Mohon tunggu...
Satria Adhika Nur Ilham
Satria Adhika Nur Ilham Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nominasi Best in Spesific Interest Kompasiana Awards 2022 dan 2023 | Movie Enthusiast of KOMiK 2022

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pro dan Kontra Soal Animasi Nussa, Memangnya Ada Apa?

13 Januari 2021   05:27 Diperbarui: 13 Januari 2021   05:48 3280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertama, Sarung bukanlah berasal dari Indonesia. Menurut sumber sejarah, sarung berasal dari Yaman. Di negeri itu sarung biasa disebut futah. Sarung juga dikenal dengan nama izaar, wazaar atau ma'awis. Masyarakat di negara Oman menyebut sarung dengan nama wizaar. Jadi, jangan berlebihan mengangkat derajat sarung sebagai warisan Indonesia.

Kedua, setiap orang bebas menentukan pakaiannya tersendiri. Ketika orang memakai celana jeans misalkan, apa kamu akan berkata "Jangan pakai celana jeans, itu kan bukan budaya Indonesia!"? Pastinya kamu akan menghargai dan membiarkan orang tersebut berpakaian apapun asal sopan.

Ketiga, pembuatan animasinya jadi lebih mudah. Dibanding menggunakan sarung, gamis/jubah lebih memudahkan animator dalam membuat animasi karena hanya akan menjadi satu pakaian dengan warna yang sama. Jadi, ketika ada gerakan berlari atau lainnya, menganimasikannya akan lebih mudah.

Keempat, para pahlawan juga pernah memakai gamis. Kalau kamu bilang gamis itu nggak Indonesia, buatan kadrun, apa kamu berani berbicara seperti itu dihadapan para pahlawan? Coba lihat Tuanku Imam Bonjol dan pahlawan lainnya, mereka melawan penjajah dengan pakaian khas mereka yakni gamis. Jadi, masih mau bilang kalau gamis itu tidak sesuai Indonesia?

Tuanku Imam Bonjol, sumber : Tirto.id
Tuanku Imam Bonjol, sumber : Tirto.id

Kalau begitu, kenapa bajunya nggak ganti-ganti? Masa di rumah pakai gamis dan hijab?

Mungkin, orang yang berbicara seperti ini tidak paham dengan konsep film animasi. Berbeda dengan film yang direkam secara nyata, film animasi cenderung lebih sering menggunakan satu pakaian khas. Contohnya Upin & Ipin, apa mereka sering berganti baju? Kalau dilihat di tv, sepertinya baju mereka hanya itu-itu saja dan tidak pernah ganti.

Upin Ipin yang bajunya itu-itu saja, sumber : youtube.com
Upin Ipin yang bajunya itu-itu saja, sumber : youtube.com

Begitu juga dengan Nussa, akan sulit jika animator terus mengganti baju karakter animasinya. Lagipula, gamis Nussa dan Rarra yang memakai hijab sudah jadi ciri khas dalam film dan serial tersebut.

Tapi, bukankah berlebihan jika masih kecil sudah berhijab? Itu sama saja kayak didoktrin sejak dini!

Haduh, apa kita masih belum paham dengan Batasan-batasan agama? Atau mungkin kita yang tak pernah belajar agama? Di setiap agama, pasti punya ajaran tersendiri yang wajib dilakukan oleh para pemeluknya. Islam mewajibkan perempuan untuk menutup aurat sejak baligh, namun bukan berarti tidak boleh melakukannya sedari dini.

Pembiasaan kepada anak dalam mengamalkan ajaran agama itu penting dilakukan sejak dini. Bukan hanya agama Islam saja, bahkan agama lain pun seperti itu. Jika Islam mengajarkan perempuan untuk menutup aurat, lantas bukankah itu baik dilakukan sedari dini? Masa iya, kita mengajarkan anak kita untuk memakai pakaian terbuka sejak dini?

Lagipula, bukankah di Indonesia ini ada hak kebebasan dalam berpakaian? Secara formal, pengakuan Indonesia akan kebebasan berekspresi ini termaktub jelas dalam Pasal 28E ayat (3) UUD 1945 amandemen keempat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun