Takutnya adalah, bisa saja faktor like dan dislike bisa menghinggapi massa PKB, Gerindra, PKS atau PDIP sendiri dalam menberikan mandat itu. Mengapa bisa terjadi seperti itu? Semua masih saja berkaitan dengan menghangatnya isu-isu terdahulu menyangkut faktor SARA. Terlebih dikaitkannya Ahok dalam pusaran pertimbangan setiap pemilih koalisi ini, yang telah melekat dalam tubuh PDIP.
Tapi tak lantas dua opsi itu benar semua, jangan lupakan faktor Sukarwo lho! Gubernur aktive Jatim ini masih punya invisible-hand bagi Khofifah-Emil dalam meraup suara. Bagaimanapun juga nama Sukarwo yang juga kader Demokrat masih berkibar dan berpengaruh pada pemilih Jatim nanti. Dan faktor itu bisa membuat kita tidak panik dalam melihat survey Litbang Kompas ini.
Masih ada kesempatan untuk mendongkrak perolehan suara Gus Ipul. Kemenangan ini tentu saja akan berharga bagi PKB, dimana pertaruuhan nama penguasa menjaid hal utama. Sama halnya dengan PDIP yang mulai masuk berinvestasi dari seorang Puti Guntur yang akan menjadi pewaris titah Sukarnois PDIP dalam pertarungan Politk masa depan.
Nah, apapun yang terjadi dalam pencoblosan nanti dan menghasilkan pemenang, baik Gus Ipul atau Khofifah dalam konteks Pilpres tetap Jokowilah Pemenangnya. Kemenagan ini akan menjadi kunci Jokowoi untuk melenggang pada Pilpres nanti. Partai pendukung Jokowi yang tersebar dalam dua kubu, menjadi sandaran aman dalam mengamankan suara di Jatim secara umum.
Ya namanya koalisi pasti hanya berisi kepentingan politik saja dan bagi bagi kekuasaan saja. Dan terbukti banyak yang memeberikan harapan-harapan palsu, yang bisa  partai koalisi berupa gerbong kosong bagi pemenangan dan terjadi dari banyak Kontestasi Pilkada dan Pilpres sekalipun!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H