Mohon tunggu...
Satria Adhika Nur Ilham
Satria Adhika Nur Ilham Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nominasi Best in Spesific Interest Kompasiana Awards 2022 dan 2023 | Movie Enthusiast of KOMiK 2022

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Konten Dewasa Semakin Menjamur di TikTok, Bagaimana Nasib Anak-anak?

31 Januari 2021   07:23 Diperbarui: 1 Februari 2021   08:02 6636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi TikTok, Aplikasi TikTok. Kredit: antonbe via Pixabay

TikTok kini menjadi salah satu aplikasi yang sering digunakan oleh orang-orang di dalam dan luar negeri. Bukan hanya orang dewasa, banyak juga anak-anak yang ikut punya aplikasi TikTok dan membuat konten di dalamnya.

Dilansir dari Social Media Today, TikTok juga menjadi salah satu aplikasi yang paling sering digunakan dan diunduh di tahun 2020. Mungkin karena efek pandemi, TikTok adalah cara yang seru untuk berkarya dan menambah penghasilan. 

Hal tersebut dibuktikan dengan semakin berkembangnya konten di dalamnya, yang tadinya hanya berisi tarian-tarian belaka, kini quotes-quotes cinta dan tip memasak pun ada di sana.

Bulan lalu, saya akhirnya mencoba untuk mengunduh aplikasi TikTok di ponsel saya, dan ketika saya buka, ada berbagai konten yang masuk di bagian depan. Beberapa konten terlihat bermanfaat, namun banyak pula konten yang menyorot hal-hal yang tak pantas juga kata-kata yang kasar.

Awalnya sih tidak terlalu banyak, tapi kok makin kesini, semakin menjamur ya?

Maka dari itu, saya ingin membagikan sedikit saran dan kritik saya mengenai TikTok ini, siapa tahu, pihak TikTok bisa membaca artikel ini dan menjadikannya bahan evaluasi untuk bisa lebih baik lagi.

Baiklah, mari kita bahas satu per satu.

Bukankah TikTok sudah memblokir semua konten pornografi yang ada?

Dikutip dari Gizmodo, pedoman komunitas TikTok melarang pengguna untuk memposting atau berbagi konten telanjang atau seksual eksplisit.

Aturannya yang melarang eksploitasi seksual baru-baru ini diperluas dengan menyertakan istilah "konten yang menggambarkan, mempromosikan, atau mengagungkan permintaan seksual, termasuk menawarkan atau meminta pasangan seksual, obrolan atau gambar seksual, layanan seksual, konten seksual premium, atau sexcamming."

Tapi oh tapi, kenyataannya tidak seperti itu. Masih banyak konten dewasa yang muncul di layar beranda, walau memang tidak menunjukkan ketelanjangan, namun bahasanya cenderung mengajak ke arah seksual. 

Mungkin sebagian orang akan berkata, "TikTok kan tempat semua orang bisa bergabung. Terserah dong mau bikin konten apa."

Tapi, mohon maaf. Banyak anak-anak di bawah umur yang sudah mempunyai akun TikTok, dan banyak dari mereka yang mulai berani bicara vulgar dan kasar dikarenakan tontonan yang muncul di TikTok adalah tontonan yang salah. 

Lagipula, bukan hanya konten dewasa saja yang ada di sana, banyak konten-konten lain yang juga memicu perubahan moral pada anak-anak.

Memangnya, konten apa saja yang berbahaya selain konten dewasa?

Kalau Anda punya TikTok, pasti jika Anda sering melihat konten di bagian beranda, akan banyak bermunculan konten yang aneh dan tidak mendidik sama sekali. Terutama ketika pertama kali Anda mengunduh Tiktok, banyak konten random yang muncul di beranda Anda.

Dari yang saya lihat dan juga teman-teman saya lihat, banyak konten di TikTok yang kini cenderung menjadikan kata-kata kasar dan vulgar menjadi bahan bercandaan yang menurut saya tidak lucu. Ada banyak contoh yang bisa kita ambil.

"Ganteng doang, jemput cewek depan gang." Mungkin jika kamu adalah pengguna TikTok, sudah tak asing lagi dengan kata-kata tersebut. Tidak ada yang salah dengan perkataan itu, namun banyak yang mengubahnya dan memplesetkannya menjadi kata-kata vulgar dan kotor. Sehingga mirisnya, anak-anak kini menjadikan hal tersebut sebagai bahan bercandaan.

Banyak contoh lain yang tidak bisa saya sebutkan di artikel ini. Seperti semakin banyaknya konten LGBT, konten dewasa, ucapan kasar, tarian yang vulgar, dan lainnya. Semakin lama, saya merasa bahwa TikTok harus membuat sebuah kebijakan baru untuk mengatasinya.

TikTok Kids, mungkin bisa menjadi solusi.

Ilustrasi : www.androidcentral.com
Ilustrasi : www.androidcentral.com

Tak dapat dipungkiri bahwa TikTok memang menjadi aplikasi yang penuh dengan manfaat. Banyak anak-anak yang mencurahkan bakatnya ke dalam Tiktok, dan diapresiasi oleh banyak penontonnya. 

Hal tersebut menjadi penyemangat tersendiri untuk anak-anak agar terus berkarya. Maka dari itu, tidak tepat jika kita berkata, "Hapus saja TikTok, tidak ada manfaatnya."

Namun, disisi lain, kita juga tidak bisa menolak fakta bahwa konten-konten dewasa semakin menjamur. Maka dari itu, satu-satunya cara untuk memperbaikinya adalah dengan membuat aplikasi TikTok Kids.

Mengapa tidak dibuat mode anak-anak saja? Jadi tak perlu mengunduh aplikasi baru lagi?

Anak-anak sekarang sudah pintar soal media sosial. Bahkan mereka bisa membuat akun Twitter yang sebenarnya tak bisa dibuat untuk anak di bawah 17 tahun. Apalagi mode anak-anak yang dibuat di Tiktok, rasanya mereka juga akan dengan mudah mematikannya jika mau.

TikTok Kids bisa menjadi solusi dikarenakan beberapa alasan, berikut alasannya:

  • Bisa memfilter konten yang pantas untuk dilihat oleh anak-anak

Jika di aplikasi TikTok biasa akan muncul berbagai konten, di TikTok Kids justru sebaliknya. Semua konten yang tayang di beranda harus difilter terlebih dahulu oleh pihak Tiktok, jadi tontonan yang dipilih anak tak lagi salah. 

  • Anak-anak bisa berkarya dengan nyaman

Anak-anak bisa berkarya dengan nyaman dikarenakan mereka bisa berinteraksi dengan berbagai anak lainnya yang juga membuat suatu karya. 

Nantinya, TikTok Kids akan mengkurasi konten yang di unggah ke TikTok, agar nantinya tidak lagi ada konten yan tak pantas untuk ditayangkan. Seperti Kompasiana, TikTok Kids juga harus bisa memilih konten mana yang pantas untuk masuk layar beranda dan tidak.

  • Menjadi tempat event dan edukasi bagi para siswa

Banyak event-event yang dibuat oleh pemerintah seperti Kemendikbud di TikTok. Namun, saya rasa kurang tepat jika event tersebut diadakan di aplikasi TikTok biasa. TikTok Kids bisa menjadi solusi untuk tempat event seperti lomba edukasi yang menarik bagi para siswa dan anak-anak untuk mengembangkan karyanya dengan nyaman.

  • Verifikasi akun dengan kartu pelajar atau lewat foto selfie

Dengan TikTok Kids, para siswa ataupun anak-anak yang ingin mendaftar hanya perlu melampirkan foto kartu pelajar ataupun foto selfienya sendiri. 

Hal tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa konten yang dibuat adalah konten anak-anak. Namun, bukan berarti orang dewasa juga tak bisa berkonten di sana, mereka juga bisa asal membuat konten yang baik dan bisa mengedukasi masyarakat.

Itulah beberapa alasan mengapa TikTok Kids bisa menjadi solusi untuk anak-anak dan juga masyarakat agar bisa berkarya dengan nyaman dan tak perlu lagi was-was dengan konten dewasa. 

Semoga saja, pihak TikTok bisa mendengar saran ini dan merealisasikannya menjadi nyata. Karena kelak, aplikasi ini akan sangat berguna dan efisien untuk menghindari konten-konten tak mendidik di luar sana.

Lalu, langkah apa yang bisa kita lakukan saat ini untuk mencegah konten tak pantas masuk di TikTok kita?

Selagi TikTok Kids belum ada, kita pasti akan bingung bagaimana caranya agar konten dewasa tak masuk lagi ke dalam beranda TikTok kita. Ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk mencegah hal tersebut, seperti:

  • Menemani anak-anak ketika bermain TikTok
  • Mengawasi akun TikToknya
  • Mengaktifkan mode terbatas
  • Memberikan edukasi terhadap anak-anak tentang bahayanya konten dewasa
  • Memberikan sex education kepada anak-anak agar nantinya mereka tak terpengaruh dengan konten dewasa yang berpura-pura sebagai "sex education" padahal cenderung mengajak ke arah yang salah.

Ada banyak cara lain yang bisa kita lakukan untuk mencegah hal tersebut terjadi. Masing-masing orang punya caranya tersendiri.

Intinya, TikTok adalah tempat yang bisa bermanfaat bisa juga jadi berbahaya. Tergantung bagaimana kita memakainya dan memfilternya dengan tepat. Anak-anak perlu diawasi agar tak lagi salah dalam menonton konten yang tayang di beranda. Tiktok Kids bisa menjadi jawaban bagi pihak TikTok agar anak-anak bisa nyaman dalam berkarya.

Semoga pihak TikTok dan juga pemerintah bisa mengambil langkah tegas dalam mencegah konten dewasa yang semakin menjamur di TikTok ini. Lindungi anak-anak kita, perbanyak waktu dengan keluarga, agar nantinya tak ada lagi yang sibuk mencari kebahagiaan di dunia maya, namun lupa dengan dunia nyata. 

Apresiasi karya-karya mereka dengan pujian dan hadiah yang tidak berlebihan, agar mereka tak lagi berkarya hanya demi like dan komen belaka. Melainkan berkarya agar bisa bermanfaat untuk sesama.

Salam, Satria Adhika.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun