Dika berusaha mengejarku, tapi urung karna melihat wajahku yang terlihat marah. Diperjalanan, tak henti-hentinya air mataku membasahi wajahku.
Aku terlalu ge-er. Aku terbuai oleh ekspektasi tinggi, Aku tertipu oleh harapan-harapan yang ternyata semu. Semua janji-janji masa depan yang terngiang diotakku hilang seketika diganti bayang-bayang suram yang terjadi dimasa depan.
Bagaimana bisa aku terbuai oleh ini semua? Bagaimana bisa? Bagaimana Mungkin Dika tega menyakiti hatiku begitu saja? Dia anggap apa perasaan perempuan itu?
Hiks, Nasib kita sama Nis. Hiks, ternyara aku hanya dijadikan pelampiasan dia selama ini.
Biarkanlah aku yang merasakan sakitnya diri ini. Aku terlalu bodoh untuk percaya dengan cinta yang ternyata hanya ilusi belaka.
Nyatanya, Cinta tak seindah yang kita bayangkan. Kisah ini harus berakhir sekarang. Entah apakah besok lusa aku bisa menemukan orang yang lebih baik dari Dika atau aku akan terus sendiri.
Hiks, ternyata hanya pelampiasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H