Mohon tunggu...
Satria Adhika Nur Ilham
Satria Adhika Nur Ilham Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nominasi Best in Spesific Interest Kompasiana Awards 2022 dan 2023 | Movie Enthusiast of KOMiK 2022

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Review Film "How Are You Really?", Konflik Perselingkuhan dan Stigma Buruk terhadap Orang Bertato

19 Juli 2022   21:40 Diperbarui: 24 Juli 2022   21:32 1451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Film-film bertema perselingkuhan memang sudah familiar dan terkesan klise, apalagi di Indonesia. Bisa kita lihat di berbagai platform, film bertema percintaan dan perselingkuhan hampir mendominasi dibandingkan tema-tema lainnya.

Namun, jangan salah. Walau memang tema perselingkuhan sudah terlalu banyak, namun tak bisa kita pungkiri bahwa ada juga beberapa film yang bagus dan memiliki ciri khas tersendiri walau bertema perselingkuhan.

Ya! Mungkin "How Are You Really" bisa menjadi jawabannya. Dengan tema perselingkuhan yang dibawanya, ia tetap mampu memberikan ciri khas tersendiri, yakni dengan mengangkat isu pembuat tato yang seringkali dianggap buruk oleh masyarakat.

Pada hari Jum'at, 15 Juli 2022, komunitas KOMIK mengadakan event KOMIKTALK dan Nobar virtual film "How Are You Really". Event KOMIK ini bekerja sama dengan Cinemags, yang isinya adalah kegiatan nobar serta bincang langsung bersama sutradara filmnya, yakni Hanny R.Saputra melalui Zoom.

Sayangnya, dikarenakan pada saat itu jaringan sedang tidak stabil dikarenakan hujan, saya hanya bisa menonton filmnya saja, dan tak bisa berbincang dan mendengar langsung penjelasan dari sang sutradara mengenai film ini.

"How Are You Really" bercerita tentang Rendra (Jeff Smith) yang berprofesi sebagai pembuat tato. Ia menganggap bahwa pernikahan hanyalah omong kosong belaka. Hal tersebut ia katakan karena kejadian di masa lalunya, ditambah dengan pertemuannya dengan Mirah (Jihane Almira), perempuan yang sudah bersuami dan memiliki toko bunga dekat dengan studio tatonya Rendra.

Pertemuan pertamanya dengan Mirah, yang selalu bersikap ramah kepadanya, membuatnya Rendra diam-diam jatuh cinta. Di sisi lain, Mirah sendiri mempunyai suami bernama Wisnu (Kevin Julio), yang dikenal sebagai pekerja kantoran yang rapi, ramah, dan romantis.

Hingga suatu hari, Rendra melihat Wisnu berselingkuh dengan salah satu perempuan penghuni kamar sebelah kos Rendra. Tak tahan melihat Mirah dikhianati oleh Wisnu, Rendra akhirnya memberitahu Mirah bahwasannya suaminya berselingkuh. 

Lantas, apakah Mirah marah ketika mengetahui hal tersebut? Ataukah memang Mirah sudah tahu sejak lama? Jawabannya bisa kamu temukan di film ini.

Setelah menonton filmnya, saya menemukan beberapa hal yang membuat film ini menarik dan berbeda dari film bertema perselingkuhan pada umumnya. Penasaran? Yuk simak, ini review-nya!

Gambaran karakter yang digambarkan dengan cukup baik

Sumber foto : Youtube/Falcon
Sumber foto : Youtube/Falcon

Di awal film, kita diperlihatkan bagaimana Rendra dan pekerjaannya. Dengan backsound musik rock, serta tampilan bagaimana salon tato tempat ia bekerja digambarkan dengan baik dan mampu membuat penonton memiliki gambaran tentang pekerjaannya.

Juga diperlihatkan bagaimana hubungan Mirah dan Wisnu yang terlihat romantis, layaknya suami istri pada umumnya. 

Hingga akhirnya diperlihatkan ketika scene Mirah menelepon suaminya dan menanyakan mengapa ia tidak pulang ke rumah, dan suaminya menjawab "Lembur". Penonton akan mulai curiga dengan hubungan suaminya.

Plot cerita yang familiar layaknya film bertema perselingkuhan pada umumnya

Sumber foto : Youtube/Falcon
Sumber foto : Youtube/Falcon

Layaknya film bertema perselingkuhan pada umumnya, film ini tak memiliki plot yang khas dan menawarkan sesuatu yang baru. Konfliknya sederhana, dan dalam beberapa bagian terasa terlalu dibuat-buat. 

Salah satunya ketika scene flashback ke masa lalu dimana ia ditinggalkan oleh orangtuanya, lalu tiba-tiba saja ia ditabrak oleh mobil. Yang menurut saya efeknya terlalu sinetron-able.

Permasalahan masa lalu Rendra rasanya terlalu dibuat misterius, bahkan hingga akhir film, tak begitu jelas siapa orang yang dia hindari dan membuatnya pergi jauh dari kampung halamannya sendiri. 

Flashback yang dihadirkan tidak membuat penonton lebih bersimpati pada karakternya, justru penonton akan merasakan konflik film ini terasa telalu dilebih-lebihkan.

Chemistry yang solid dari para pemainnya mampu menghidupkan filmnya

Sumber foto : Youtube/Falcon
Sumber foto : Youtube/Falcon

Untungnya, chemistry antar pemainnya dibangun dengan baik dan cukup mampu untuk menghidupkan suasana dalam ceritanya. Terlebih lagi dua pemain utama, yakni Jeff Smith sebagai Rendra, dan Jihane Almirah sebagai Mirah. Chemistry mereka dalam membangun sebuah hubungan sederhana akan benar-benar terasa ke hati para penontonnya.

Bagaimana mereka memberikan dukungan satu sama lain dengan cara yang sederhana namun bermakna, seperti adegan ketika Mirah sedang berjalan sendiri lalu ada sekelompok orang yang melakukan catcalling, Rendra tiba-tiba saja datang dan berjalan di sampingnya untuk melindunginya. 

Juga ketika Rendra dituduh mencuri di dalam sebuah supermarket, Mirah melindunginya dan membantunya untuk membuktikan bahwa tuduhan tersebut salah.

Perhatian-perhatian sederhana tersebutlah yang akan membuat penonton senyum-senyum sendiri ketika menonton filmnya. 

Menjawab stigma buruk terhadap orang bertato

Sumber foto : Youtube/Falcon
Sumber foto : Youtube/Falcon

Walaupun plot dari film "How Are You Really" terasa terlalu klise dan familiar, setidaknya tetap ada sesuatu yang baru yang film ini coba hadirkan dalam ceritanya. Ya! Film ini sukses menggambarkan bagaimana kehidupan orang yang bertato dan bagaimana rasanya menjadi pembuat tato.

Stigma buruk masyarakat soal orang bertato benar-benar dihadirkan dalam film ini, yang membuat penonton akan merasa relate terhadap isu yang dihadirkan. 

Tato seringkali dianggap sebagai simbol kejahatan. Orang bertato seringkali dianggap preman, pencuri, atau apapun yang berkaitan dengan tindak kriminal. Film ini mampu menjawab dan membantah stigma tersebut, dan menunjukkan bahwa tak semua orang bertato itu buruk.

Rendra sebagai pembuat tato menganggap bahwasannya tato adalah seni. Sikap Rendra yang baik dan perhatian, menunjukkan bahwasannya orang bertato juga mempunyai sifat baik. Jangan melihat seseorang hanya dari tampilan luarnya. 

Musik skoring yang sesuai dan sinematografi yang nyaman dilihat mata

Sumber foto : Youtube/Falcon
Sumber foto : Youtube/Falcon

Hal yang membuat saya tetap betah menonton film ini hingga akhir adalah dikarenakan musik skoringnya yang cocok dan proporsional sesuai dengan adegannya. Layaknya drakor, film ini memiliki instrumen dan soundtrack yang memorable dan nyaman didengar oleh penontonnya.

Musik skoringnya ini juga yang menjadi faktor utama dalam membangun suasana dalam film ini. Hampir dalam setiap adegan, baik ketika dialog atau tidak, selalu ada musik skoring dan instrumen yang membuat film ini terasa emosional.

Selain itu, sinematografi dan cara pengambilan gambar dalam film ini juga nyaman dilihat mata. Bagaimana gambaran toko bunga serta studio tato berhasil diperlihatkan dengan baik. Hanya saja ketika bagian flashback, rasanya kurang pas dan tone warnanya terlalu berlebihan.

Banyak pelajaran yang dapat diambil

"Mawar itu simbol cinta. Hasrat yang menggebu-gebu, cinta yang obsesif. Tapi selain itu, mawar memiliki duri-duri kecil di batangnya. Sehingga membuat orangyang tidak berhati-hati dalam memetiknya, bisa terluka karena tergores oleh luka yang tajam. Namun bagi bunga mawar, duri itu untuk melindungi dirinya sendiri. Melindungi apa yang ia miliki. Berbeda dengan bunga dahlia, tapi simbol cinta yang setia, suci, dan abadi."

Film ini juga banyak menghadirkan quotes filosofis dari bunga dan tato. Penulis naskah film ini rasanya memang cukup baik dalam melakukan riset ketika membuat film ini. Karena memang, pemilik toko bunga dan pembuat tato ternyata memiliki keterkaitan makna yang cukup mendalam. 

Film ini juga berhasil dalam membawakan pesan-pesan dan isu yang dibawanya dengan baik. Kita jadi tahu, bahwasannya jangan pernah menilai orang hanya dari luarnya saja. Karena bisa jadi, orang yang tampak gagah, rapih, ternyata memiliki sifat busuk, berselingkuh misalnya. 

Sebaliknya, orang yang terlihat acak-acakan, tidak teratur, bisa saja memiliki hati yang baik yang tidak orang-orang ketahui. Maka lihatlah seseorang itu dari akhlak dan sifatnya, jangan hanya melihatnya dari luar fisiknya saja.

Sumber foto : Klikfilm
Sumber foto : Klikfilm

Overall, "How Are You Really" cukup mampu membawa ceritanya dengan baik. Walau plotnya terasa familiar, namun dengan chemistry pemainnya yang solid, dan juga musik skoring serta sinematografi yang memanjakan mata, setidaknya mampu membuatmu tetap betah ketika menonton filmnya.

Film ini juga mampu membawa isu tentang stigma terhadap orang bertato dengan baik dan tak menggurui. Film ini juga memberi tahu kita bahwasannya kadang kita perlu berani untuk mengungkapkan apa yang menjadi kegelisahan kita. Hubungan dibangung dengan komunikasi yang baik, tak hanya sekedar memberi hadiah.

"How Are You Really" dapat kamu saksikan di KlikFilm. Untuk kamu yang belum menontonnya, coba deh nonton film ini!

Rating pribadi : 7/10

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun