Perjalanan dari Surabaya-Sampang menyita waktu 8 jam dengan jalur darat. Nah, salah satu upaya dalam rangka menghemat biaya akomodasi tadi dan ya sekaligus memperkuat silahturahmi. Terlebih dahulu, saya juga biasanya telah menghubungi keluarga yang kebetulan tinggal di sepanjang perjalanan kami menuju Sampang. Agar diijinkan menginap di rumah mereka, bertujuan agar tidak terlalu malam sampai ke tempat tujuan. Dan Alhamdullilah sejauh ini, mereka sangat ramah menyambut kami.
Nah, pada pagi harinya, ketika kondisi fit, kami bergegas kembali melanjutkan perjalanan ke Kabupaten Sampang Madura, dengan tidak tergesa gesa dan tak terkantuk-kantuk di jalanan nanti.
Begitupula dengan oleh-oleh bawaan yang akan dibagikan kepada keluarga di kampung halaman. Nah Biasanya juga, saya meminta istri saya membuatnya sendiri, seperti amplang makanan khas Kalimantan dan makanan lainnya. Sehingga disana, kami-pun bisa berbagi tanpa ada rasa kesan malu datang dari perantauan. Selain, kami juga bisa nikmati makanan tersebut sebagai bekal selama di perjalanan.
Dan ternyata, Mudik dengan selamat, sebenarnya adalah surprise yang tak terkira ya, yang dirasakan oleh orangtua dan keluarga di kampung halaman. Kadang bertanya-tanya kenapa sih mesti malu untuk mudik ke kampung halaman? Mungkin itu perasaan saya saja-kan?
‘Pulang Malu, Tak Pulang Rindu’
Siapa yang tidak mau pulang ke kampung halaman menjelang lebaran? Menjawab itu terkadang hati saya selalu bersautan antara Maludan Rindu. Bagi perantau seperti saya, mudik memang menjadi menu wajib pada momen lebaran. Namun beberapa tahun belakangan ini, rutinitas itu bisa saja menjadi mimpijika tidak disiapkan masak-masak dan jau-jau hari.
Mudik selalu identikdengan sejumlah persiapan, termasuk dana yang besar-kan? Mulai dari menyiapkan uang untuk membeli tiket transportasi, akomodasi perjalanan dan juga ‘jatah’ keluarga di kampung halaman nanti.
Padahal  situasi ekonomi keluarga, adakalanya selalu turun naik, salah satunya misalnya rutinitas mudik belakangan selalu bertabrakan dengan kegiatan tahun ajaran baru anak sekolah. Dana-pun terpecah belah untuk menyiasati mudik dengan kebutuhan rumah tangga ketika pulang mudik.
Lalu berfikir bagaimana mengupayakan mudik dengan berbagai cara untuk memperkecil biaya perjalanan nanti. Salah satunya mencari alternative moda transportasi yang murah meriah agar bisa sampai menuju kampung halaman. Menggunakan sepeda motor sudah menjadi trendsetteruntuk mudik.
Murah memang tidak selalu berbanding lurus dengan keselamatan di jalan raya, untuk menuju kampung halaman. Kemacetan dan kecelakaan menjadi warna klasik kisah mudik setiap tahunnya. Sehingga memang harus dicari upaya untuk  merujuk pada istilah keselamatan dan kenyamanan hingga ke tempat tujuan.