksa menetap bersama keluarganya dan mengurus peternakan.
Namun sayangnya, ia hidup di keluarga yang strict. Pearl tidak dibolehkan ke luar rumah terkecuali hanya untuk membeli obat ayahnya.Â
Ibunya, Ruth melarangnya menari, apalagi mengikuti audisi untuk menjadi penari terkenal. Di sisi lain, ayahnya juga lumpuh, yang membuat Pearl harus merawat ayahnya setiap hari.
Salah satu penyebabnya juga dikarenakan pada masa itu, virus flu spanyol menyebar luas, dan membuat Ruth khawatir jika anaknya tertular.Â
Hidup dengan tekanan membuat Pearl menjadi terobsesi untuk bisa bebas dari semua kekangan yang ada.Â
Ia ingin meraih mimpinya, ia ingin dicintai, terkenal, dan menjadi bintang kelas dunia. Namun sayang, obsesinya yang berlebihan membuat benih-benih sifat psikopat semakin terlihat dalam dirinya.
Apakah yang akan terjadi dengan Pearl? Akankah ia berhasil bebas dan mencapai mimpinya?
Apa yang membuat film ini menarik untuk ditonton? Yuk simak, ini ulasannya!
Plot yang lugas dan sederhana
Pearl dibuka dengan adegan di mana Pearl sedang melakukan tarian di rumahnya, yang menunjukkan bahwa Pearl memiliki minat pada tarian.Â
Lalu ibunya datang dan Pearl langsung menghentikan aktivitasnya. Ibunya tampak tak senang dengan apa yang dilakukan Pearl, dan segera menyuruhnya agar memberi makan hewan ternak.
Lalu adegan langsung berlanjut di peternakan di mana Pearl sedang memberi makan hewan ternak. Seolah berbincang dengan hewan ternaknya, ia berbicara tentang mimpinya yang besar. Lalu, ia berlakon seolah-olah sedang di atas panggung, dan hewan-hewan tersebut adalah penontonnya.Â
Kemudian bebek muncul dengan suara berisik, seakan-akan mengganggu Pearl dan mencemoohnya. Hal tersebut membuyarkan fokus Pearl, membuatnya marah. Lantas, bebek itu kemudian langsung 'dieksekusi' oleh Pearl.Â
Sejak awal, Pearl langsung dengan lugas menunjukkan plot ceritanya. Adegan pembukanya menjadi gambaran mengenai apa yang akan terjadi pada film ini dari awal sampai akhir. Penonton langsung dapat memahami, seberapa besar obsesi dan ambisi Pearl untuk menjadi bintang terkenal.
Naskah yang terasa personal
Naskah dalam Pearl memang ditunjukkan secara lebih personal. Film ini fokus menjelaskan apa yang menjadi penyebab psikis karakter utamanya terganggu.Â
Sejatinya, film ini berbicara tentang dampak dari pengekangan secara berlebihan kepada anak.Â
Ruth tahu bahwa anaknya memiliki masalah mental, oleh karena itu ia mengekangnya. Alih-alih efektif, justru pengekangan tersebut berdampak besar pada sisi psikologis Pearl.Â
Rasa represi yang terlalu lama membuatnya muak, akhirnya meledak. Alhasil, ia menghalalkan segala cara dalam meraih mimpinya.
Dari film ini kita dapat memahami, bahwa sejatinya dalam mendidik anak, justru pengekangan yang berlebih dapat menimbulan efek psikologis yang kurang baik. Lebih baik jika kita mengarahkan dan membimbingnya.
Visual yang indah namun mencekam
Keunikan yang dimiliki oleh Pearl adalah bagaimana film ini hadir dengan estetika yang memukau, mulai dari segi visual, musik, hingga pemilihan font untuk judul dan credit scene. Nuansa tahun 90-an mampu dihidupkan dalam film ini.Â
Sekilas, sinematografi yang ada justru lebih terlihat seperti film-film slice of life yang berbicara mengenai pemuda yang hendak meraih mimpi. Namun di sinilah kekuatan Pearl, bagaimana film ini mampu menyulap semua estetika yang hadir dengan nuansa yang disturbing.
Namun, nilai jual utama film ini, yakni psychological horor slasher, tetap hadir mencekam lewat serangkaian adegan, dialog, serta ekspresi karakter utamanya yang terlihat naif, namun nyatanya ia adalah sosiopat yang mampu berbuat keji terhadap orang yang menghalangi impiannya.
Camera movement pada beberapa adegan sadis yang dilakukan Pearl juga sukses memperlihatkan dan membangun suasana tegang, mencekam, dan mampu membuat penonton merasa tak tenang. Beberapa kali saya menutup mata karena tak berani melihatnya.
Lebih memperlihatkan sisi psikologis karakter utamanya
Pearl memang hadir dengan sadis dan cukup brutal. Tusuk menusuk, terbakar, tercekik, bahkan adegan mutilasi yang hadir membuat saya sebagai penonton beberapa kali menutup mata. Namun nilai keseraman yang sesungguhnya bukan ada pada adegan tersebut.
Ya! Pearl lebih banyak menghadirkan pendekatan horor dengan menyorot sisi psikologis karakternya.Â
Beberapa kali saya dibuat was-was, bahkan seakan-akan diajak untuk merasakan apa yang dirasakan oleh para korban ketika berhadapan dengan Pearl. Didukung dengan akting pemainnya yang sempurna, membuat pendekatan horornya terasa lebih mencekam.
Akting para pemainnya yang layak dapat penghargaan
Mia Goth yang berperan sebagai Pearl hadir dengan akting yang memukau. Ekspresi muka, gestur tubuh, hingga sorot mata pada adegan tertentu mampu menghidupkan karakter Pearl yang kadang naif, namun terlihat seperti ada yang 'tidak beres'.
Keanehan yang ada pada Pearl mampu diperankan dengan sangat baik oleh Goth, apalagi puncak dari film ini, adegan long take di mana Mia Goth harus melakukan monolog selama 9 menit tanpa cut pada adegan Pearl yang tengah curhat dengan saudari iparnya, Misty (Emma Jenkins-Purro).Â
Monolog yang ia lakukan bukan hanya sekedar bercakap-cakap biasa. Butuh emosi yang dalam, ekspresi muka, serta artikulasi dan intonasi yang tepat untuk menunjukkan seberapa menderitanya Pearl dan apa motivasi ia melakukan hal-hal yang tak wajar tersebut. Dan tentu saja, Mia Goth berhasil melakukannya.
Juga pada adegan terakhir di mana Pearl tersenyum ke arah penontonnya. Sebuah senyuman yang terpaksa, lebih dari itu, senyuman yang semakin membuat Pearl terasa creepy.Â
Tak hanya itu, Mia Goth juga menghadirkan emosi yang kuat pada senyumannya, yang membuat penokohan karakter Pearl benar-benar terasa kuat dan solid.
Juga tokoh-tokoh pendukung, seperti Ruth, ibunya Pearl yang diperankan oleh Tandi Wright, berhasil menunjukkan sosok ibu yang berperangai keras, di sisi lain juga merupakan ibu yang rapuh, yang kesehariannya hanya membantu suaminya yang lumpuh dan mengurus rumahnya.Â
Adegan perdebatan antara Ruth dengan Pearl benar-benar hadir dengan intens. Apalagi ketika ibunya terkena 'sesuatu' lalu pearl panik dan malah memperburuk keadaan. Dialog di meja makan menunjukkan bahwa Ruth bukan sekedar ibu yang 'keras' tanpa arti, ia juga punya motivasi yang kuat yang membuatnya terpaksa melakukan hal tersebut.
Projectionist tanpa nama (David Corenswet) yang sekilas terlihat seperti laki-laki manipulatif yang menipu wanita dengan buaian rayu dan kata-kata indah, ternyata di luar dugaan. Penokohannya unik dan di luar ekspektasi saya. Walau memang, belum jelas apakah Projectionist ini benar-benar jatuh cinta dengan Pearl atau tidak.
Itulah ulasan saya mengenai film Pearl, apakah kamu tertarik untuk menontonnya?
Overall, Pearl adalah sajian horor slasher psychologist yang benar-benar menarik dan disturbing. Premisnya yang unik, dengan plot yang sederhana namun mencekam, dan dibalut dengan estetika yang ciamik, membuat Pearl terasa fresh dan berbeda.Â
Andai ajang awards tak diskriminatif pada film-film horor, niscaya Mia Goth akan dibanjiri berbagai penghargaan dikarenakan aktingnya yang totalitas dan memukau.Â
Pearl menunjukkan performa terbaik seorang Mia Goth, yang membuatnya layak untuk memerankan peran utama jika ada project film baru lagi nantinya.
Pearl sangat direkomendasikan bagi kamu yang sedang mencari tontonan yang menguji adrenalin dan psikologismu. Dijamin, ketika menonton filmnya, kamu akan merasakan sensasi yang berbeda dari tontonan horor lainnya.
Skor pribadi : 8,5/10
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H