Aku mendengus sebal, kenapa pula Dika jadi nyebelin seperti ini. Baru saja aku ingin menyiram muka Dika dengan air, untungnya pelayan datang dan menyajikan makanannya.
"Ayo makan Zah." Dika terlihat seperti orang kelaparan. Kami berdua langsung menyantap makanan yang sudah tersajikan. Memang, Restoran ini merupakan restoran terbaik yang ada di kota Jakarta. Jadi, wajar saja jika makanannya sangat enak.
Aku sedang asyik-asyiknya makan. Aku menoleh kearah Dika yang terlihat sedang mengambil sesuatu. Ternyata dia mengeluarkan Gitarnya, lalu memainkannya dengan sangat lihai.
Ratusan hari ku mengenalmu
Ratusan alasan kamu berharga
Ratusan hari ku bersamamu
Ratusan alasan kamu cahaya
Semampuku kau akrab dengan senyum dan tawa
Semampuku tak lagi perlu kau takut
Cinta
Aku tersedak. Baru pertama kali ini aku melihat Dika bermain gitar dan menyanyi. Apalagi suaranya sangatlah merdu seperti tulus. Aku dibuat terpesona dengan dirinya yang semakin lama semakin membuat diriku jatuh cinta.
Bila aku pegang kendali penuh pada
Cahaya
Aku pastikan jalanmu terang
Dika menggenggam erat tanganku dan mengajakku bernyanyi. Mukaku merah, malu sekaligus senang karena bisa berdua dengan Dika sekarang.
Tak mudah lagi sendu mengganggu
Kau tahu cara buatku tertawa
Tak mudah kusut dalam kemelut
Kau tahu cara mengurai semua
Lirik lagu Tulus yang berjudul "Cahaya" dinyanyikan Dika dengan sungguh-sungguh. Aku juga ikut bernyanyi bersamanya. Lagunya begitu menenangkan hatiku.
Menurutku, Dika adalah Cahaya. Yang bisa membuatku senang ketika aku sedang bersedih. Yang bisa memberi solusi ketika ada masalah. Bagiku Dika adalah cowok terbaik yang kutemui. Mungkin suatu saat dia yang akan menjadi calon imamku.
Aku tersenyum lebar. Aku yakin Dika sudah jatuh hati padaku. Dari sikapnya, tutur katanya, pandangannya sudah menandakan bahwa dia menyukaiku. Kelak, Aku berharap Dika bisa menjadi teman hidupku.