"Yes Day", hari di mana orang-tua harus berkata "Ya" kepada anaknya dan tidak mengatakan "Tidak". Kamu bisa bebas meminta apa saja yang kamu inginkan, mulai dari pergi ke tempat hiburan, hingga makan es krim yang sangat besar pun dibolehkan.
Setiap keluarga pasti memiliki cara dalam mengisi weekend-nya masing-masing. Ada yang menghabiskan waktunya dengan bersih-bersih rumah, pergi ke taman hiburan, atau mungkin tidak melakukan apa-apa karena masih banyak pekerjaan.
Terkadang, karena orangtua selalu sibuk dengan pekerjaannya, anak merasa bosan dan merasa bahwa keluarganya tidak seru. Pada akhirnya, mereka lebih mempercayai teman dibanding keluarga sendiri. Ketika Ibu malah selalu memarahi dan tidak membolehkan, anak merasa lebih nyaman dengan temannya sendiri sehingga tak lagi dekat dengan keluarga.
Bagaimana cara mencegah agar anak tak lagi membenci atau jauh dari keluarga? Cobalah untuk lakukan "Yes Day".
Apa itu? Yes day adalah hari di mana orang-tua harus berkata "Ya" pada anaknya dan tidak boleh berkata "Tidak". Kamu bisa meminta apa saja yang kamu inginkan, namun ada beberapa aturan dasar yang tak boleh dilanggar.
Saya juga baru tahu hal tersebut dari sebuah film berjudul "Yes Day". Film keluarga yang satu ini mengambil premis yang sederhana namun unik dan seru. Saya pun sudah langsung tertarik ketika menonton trailernya.
"Yes Day" bercerita tentang seorang pasangan, Allison dan Carles yang selalu mengatakan "Ya" ketika pasangannya menginginkan sesuatu. Misal, Allison ingin pergi ke gunung, atau bermain ice skating, maka Carlos selalu mengiyakan dan tidak berkata tidak.
Namun hal tersebut berubah ketika mereka punya anak. Kata "tidak" menjadi "ya" baru. Tetapi "tidak" adalah bagian dari pengasuhan. Aliison berubah jadi ibu yang cerewet dan selalu berkata "tidak" pada anaknya. Sedangkan Carlos selalu mengiyakan kemauan anaknya dan menjadi ayah yang disukai oleh anak-anaknya.
Hingga suatu hari, guru Evan memanggil mereka dan menunjukkan sebuah video buatan anaknya, di mana ibunya diperlihatkan sebagai orangtua yang kejam dan ayahnya diperlihatkan bagai ayah yang sangat baik. Hal itu membuat Allison merasa sedikit kecewa karena ia menganggap sudah melakukan banyak hal menyenangkan dengan anak-anaknya.
Mereka berdua tak sengaja bertemu dengan Mr. Deacon yang menyarankan agar mereka membuat "Yes Day" dimana mereka harus mengiyakan seluruh keinginan anak mereka dalam satu hari.Â
Awalnya Allison dan Carlos tak setuju, hingga akhirnya ketika Katie, anak sulung mereka berkata "Ibu tak akan pernah bisa menjadi ibu yang seru", maka Allison memutuskan untuk mengadakan "Yes Day".
Apakah "Yes Day" berhasil menjadi film keluarga yang hangat dan menyenangkan? Yuk simak, ini ulasannya.
Film ini mengambil tema yang cukup relate dengan keluarga di masa kini. Di mana keluarga yang tadinya penuh petualangan, pergi ke sini-sana, tapi karena sudah lama punya anak, lama-lama semakin sibuk.Â
Seperti keluarga pada umumnya, ibu selalu dianggap sebagai "monster" yang mengatur segala kegiatan anaknya. Mungkin karena ayah yang lebih sering di kantor, maka ibu di film ini berperan sebagai ibu yang mengurus segalanya, sehingga anak-anaknya pun merasa bosan dan menganggap ibunya tidak seru.
Akhirnya, ibunya juga bisa membuktikan bahwa ia bisa menjadi ibu yang seru. Setelah melalui berbagai tantangan di "Yes Day", ibunya akhirnya mampu menunjukkan bahwa ia juga bisa menjadi teman yang seru untuk anaknya.
Masing-masing tokoh di film ini digambarkan dengan sangat baik. Allison yang memiliki 3 orang anak digambarkan sebagai ibu yang asyik dan seru namun tetap tegas serta amat sayang kepada anaknya.Â
Kita bisa memahami mengapa Allison sering berkata tidak kepada anaknya, dikarenakan ia memiliki kekhawatiran yang besar terhadap anak-anaknya.
Anak sulung, Katie digambarkan sebagai remaja umur 16 tahun yang mulai mengalami konflik masa remaja. Seperti, ingin bebas bermain bersama teman, ingin bisa lepas tangan dari orangtua, menganggap bahwa dirinya bisa baik-baik saja tanpa bantuan orang-tua sekalipun.Â
Anak kedua, Evan digambarkan sebagai anak berumur sekitar 9-10 tahun yang suka dengan sains. Ia punya rasa ingin tahu yang besar sehingga ia suka membuat eksperimen, namun karena ibunya sering tidak membolehkannya, ia menjadi anak yang suka membantah.
Anak ketiga, Ellie digambarkan sebagai anak berumur 4-5 tahun yang polos dan belum terlalu mengerti mana yang boleh dan mana yang tidak boleh. Ia hanya mengikuti apa yang kakaknya lakukan. Wajar saja, ia masih kecil dan belum tahu apa-apa.
Karakter ayah di film ini juga digambarkan secara jelas. Penonton diberi tahu mengenai alasan mengapa ayahnya sering berkata ya kepada anaknya dan selalu menjadi ayah yang seru.Â
Ternyata di kantor ia adalah seseorang yang sering dianggap tak seru dan sering mengganggu kesenangan karyawannya dikarenakan faktor pekerjaan. Di balik ruwetnya pekerjaan yang dia lakukan, ketika pulang, ia bisa melepas bebannya dengan bermain dengan anak-anaknya.
Jajarat Cast-nya, seperti Jenna Ortega, Jennifer Garner, Edgar Ramires, dan lainnya sukses membawakan karakter masing-masing tokohnya dengan baik.Â
Penulis bisa melihat akting mereka yang natural, sehingga penulis pun merasa bahwa mereka seperti keluarga sungguhan. Tak ada akting yang terasa kaku. Feel yang diberikan oleh masing-masing tokoh juga disampaikan dengan baik dan mampu membangun suasana hangat di filmnya.
Di balik keseruan dan kehangatan yang dihadirkan di film ini. Penulis sendiri merasakan ada beberapa hal yang tidak masuk akal di film ini, seperti berkunjung ke berbagai tempat dalam waktu satu hari, lalu pergi ke luar kota menggunakan ambulans hanya untuk melakukan "Yes Day", dan orang-orang di film ini seakan-akan ikut memeriahkan "Yes Day" keluarga mereka.Â
Namun memang, hal tersebut juga yang membuat karakter di film ini menjadi berkembang. Bagaimana akhirnya anak-anaknya sadar mengenai alasan mengapa orangtuanya sering tidak membolehkan mereka.Â
Perkembangan karakter ayah di film ini juga sangat terasa, dimana akhirnya ayahnya bisa menjadi ayah yang tegas dalam beberapa hal. Karena tak melulu bersikap tegas itu buruk.
Ending film ini ditutup dengan hangat dan sukses menimbulkan rasa haru di mata penontonnya. Bagaimana ibu yang akhirnya bisa menunjukkan rasa kasih sayangnya terhadap anak-anaknya. Kehadiran penyanyi H.E.R juga ikut meramaikan suasana di film ini.
Film ini membuktikan bahwa terkadang, kita butuh hari dimana kita menghabiskan waktu dengan keluarga, agar tak terjadi keretakan dan kesalahpahaman.Â
Anak-anak sebenarnya hanya butuh teman, dan ketika orang-tua bisa menjadi teman yang asyik bagi anak, maka niscaya keluarga juga akan lebih harmonis dan menyenangkan.
Setiap orangtua punya cara mendidik tersendiri. Namun di balik apapun cara mendidik mereka, tujuannya tetap sama. Mereka hanya ingin menjadi orangtua yang baik yang bisa mendidik dan melindungi anak mereka dari bahaya yang ada di luar. Keluarga adalah pelindung sekaligus pondasi utama dalam membangun karakter anak.
Itulah ulasan saya mengenai film "Yes Day". Apa kamu juga ingin mencoba melakukan "Yes Day" dengan keluargamu?
Overall, film ini sangat direkomendasikan untuk ditonton bersama keluarga. Dengan temanya yang unik serta jajaran cast-nya yang mendukung, film ini menjadi salah satu film keluarga yang wajib ditonton di tahun 2021.
Film ini bisa kalian saksikan melalui Netflix. Dengan durasi 1 jam 26 Menit, rasanya film ini akan cocok jika ditonton malam hari bersama keluarga.
Untuk kamu yang ingin menonton film yang ringan, seru, dan menghibur, wajib deh nonton film ini!
Rating Pribadi : 8.5/10
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H