Ada dua poin yang dituju oleh Pak menteri dari kebijakan ini untuk para siswa yakni bisa menajamkan kemampuan literasi, yakni menganalisis bacaan dan jua kemampuan Nemurasi yakni menganalisis angka-angka.
Jika dilihat sepintas idenya sih keren, tapi soal eksekusinya masih belum bisa diraba, efektif apa tidak ya? Gerak maju mundur cantik kebijakan Ujian Nasional ini tentu akan mungkin bisa terjadi. Dihapus saat ini lalu diterapkan kembali - jika nanti dirasa gagal- Bisa jadi! Yakin bukan Politis?
UN Dihapus, parameter kualitas apa sih yang akan dipakai?
Mantan Wakil Presiden, Bapak Jusuf Kalla pun berkomentar, jika dengan penghapusan UN akan membuat semangat belajar siswa berkurang dan akan menjadi lembek.
Dalam hal tadi, bisa saja kita anggap jika nilai ujian menjadi cermin dari efektivitas proses belajar yang tengah kita lewati. Meskipun ada saja yang mengatakan, nilai ujian bukan segalanya. Di kepala saya masih tertanam, tanpa angka, bagaimana kita bisa meraba hasil belajar yang sedang kita lakukan saat ini?
Kita lekas mengingat masa kecil kita dulu ketika menjadi siswa kan, senang sekali rasa hati ketika kita mendapat nilai ujian yang sempurna, sepuluh misalnya, dari hasil belajar kita. Namun sedih durjana, jua pasti kita rasakan ketika mendapat nilai jelak.
Tapi misterinya lantas, ketika kita sudah berjuang belajar siang malam terus masih saja mendapat nilai jelek dan tidak lulus-lulus, apakah ini bisa dikatakan takdir? Takdir untuk mengulang kelas? Â Kurang berdoa? Ini mungkin tips terakhirnya.
Tentu ini akan menjadi misteri kan? Nah tentu jika hal ini terjadi, akan menjadi tanda tanya besar, apakah kita memang sunguh-sungguh belajarnya ya? Apa ada yang salah dari sistem belajar dan pendidiknya?
Untuk menjadi fear dan memperbaiki sistem pembelajaran tadi, bisa saja dua-goal  yang ingin dicapai yakni soal penilaian literasi dan juga numerasi menjadi super-shaft kedua bagi siswa untuk bisa ditonjolkan untuk mengganti kegagalan soal nilai ujian.
Dengan begitu, jika berhasil siswa akan lebih kreatif dalam menojolkan kemampuannya kan, selain akademik. Dan tetap, di akhir kelasnya nanti, UN akan menguji proses belajarnnya dalam sebuah angka lagi yang bisa membantu dalam seleksi pendidikan di tingkat selanjutnya.
UN dan cermin kualitas pendidik
Saya kok yakin sekali, diberlakukannya penghapusan UN di tengah jenjang ini, akan menjadi cermin bagi perbaikan guru dan sekolahnya. Namun pertanyaan bisa saja menjadi apakah ada proses upgrade bagi guru untuk melakukan pengajaran dan juga penilaian pengganti UN tadi? Iya assesmen soal literasi dan numerasi yang menjadi goal kebijakan ini?