Mohon tunggu...
Alfian Arbi
Alfian Arbi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aquaqulture Engineer

Aquaqulture Engineer I Narablog

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tegakah Kita Mewariskan Kebohongan di Pemilu Ini?

5 April 2019   21:24 Diperbarui: 5 April 2019   21:42 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kampanye | Tribunews.com

Buktinya ya gampang, secara umum saja sih, dari silih berganti kepemimpinan dalam konteks Presiden, apakah semua elemen rakyat merasa puas? Pasti ada saja bagian yang tidak pas dan merasa dibohongi atas realitas yang mereka rasakan saat ini.

Terus siapa sih pembohongnya itu? Akan menjadi tafisr masing-masing, dan yang ditunjuk pembohong juga lantas tidak serta-merta mengakuinya dong!

Poinnya, kebohongan dari dimensi politik, bisa saja kampanye dianggap sebagai ajang usaha 'pembohongan' atas janji kampanye yang belum atau tidak sama sekali terwujud.

Lalu apakah rakyat kecewa? Tidak juga, mereka tentu akan mencari calon 'pembohong' lainnya dalam pentas politik lima tahunan untuk untuk bisa menolong kepentingannya. Itu mah sudah hukum alam!

Meskipun ada juga yang kecewa dan tidak mempercayai semua politisi yang dianggap pembohong dengan tidak mau memilih mereka dalam hajatan Politik yang kita kenal Golput.

Politik dan kebohongan!

Demokrasi tentu saja selalu membukakan pintu bagi setiap orang berpendapat, sehingga dengan mudah menyemburkan opini negatif maupun positif dalam rangka membantu tatanan pemerintahan dalam melayani rakyatnya.

Sampai disitu, penafsiran bebas berpendapat dibelokkan sesuai jalan politis masing-masing orang, karena memang makna bebas berpendapat dalam demokrasi tidak bermakna tunggal.

Munculah kebohongan sebagai tak-tik baru untuk merayu pemilih dalam upaya menghimpun keberpihakan politik. Lihat saja, dalam setiap perdebatan kampanye misalnya, selalu saja tersaji opini yang bertentangan dengan rasa kejujuran yang dirasakan masing-masing pendebat saja. Meski salah,  klaim saja itu benar!

Artinya, kebohongan sudah menjadi tak-tik politik dalam memainkan hati rakyat dalam mengentalkan rasa loyalitas pemilih dengan bungkus apa saja. Jika masyarakat kita dan generasi muda kita mengerti sampai di sini, tentu saja menilai aktivitas politis ya memang semacam ini, lantas kta tidak harus baperan menjadi fanatisme berlebihan.

Ada yang kenal Roger Stone? Dia salah satu konsultan politik yang meramu kebohongan menjadi tak-tik jitu dalam memenangkan Pilpres di Amerika Serikat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun