Yakin KITA Bisa Melepaskan Candu Ketergantungan Itu!
Semenjak 2017 lalu, Pemerintah lewat Kementrian Perdagangan memang juga sebenarnya telah berhasil membuat formulasi kebijakan Harga Ecerean Tertinggi  (HET) beberapa bahan Sembako. Gula pasir misalnya dipatok dengan HET Rp 12.500/Kg, Minyak goreng dengan HET Rp 11.000/liter dan daging beku dengan HET Rp 80.000/Kg.
Hemm, saya jadi ingin menarik kembali kata out-the-box diatas ke dalam bagian tulisan ini. Untuk menantang, bisakah harga kebutuhan pokok diterapkan seperti penetapan satu harga untuk BBM Se-Indonesia yang juga telah sukses dijalankan Pertamina? Seperti mimpi kita padatulisan saya sebelumnya.
Dimana, kedepan Pemerintah harus bisa  menenetukan nilai fixed dan bukan harga kisaran lagi dari sebuah komoditas bahan pokok dan itu berlaku di seluruh pelosok negara Indonesia ini ya? Tanpa terkecuali.
Nah dengan produk KITA dari Bulog, beragam harga komoditas pokok akan berlaku fixed satu kualitas yakni mudah, murah dan sehat.
Langkah out-the-box yang diterjemahkan Bulog bisa kita lihat dari produk yang dikeluarkannya berupa produk beras dalam kemasan sachet ukuran 200 Gr seharga Rp 2500. Selain itu adapula produk gula ManisKita ukuran 1 Kg yang dijual Rp 12.000-an.
Daging beku, dengan branding DagingKita dijual pula dengan harga Rp 80.000-an per Kilogram. Daging ayam KITA dijual dengan harga Rp 36.000-an. Dan MinyakKita, Minyak goreng dengan ukuran 1 Kg dijual dengan harga Rp 12.000-an.
Nah ada satu komoditas yang saya anggap sebagi suatu terobosan baru. Yakni menggalakkan usaha rintisan komoditas perikanan yang bisa menjadi pilot-projeck bagi pengembangan industri perikanan tanah air. Dan komoditas perikanan yang baru dicobakan yakni komoditas ikan Bandeng.