Dalam konteks Pilpres terdahulu, membelahnya dua opini dalam dukungan sangat terasa ke dalam dua kelompok besar tadi. Artinya Dengan dekatnya pusaran kepentingan Pilgub Jatim di Pilpres nanti bisa saja faktor like and dislikepemilih di Pilpres lalu akan berjalan  linear dalam kontestasi Pilgub Jatim ini.
Jika, berbicara Like dan Disliketentu saja, program sebagus apapun yang ditawarkan oleh pasangan calon tidak pernah akan menggoda para pemilih dalam menyerahkan mandatnya di Pilgub nanti. Meski suara mereka diarahkan oleh partai pilihannya sendiri.
Susanaa tersebut terasa sekali di dalam dunia maya, dimana dukungan Gerindra atau PKS terhadap koalis Gus Ipul selalu menjadi perdebatan simpatisannya sendiri. Dalam setiap perdebatan tentu tidak pernah memandang salah atau benar, karena loyalitas kedua kelompok Pilpres terdahulu tetap memperjuangakan pilihan awal mereka. Bisa jadi, momen tersebut merupakan pertimbangan Gerindar-PKS dalam memutuskan dukungan ini?
Nah, Apa yang terjadi di Pilgub Jatim, mungkin seperti itu. Coba bayangkan saja, bagaimana bisa air bercampur dengan minyak, jika membayangkan sulitnya PDI dan Gerindra, apalagi dengan PKS bersatu dalam satu wadah dengan tujuan poliitk yang sama. Meski ya Pilkada disebut-sebut lebih cair daripada suasana Pilpres. Namun Jatim ini bisa berasa Pilpres.
Gerindra Dan PKS Dan Tujuan Politik Pilpres 2019 mendatang !
Keputusan Gerindra dan PKS untuk mendukung koalisi Gus Ipul-Puti memang akan memiliki alasan dan tujuan politik tertentu. Bisa jadi postif dan negative terhadap Gus Ipul-Puti. Dalam konteks 'mengerem'menjamurnya Trah Megawati melalui Puti Guntur di Jatim. Tapi yang namanya politk syah saja sih.
Apalagi melihat tidak berdaya-nya koalisi oposan pemerintah ini dalam membentuk poros baru di Jatim. Yang sebenarnya peluang itu ada, namun belum sepenuhnya dimaksimal. Akhirnya entah mengapa Gerindra-PKS menyerah dan merapat ke Gus Ipul dan sisanya PAN mencari aman ke kubu Khofifah.
Pertanyaan yang lucu juga bisa berkata, kenapa Gerindara-PKS tidak sekalian saja berpihak ke kubu Khofifah untuk mempertegas posisinya sebgai oposan pemerintah, karena ada PDIP-P disana bersama Puti Guntur yang menjadi representasi Mega.
Dan memang ini bisa saja dipandang sebagai salah satu strategi mereka? Apakah kehadirannya bisa dianggap merusak kesolidan partai pengusng PKB dan PDI-P untuk memenangi Pilgub Jatim. Atau bisa sebaliknya? Itu perlu usaha yang keras dalam mengkordinasikannya kepada seluruh anggota koalisi, saya kira.
Kehadiran Puti Guntur Dalam Perolehan Suara, Atau Sukarwo?
Eh, bisa jadi memang karena faktor Puti Guntur yang belum familiar bagi masyarakat Jatim? Jika memang iya, Faktor like and dislike berpotensial bakal ada, dimana meski setengah mati PDIP mencoba mengarahkan simpatisannya untuk memilih pasangan Gus Ipul-Puti, jika mereka dislike mau apa?