Mohon tunggu...
Alfian Arbi
Alfian Arbi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aquaqulture Engineer

Aquaqulture Engineer I Narablog

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Penghapusan UN, Sebuah Refleksi Kualitas para Guru?

12 Desember 2019   16:00 Diperbarui: 6 Maret 2020   07:22 2321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada dua poin yang dituju oleh Pak menteri dari kebijakan ini untuk para siswa yakni bisa menajamkan kemampuan literasi, yakni menganalisis bacaan dan jua kemampuan Nemurasi yakni menganalisis angka-angka.

Jika dilihat sepintas idenya sih keren, tapi soal eksekusinya masih belum bisa diraba, efektif apa tidak ya? Gerak maju mundur cantik kebijakan Ujian Nasional ini tentu akan mungkin bisa terjadi. Dihapus saat ini lalu diterapkan kembali - jika nanti dirasa gagal- Bisa jadi! Yakin bukan Politis?

UN Dihapus, parameter kualitas apa sih yang akan dipakai?
Mantan Wakil Presiden, Bapak Jusuf Kalla pun berkomentar, jika dengan penghapusan UN akan membuat semangat belajar siswa berkurang dan akan menjadi lembek.

Ilustrasi: rmolbanten.com
Ilustrasi: rmolbanten.com
Kita bisa sependapat dengan hal ini, dimana tidak semua siswa saat ini yang juga senang dengan kebijakan ini. Banyak juga siswa yang masih gemar belajar dan hasilnya terekam dalam nilai ujian yang bagus. Dan akhirnya bisa menghantarkan mereka ke bangku pendidikan yang lebih baik, terlepas dari konteks setelah lulusnya terjaring dalam dunia kerja apa tidak.

Dalam hal tadi, bisa saja kita anggap jika nilai ujian menjadi cermin dari efektivitas proses belajar yang tengah kita lewati. Meskipun ada saja yang mengatakan, nilai ujian bukan segalanya. Di kepala saya masih tertanam, tanpa angka, bagaimana kita bisa meraba hasil belajar yang sedang kita lakukan saat ini?

Kita lekas mengingat masa kecil kita dulu ketika menjadi siswa kan, senang sekali rasa hati ketika kita mendapat nilai ujian yang sempurna, sepuluh misalnya, dari hasil belajar kita. Namun sedih durjana, jua pasti kita rasakan ketika mendapat nilai jelak.

Tapi misterinya lantas, ketika kita sudah berjuang belajar siang malam terus masih saja mendapat nilai jelek dan tidak lulus-lulus, apakah ini bisa dikatakan takdir? Takdir untuk mengulang kelas?  Kurang berdoa? Ini mungkin tips terakhirnya.

Tentu ini akan menjadi misteri kan? Nah tentu jika hal ini terjadi, akan menjadi tanda tanya besar, apakah kita memang sunguh-sungguh belajarnya ya? Apa ada yang salah dari sistem belajar dan pendidiknya?

Untuk menjadi fear dan memperbaiki sistem pembelajaran tadi, bisa saja dua-goal  yang ingin dicapai yakni soal penilaian literasi dan juga numerasi menjadi super-shaft kedua bagi siswa untuk bisa ditonjolkan untuk mengganti kegagalan soal nilai ujian.

Dengan begitu, jika berhasil siswa akan lebih kreatif dalam menojolkan kemampuannya kan, selain akademik. Dan tetap, di akhir kelasnya nanti, UN akan menguji proses belajarnnya dalam sebuah angka lagi yang bisa membantu dalam seleksi pendidikan di tingkat selanjutnya.

UN dan cermin kualitas pendidik
Saya kok yakin sekali, diberlakukannya penghapusan UN di tengah jenjang ini, akan menjadi cermin bagi perbaikan guru dan sekolahnya. Namun pertanyaan bisa saja menjadi apakah ada proses upgrade bagi guru untuk melakukan pengajaran dan juga penilaian pengganti UN tadi? Iya assesmen soal literasi dan numerasi yang menjadi goal kebijakan ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun